MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Wednesday, 15 January 2014

DO'A DAN DZIKIR SETELAH SHALAT


DZIKIR SETELAH SHALAT

Astagfirullaahal 'azhiim Alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qaiyyuum
wa atuubu ilaihi. 3x.


Laa ilaaha illallahu wahdahu laasyariikalah
Lahul mulku walahul hamdu yuah yii wa yumiitu wahua 'alla kulli syai 'in
Qadiir 3X

Allahuma ajirmarminanas 3X
                                                                     
Allaahum ma antas salaam - waminkas salaam
Fa ilaika ya 'uudus salaam
Fahayyina rabbanaa bis salaam
Wa adkhilnal jan nataka daaras salaam
Tabaa rakta rabbanaa wa ta 'aalaita yaa dzal jalaali wal ikraam.



Illahi ya rabbi

Subhaanallaah   33x.  Maha suci Allah.

Subhaanallahil wabi hamdihi daa a iman wama badatan

Alhamdulillaah  33x.    Segala puji untuk Allah.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin walla kuli halin wanimatin

Allahu akbar            33x.    Allah maha besar.

Allahu akbar kabiiraw walhamdu lillaahi katsii Faw Wasubhaa nallaahi bukrataw wa ashiila
Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syariikalah
Lahul mul kualahul hamdu yuah yii wa yumiitu
Wahuwa 'alaa kulli syai inqadiir

Laa haula walaa quw wata illaa billa hil 'aliy yil 'azhiim.



DO'A SETELAH SHALAT

BISMILLAAHIRRAH MAA NIR RAHIIM - ALHAMDULILLAHI RAB BIL 'AALAMIIN
ALLAHUHMMA SHALLI 'ALA SAIY YIDANAA MUHAMMADIN
WA 'ALAA AALIHI WA SHAHBIHI WASALLAM.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji untuk Allah sekalian alam. Shalawat dan salam berikanlah
kepada junjungan nabi Muhammad s.a.w., kepada kuarga dan sahabatnya.

ALLAHUMMAG FIRLII WALIWA LIDAIY YA - WARHAMHUMAA KAMAA RAB BAYAANII SHAGHIRAA.
Ya Allah, ampunilah segala dosa saya, dan dosa-dosa kedua orang tuaku
serta kasihanilah kedua mereka itu sebagaimana kedua mereka itu
memeliharaku selagi aku kecil.

RABBANAA LAA TUZIG QULUU BANA BA'DA IDZ HADAITANAA
WA BAHLANAA MIL LADUNKA RAHMATAN INNAKA ANTAL WAH HAAB.
Ya Tuhan kami, janganlah engkau goyahkan hati kami sesudah menunjukkan
kami dan karuniakan kami rahmat dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Pemberi.

RAB BANAA ZHALAMNAA ANFUSANAA WA ILLAM TAGFIRLANAA
WATAR HAMNAA LANAKUU NAN NAMINAL KHAA SIRIIN.
Ya Allah, kami telah menzhalimi diri kami sendiri, jika tidak Engkau
ampuni dosa  kami dan tidak Engkau kasihani kami, niscaya kami akan
termasuk golongan orang-orang yang merugi.

RABBANAA HAB LANAA MIN AZWAAJINA WA ZURRIY YATINAA
QUR RATA A'YUN WAJ 'ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA.
Ya Allah,berilah pada isteri-isteri kami, anak-anak serta cucu-cucu kami
ketenangan, dan jadikanlah kami ini sebagai ikutan/tauladan dan pemimpin
bagi golongan orang-orang yang sama bertaqwa.

ALLAHUM MA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIKA.
Ya Allah, berilah aku pertolongan untuk tetap ingat serta bersyukur
kepada Mu dan pula untuk beribadat yang sebaik-baiknya kepada Mu.

ALLAHUM MA RABBANAA TAQABBAL MINNA SHALAATANAA
WA SHI YAA MANAA WA RUKUU 'ANAA WA SUJUUDANAA
WA QU 'UUDANAA WA TAZHARRU 'ANAA
WATAKHASYSYU 'ANAA WA TA 'ABBUDANAA
WA TAMMIM TAQ SHIIRANAA YAA ALLAH YA RABBIL 'AALAMIIN.
Ya Allah, terimalah shalat kami, puasa kami, ruku' kami, sujud kami,
duduk dan rebah kami, khusyuk kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah
apa yang kami lakukan selama shalat ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.


ALLAAHUM MA INNAA NAS ALUKA RIDHAAKA WAL JANNAH
WANA 'UUZUBIKA MIN SAKHATIKA WANNAAR.
Ya Allah, kami mohon kepada Mu untuk mendapatkan keridhaanMu dan Surga,
dan kami berlindung dari kemurkaanMu dan api naraka.

                 
ALLAAHUM MA INNAA NAS ALUKA SALAAMATAN FIDDIIN
WA 'AAFIATAN FILJASADI WA ZIYATAN FIL ILMI WA BARAKATAN FIL RIZQI
WA TAUBATAN QABLALMAUT WA RAHMATAN 'INDALMAUT
WA MAGFIRATAN BA 'DALMAUT ALLAHUMMA HAW WIN 'ALAINA FII SAKARAATIL MAUT
WAN NAJAATI MINAN NAAR WAL 'AFWAA 'INDAL HISAAB.
Ya Allah, kami mohon kepadaMu keselamatan dalam beragama, kesehatan
jasmani, bertambah ilmu dan berkah rezeki. Dapat bertobat sebelu mati,
mendapat rahmat ketika mati dan memperoleh keampunan setelah mati. Ya
Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakratulmaut, dan hindarkanlah
kami dari azab api neraka dan mendapatkan keampunan ketika dihisab.
RABBANAA LAATU AAKHIDZNAA INNA SIINAA AW AKHTHA'NA
RABBANAA WALAA TAHMIL 'ALAINAA ISH RANKAMAA HAMAL TAHU 'ALALLADZII NA
MINQABLINAA
RABBANAA WALAA TUHAM MILNAA MAA LAA THAAQATALANAA
BIH WA' FU 'ANNAA WAGHFIRLANAA WARHAMNAA ANTAMAULAANAA
FAN SHURNAA 'ALAL QAUMIL KAAFIRIIN.
Ya Allah, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami, jika kami lupa
atau kami bersalah.
Ya Alaah, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat,
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Allah, Ya tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan
rahmatilah kami. Hanya Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.

RAB BANAA INNA NAA SAMI' NAA MUNAA DIYAYYUNAA
DIL LIL IMAANI AN AAMINUU BIRAB BIKUM FA AAMANNAA
RABBANAA FAGHFIRLANAA DZUNUU BANAA WA KAFFIR 'ANNAA
SAIY YI AATINAA WA TAWAFFANAA MA 'AL ABRAAR
RABBANAA WA AATINAA MAA WA 'ATTANAA 'ALLA RUSULIKA
WALAA TUKH ZINAA YAU MAL QIYAAMAH INNAKA LAA TUKH LIFUL MII 'AAD.
Ya allah, Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan yang menyeru
kepada iman
Yaitu, "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Allah,
ampunilah bagi kami akan dosa -dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
banyak berbuat bakti.
Ya Allah, Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan
kepada kami dengan perantaraan Rasul -rasul engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami dihari kiamat kelak.
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.


Rab banaa aatinaa fiddun yaa hasanah
WAFIL AAKHIRATI HASANAH WAQINAA 'ADZAABAN NAAR
WA SHAL LALLAAHU 'ALAA SAIY YIDINAA MUHAMMAD
WA 'ALAA AALIHII WASHAHBIHI AJ MA'IIN
SUBHAA NA RAB BIKA RABBIL 'IZZATI 'AM MAA YA SHIFUUN
WASALAAMUN 'ALAL MURSALIIN WAL HAMDULILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN.
Ya Allah, berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat. dan jauhkanlah kami dari azab api neraka.
Dan semoga Allah memberikan shalawat atas junjungan kami  Nabi Muahammad
s.a.w dan atas keluarganya dan para sahabat-sahabatnja.

Maha Suci Tuhanmu, Yakni Tuhan yang memiliki kemuliaan dari segala sifat
yang diberikan
oleh mereka (orang - orang kafir). Dan keselamatan tetaplah atas Rasul,
dan segenap puji
bagi Allah seru sekalian alam.
Share:

ARTI SEBUAH DO'A

ARTI SEBUAH DO'A

Ada seorang laki-laki yang tinggal di depan sebuah Mushola. Berhari Hari musim penghujan sudah dimulai.

Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan rintik-rintik maupun hujan sangat lebat.

Pada suatu hari terjadi bencana di daerah tersebut. Karena hujan turun deras yang berkepanjangan, permukaan kali kecil air nya semakin lama semakin naik, dan akhirnya terjadilah banjir sangat besar.

Saat itu banjir sudah sampai ketinggian betis orang dewasa. Daerah tersebut pelan-pelan mulai terisolir. Orang-orang sudah banyak yang mulai mengungsi dari daerah tersebut, takut kalau permukaan air semakin tinggi. Lain dengan orang-orang yang sudah mulai ribut mengungsi, Ada sosok lelaki tampak tenang tinggal dirumah. Akhirnya datanglah truk penyelamat berhenti di rumah lelaki tersebut.

“Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin tinggi”, teriak salah satu regu penolong ke lelaki tersebut.
Si lelaki menjawab, “Tidak, terima kasih, anda terus saja menolong yang lain saja ya. Saya pasti akan diselamatkan Oleh Tuhan. Saya kan sangat rajin ibadah dan ber Do'a.”

Setelah beberapa kali membujuk tidak bisa, akhirnya truk tersebut melanjutkan perjalanan untuk menolong Masyarakat yang lain. Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1,5 meter. Lelaki tersebut masih di rumah kini duduk di atas almari.
Datanglah regu penolong dari team Sar, Dengan membawa perahu karet dan berhenti di depan rumah lelaki tersebut.

“Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadan semakin tidak terkendali. Kemungkinan air akan semakin meninggi." Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata, ”Terima kasih, tidak usah menolong saya, saya orang yang beriman, saya yakin Tuhan akan selamatkan saya dari keadaan ini."

Perahu dan regu penolong pun pergi tanpa dapat membawa lelaki tersebut.

Perkiraan banjir semakin besar ternyata menjadi kenyatan. Ketinggian air sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah hampir menenggelamkan rumah-rumah disitu. Lelaki itu nampak di atas wuwungan rumahnya sambil terus berdoa.

Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong. Regu penolong melihat ada seorang laki-laki duduk di wuwungan rumahnya. Mereka melempar tangga tali dari pesawat. Dari atas terdengar suara dari pengeras suara,

”Pak, cepat pegang tali itu dan naiklah kesini, cepatlah Pak.“ Tetapi lagi-lagi laki-laki tersebut menjawab dengan sombong berteriak, ”Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong saya. Saya orang yang beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti akan menyelamatkan saya, Tenang saja kalian."

Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya seluruh rumah di daerah tersebut sudah terendam seluruhnya oleh banjir besar itu.

Bagaimana nasib lelaki tersebut....,???

Lelaki tersebut akhirnya ternyata mati tenggelam.
Di Akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai berbicara bernada protes, ”Yaa Allah, aku selalu berdoa padamu, selalu ingat padamu, tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan dari banjir itu...,?”

Tuhan menjawab dengan singkat, “Aku selalu mendengar doa-doamu, Untuk itulah aku telah mengirimkan truk, kemudian perahu dan terakhir helikopter. Tetapi kenapa kamu tidak ikut salah satupun dari mereka dan Menyombongkan diri menjadi Orang Beriman ?"

Silahkan para Pembaca baik Hati ambillah kesimpulan sendiri... Semoga ada Hikmahnya di balik Cerpen semi kisah nyata ini.
Share:

Tuesday, 14 January 2014

Merayakan Valentine Day, Haram bagi Umat Islam Loh, Klik disini dan sebarkan


Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.

Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.

Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.

Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?

SEJARAH VALENTINE DAY

Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:

Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.

Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.

Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.

Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.


Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.

TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.

Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.

Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.

 Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!

Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.

Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.

Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.

Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.

KEPENTINGAN BISNIS
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

 PESTA KEMAKSIATAN
Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.

Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.

Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.


Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.

Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.

Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.

Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.

IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?

Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.

Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!

“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ”

Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." Wallahu'alam bishawab.(Rz)
Share:

Saturday, 28 December 2013

Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi Bagi Umat Islam

Berikut ini dipaparkan Ustadz Ahmad Sarwat saat menjawab berbagai pertanyaan mengenai hukum merayakan tahun baru Masehi dan mengisinya dengan berbagai kegiatan yang islami.
Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun baru Masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya dengan syarat.

1. Pendapat yang Mengharamkan

Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa argumen.
a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang Kafir
Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya.
Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.
Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam.
b. Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai Orang Kafir
Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak seorang muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Dan sekedar menyerupai itu pun sudah haram hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka.”
c. Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat
Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang malam, kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam.
Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan para ahli maksiat.
d. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Bid’ah
Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap dan sudah tuntas. Tidak ada lagi yang tertinggal.
Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan perayaan malam tahun baru masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah sebuah perbuatan bid’ah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para shahabat dan salafus shalih.
Maka hukumnya bid’ah bila khusus untuk even malam tahun baru digelar ibadah ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama, istighatsah, renungan malam, tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya. Karena tidak ada landasan syar’inya.

2. Pendapat yang Menghalalkan

Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya haram. Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka tidak ada larangannya.
Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal. Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender karena natal, tahun baru, kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun ikut-ikutan libur kerja dan sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam, pesantren, departemen Agama RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga ikut libur. Apakah liburnya umat Islam karena hari-hari besar kristen itu termasuk ikut merayakan hari besar mereka?
Umumnya kita akan menjawab bahwa hal itu tergantung niatnya. Kalau kita niatkan untuk merayakan, maka hukumnya haram. Tapi kalau tidak diniatkan merayakan, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram. Tapi bila tanpa niat yang demikian, tidak mengapa hukumnya.
Adapun kebiasaan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, zina dan serangkaian maksiat, tentu hukumnya haram. Namun bila yang dilakukan bukan maksiat, tentu keharamannya tidak ada. Yang haram adalah maksiatnya, bukan merayakan malam tahun barunya.
Misalnya, umat Islam memanfaatkan even malam tahun baru untuk melakukan hal-hal positif, seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni panti asuhan, membersihkan lingkungan dan sebagainya.
Demikianlah ringkasan singkat tentang perbedaan pandangan dari beragam kalangan tentang hukum umat Islam merayakan malam tahun baru.

Hari Raya Umat Islam Hanya ada Dua

Dalam agama Islam, yang namanya hari raya hanya ada dua saja, yaitu hari ‘Idul Fithr dan ‘Idul Adha. Selebihnya, tidak ada pensyariatannya, sehingga sebagai muslim, tidak ada kepentingan apapun untuk merayakan datangnya tahun baru.
Namun ketika harus menjawab, apakah bila ikut merayakannya akan berdosa, tentu jawabannya akan menjadi beragam. Yang jelas haramnya adalah bila mengikuti perayaan agama tertentu. Hukumnya telah disepakati haram. Artinya, seorang muslim diharamkan mengikuti ritual agama selain Islam, termasuk ikut merayakan hari tersebut.
Maka semua bentuk Natal bersama, atau apapun ritual agama lainnya, haram dilakukan oleh umat Islam. Dan larangannya bersifat mutlak, bukan sekedar mengada-ada.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 7 Maret tahun 1981/ 1 Jumadil Awwal 1401 H telah mengeluarkan fatwa haramnya natal bersama yang ditanda-tangani oleh ketuanya KH M. Syukri Ghazali. Salah satu kutipannya adalah:
  • Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa AS, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
  • Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
  • Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegitan-kegiatan Natal.
Namun bagaimana dengan perayaan yang tidak terkait unsur agama, melainkan hanya terkait dengan kebiasaan suatu masyarakat atau suatu bangsa?
Sebagian kalangan masih bersikeras untuk mengaitkan perayaan datangnya tahun baru dengan kegiatan bangsa-bangsa non-muslim. Dan meski tidak langsung terkait dengan masalah ritual agama, tetap dianggap haram. Pasalnya, perbuatan itu merupakan tasyabbuh (menyerupai) orang kafir, meski tidak terkait dengan ritual keagamaan. Mereka mengajukan dalil bahwa Rasulullah SAW melarang tasyabbuh bil kuffar
Dari Ibnu Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menyerupa suatu kaum, maka dia termasuk di antara mereka. (HR Abu Daud)
Dari Abdullah bin Amr berkata bahwa orang yang mendirikan Nairuz dan Mahrajah di atas tanah orang-orang musyrik serta menyerupai mereka hingga wafat, maka di hari kiamat akan dibangkitkan bersama dengan mereka.
Tasyabbuh di sini bersaifat mutlak, baik terkait hal-hal yang bersifat ritual agama ataupun yang tidak terkait.
Namun sebagian kalangan secara tegas memberikan batasan, yaitu hanya hal-hal yang memang terkait dengan agama saja yang diharamkan buat kita untuk menyerupai. Sedangkan pada hal-hal lain yang tidak terkait dengan ritual agama, maka tidak ada larangan. Misalnya dalam perayaan tahun baru, menurut mereka umumnya orang tidak mengaitkan perayaan tahun baru dengan ritual agama. Di berbagai belahan dunia, orang-orang melakukannya bahkan diiringi dengan pesta dan lainnya.Tetapi bukan di dalam rumah ibadah, juga bukan perayaan agama.
Dengan demikian, pada dasarnya tidak salah bila bangsa itu merayakannya, meski mereka memeluk agama Islam.
Namun lepas dari dua kutub perbedaan pendapat ini, paling tidak buat kita umat Islam yang bukan orang Barat, perlu rasanya kita mengevaluasi dan berkaca diri terhadap perayaan malam tahun baru.
Pertama, biar bagaimana pun perayaan malam tahun baru tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW. Kalau pun dikerjakan tidak ada pahalanya, bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai bid’ah dan peniruan terhadap orang kafir.
Kedua, tidak ada keuntungan apapun secara moril maupun materil untuk melakukan perayaan itu. Umumnya hanya sekedar latah dan ikut-ikutan, terutama buat kita bangsa timur yang sedang mengalami degradasi pengaruh pola hidup western. Bahkan seringkali malah sekedar pesta yang membuang-buang harta secara percuma
Ketiga, bila perayaan ini selalu dikerjakan akan menjadi sebuah tradisi tersendir, dikhawatirkan pada suatu saat akan dianggap sebagai sebuah kewajiban, bahkan menjadi ritual agama. Padahal perayaan itu hanyalah budaya impor yang bukan asli budaya bangsa kita.
Keempat, karena semua pertimbangan di atas, sebaiknya sebagai muslim kita tidak perlu mentradisikan acara apapun, meski tahajud atau mabit atau sejenisnya secara massal. Kalaulah ingin mengadakan malam pembinaan atau apapun, sebaiknya hindari untuk dilakukan pada malam tahun baru, agar tidak terkesan sebagai bagian dari perayaan. Meski belum tentu menjadi haram hukumnya.

Jalan Tengah Perbedaan Pendapat

Para ulama dengan berbagai latar belakang kehidupan, tentunya punya niat baik, yaitu sebisa mungkin berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa, agar umat tidak terperosok ke jurang kemungkaran.
Salah satu bentuk polemik tentang masalah perayaan itu adalah ditetapkannya hari libur atau tanggal merah di hari-hari raya agama lain. Yang jadi perdebatan, apakah bila kita meliburkan kegiatan sekolah atau kantor pada tanggal 25 Desember itu, kita sudah dianggap ikut merayakannya?
Sebagian berpendapat bahwa kalau cuma libur tidak bisa dikatakan sebagai ikut merayakan, lha wong pemerintah memang meliburkan, ya kita ikut libur saja. Tapi niat di dalam hati sama sekali tidak untuk merayakannya.
Namun yang lain menolak, kalau pada tanggal 25 Desember itu umat Islam pakai acara ikut-ikutan libur, suka tidak suka, sama saja mereka termasuk ikut merayakan hari raya agama lain. Maka sebagian madrasah dan pesantren memutuskan bahwa pada tanggal itu tidak libur. Pelajaran tetap berlangsung seperti biasa.
Sekarang begitu juga, ketika pada tanggal 1 Januari ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hari libur nasional, muncul juga perbedaan pendapat. Bolehkah umat Islam ikut libur di tahun baru? Apakah kalau ikut libur berarti termasuk ikut merayakan hari besar agama lain?
Lalu muncul lagi alternatif, dari pada libur diisi dengan acarahura-hura, mengapa tidak diisi saja dengan kegiatan keagamaan yang bermanfaat, seperti melakukan pengajian, dzikir atau bahkan qiyamullail. Anggap saja memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Dan hasilnya sudah bisa diduga dengan pasti, yaituakan ada kalangan yang menolak mentah-mentah kebolehannya. Mereka mengatakan bahwa pengajian, dzikir atau qiyamullaih di malam tahun baru adalah bid’ah yang diada-adakan, tidak ada contoh dari sunnah Rasulullah SAW.
Lebih parah lagi, ada yang bahkan lebih ektrem sampai mengatakan kalau malam tahun baru kita mengadakan pengajian, dzikir, atau qiyamullail, bukan sekedar bid’ah tetapi sudah sesat dan masuk neraka. Wah…
Jadi semua itu nanti akan kembali kepada paradigma kita dalam memandang, apakah kita akan menjadi orang yang sangat mutasyaddid, mutadhayyiq, ketat dan terlalu waspada? Ataukah kita akan menjadi mutasahil, muwassi’, longgar dan tidak terlalu meributkan?
Kedua aliran ini akan terus ada sepanjang zaman, sebagaimana dahulu di masa shahabat kita juga mengenal dua karakter ini. Yang mutasyaddid diwakili oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dan beberapa shahabat lain, sedang yang muwassa’ diwakili oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan lainnya.
Insya Allah, ada jalan tengah yang sekiranya bisa kita pertimbangkan. Misalnya, kalau dasarnya memang tidak ada budaya atau kebiasaan untuk bertahun baru dengan kegiatan semacam pengajian dan sejenisnya, sebaiknya memang tidak usah digagas sejak dari semula. Biar tidak menjadi bid’ah baru.
Akan tetapi kalau kita berada pada masyarakat yang sudah harga mati untuk merayakan tahun baru, suka tidak suka tetap harus ada kegiatan, mungkin akan lain lagi ceritanya. Tugas kita saat itu mungkin boleh saja sedikit berdiplomasi. Misalnya, tidak ada salahnya kalaukitamengusulkan agar acaranya dibuat yang positif seperti pengajian.
Dari pada kegiatannya dangdutan, begadang semalam suntuk atau konser musik, kan lebih baik kalau digelar saja dalam bentuk pengajian. Anggaplah sebagai proses menuju kepada pemahaman Islam yang lebih baik nantinya, tetapi dengan cara perlahan-lahan.
Kalau kita tidak bisa menghilangkan budaya yang sudah terlanjur mengakar dengan sekali tebang, maka setidaknya arahnya yang dibenarkan secara perlahan-lahan. Kira-kira ide dasarnya demikian.
Tetapi yang kami sebut sebagai jalan tengah ini bukan berarti harga mati. Ini cuma sebuah pandangan, yang mungkin benar dan mungkin juga tidak. Namanya saja sekedar pendapat. Tetap saja menyisakan ruang untuk berbeda pendapat. Dan mungkin suatu ketika kami koreksi ulang.

sumber : http://www.fimadani.com/hukum-merayakan-tahun-baru-masehi-bagi-umat-islam/
Share:

Friday, 27 December 2013

Tinggalkan Kebodohan dengan Cara Perkuat Ilmu dan Amal

SETIAP orang tentu ingin apa yang menjadi impiannya terwujud. Tetapi sangatlah naif jika suatu tujuan ditempuh dengan cara-cara irasional. Seperti mempercayai dukun atau paranormal. Perbuatan ini jelas menunjukkan ketidakmampuan rasio mencerna hakikat hidup, sehingga senantiasa melakukan apa pun yang diasumsikan bisa menjadi jalan pintas menuju terealisasinya sebuah harapan.
Padahal, hidup jelas bukan undian. Siapa yang ingin kemuliaan, sudah pasti ia harus bekerja keras.Istilah dari Almarhum KH. Zainudin MZ,  “Harus peras keringat, banting tulang. Tidak bisa hidup hanya dengan mengumpulkan kata ‘jikalau’, ‘seandainya’, ‘andaikata,” demikian ungkap dai sejuta umat itu dalam salah satu taushiyahnya saat masih hidup.
Artinya, orang yang percaya dukun adalah orang yang memang tidak bisa berpikir rasional. Sungguh sangat keterlaluan, jika ada seorang Muslim yang ia telah diberikan anugerah panca indera dan hati, plus keimanan, tetapi malah menjerumuskan diri pada praktik kehidupan yang bodoh seperti itu.
Belum lama ini kita dikejutkan dengan kasus pencian mayat yang dilakukan oleh Resi alias Pamungkas (26). Pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini akhirnya dibekuk polisi dan terungkap jika motif pelaku hanya karena mempelajari ini ilmu hitam.
Pelaku mencari organ tubuh jenazah sesuai dengan hari kematiannya, dengan harapan kain kafan itu bisa digukakannya untuk terbang.
Kasus yang dialami Resi bukan kasus pertama. Kasus besar tingkatanya juga lebih halus.Berapa banyak kita temukan calon anggota legislatif –bahkan—calon menteri atau calon presiden (Capres) dikenal memiliki paranormal alias dukun?
Kedzaliman Besar
Percaya kepada selain Allah (musyrik) adalah kedzaliman besar. Jelas ini adalah bentuk kebodohan paling buruk. Dalam istilah Arab disebut Jahil Murokkab.
Sebagai Muslim, kita harus bisa memastikan diri bersih dari unsur-unsur apalagi praktik perdukunan alias kemusyrikan seperti itu. Seorang Muslim pantang percaya kepada apa pun, kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
Tidak ada istilah bagi seorang Muslim percaya ramalan bintang-bintang, pernyataan dukun, atau apa pun. Kecuali hanya satu, percaya kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Manakala, seorang Muslim sampai masuk dalam ranah kemusyrikan dengan percaya ramalan, dukun dan sebagainya, sungguh segeralah kembali kepada Allah. Karena disadari atau tidak, perilaku tersebut hanya akan mendatangkan kesengsaraan demi kesengsaraan. Tidak saja di dunia, bahkan di akhirat. Celakanya lagi, jika tidak sempat bertaubat, maka nerakalah tempat abadinya, Na’udzubillahi min dzalik.
Jadilah Insan Cerdas
Suatu saat Rasulullah pernah ditanya, “Siapa manusia yang paling cerdas ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Manusia yang paling cerdas adalah yang mengendalikan hawa nafsunya, dan beramal untuk akhiratnya. (HR. Muslim).
Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa, seorang Muslim seluruhnya cerdas. Dengan catatan, ia tidak memperturutkan hawa nafsunya.Artinya, pakai akal, teliti, mau bekerja keras, sabar dalam usaha, tekun dalam do’a dan tawakkal terhadap keputusan Allah. Kemudian, semua itu dilakukan demi untuk kebaikan kehidupan akhiratnya. Bukan untuk mencari kekayaan, kedudukan, apalagi sekedar kebanggaan.
Di dalam al-Qur’an, insan yang cerdas disebut Ulul Albab. Menurut beberapa ayat, seperti pada Surah Ali Imran ayat 190-191. Ulul Albab adalah orang yang memadukan dzikir dan fikir sampai mampu mengungkap fakta paling inti dari kehidupan ini, hingga sampailah ia pada satu kesimpulan bahwa Allah Maha Kuasa yang segala ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia.
Secara sederhana, ayat tersebut menjelaskan bahwa, manakala ada seorang Muslim, meskipun dia sholat, haji, dan lain sebagainya, tetapi dalam kesehariannya, lebih-lebih dalam usahanya meraih impiannya tidak diiringi dengan dzikir dan fikir, maka ia bukanlah Muslim yang cerdas. Apalagi, jika dalam praktik kesehariannya, justru banyak menerjang batasan syariat.
Sholat tetap jalan, tapi dalam usaha masih suka gunakan mantera-mantera, menyimpat azimat ini, azimat. Haji berkali-kali, tetapi dalam interaksi sosial, masih suka memungut bunga (riba) dari uang yang dipinjamkan kepada orang lain. Jelas ini bukan Muslim yang cerdas.
Kemudian, jika dihubungkan dengan Surah Al-Baqarah ayat 269, Ulul Albab adalah Muslim yang senantiasa mampu menggali dan mengamalkan ilmu yang dimiliknya. Dengan kata lain, Muslim demikian adalah Muslim yang telah diberikan hikmah oleh Allah.
Apa itu hikmah, mungkin banyak definisi yang disampaikan para ulama. Tetapi, menarik apa yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim terkait hikmah, yang dalam bahasa Indonesia disebut kebijaksanaan.
“Yang dinamakan bijak (hikmah) adalah melakukan tindakan yang tepat (sesuai syariat), dalam waktu yang tepat, dan dengan teknis (pola, juklak, prosedur) yang tepat, dan pilarnya adalah ilmu, kesantunan dan kesabaran. Sedang bencana dan elemen penghancurnya adalah kebodohan, tanpa perhitungan dan tergesa-gesa (hawa nafsu).”
Jadi, kecerdasan dalam Islam tidak diukur dari gelar akademik, status sosial, atau pun profesi seseorang. Kecerdasan dalam Islam hanya dilandaskan pada keimanan dan ketakwaan. Itulah mengapa, Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, sekaligus mengamalkannya.
 “Kebaikan itu bukan sekedar engkau banyak harta dan anak, namun engkau perbanyak ilmu dan kesantunanmu,” demikian kata Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah.
Untuk itu, guna terhindar dari tipu daya setan, sudah selayaknya seluruh kaum Muslimin terus menerus membekali diri dan keluarganya dengan ilmu dan amal. Bacalah al-Qur’an, kajilah Sunnah dan amalkanlah dengan penuh keyakinan.
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ، اَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، اَوْ تَكَهَّنَ، اَوْ تُكُهِّنَ لَهُ، اَوْ سَحَرَ، اَوُ سُحِّرَ لَهُ، وَ مَنْ اَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا اُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ص. البزار  بإسناد جيد
Dari ‘Imran bin Hushain RA, ia berkata, Rasulullah bersabda : “Tidak termasuk golongan kami orang yang percaya tanda-tanda kesialan atau datang bertanya kepada orang yang mempercayai tanda-tanda kesialan, atau orang yang melakukan pedukunan atau orang yang datang berdukun, atau orang yang melakukan sihir atau orang yang datang meminta tolong kepada tukang sihir. Barangsiapa yang datang kepada dukun dan membenarkan apa yang dikatakan dukun itu, maka sungguh ia telah kufur pada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.” [HR. Al-Bazzar]
Jangan sakit datang ke dukun, lagi ingin naik jabatan datang ke dukun, ingin selamat dari ancaman orang, datang lagi ke dukun, bahkan ingin menang Pemilu juga datang ke dukun. Kepada dukun ada yang rela membayar mahal, bahkan ada yang menjual dirinya. Sungguh, itu cara setan dan sangat hina di mata Allah Ta’ala. Padahal, dukun itu manusia biasa, tidakkah kita berpikir?

Kiriman : Atok Haryanto A Mh
Sumber : www.hidayatullah.com
Share:

Thursday, 19 December 2013

Siapa masih punya Malu, tanda Dia masih Beriman!

SATU di antara sebab utama terjadinya problem bahkan konflik di muka bumi ini adalah karena tidak adanya rasa malu. Nihilnya rasa malu, menjadikan manusia lebih buas dari buaya, lebih ganas dari singa dan lebih jahat dari binatang buas lainnya.

Tetapi tetap saja, rasa malu dianggap sebagai hal biasa. Sudah tidak banyak lagi yang menyadari bahwa rasa malu sejatinya sangat menentukan segala sesuatu, termasuk nasib suatu bangsa dan negara.

Seperti apa yang belakangan ini marak terjadi, korupsi, ketidakadilan, perselingkuhan, perampokan dan pembunuhan dan berbagai macam tindak kemaksiatan, termasuk yang kini lagi populer di ibu kota negara dengan istilah ‘cabe-cabean’, semua berawal dari tidak adanya rasa malu.

Malu ini adalah satu bentuk akhlak yang paling penting dari setiap Muslim. Akhlak yang sangat berpenaruh pada individu, keluarga, dan masyarakat. Namun sayang, akhlak ini seakan-akan sudah asing dalam kehidupan.

Kini, banyak berita di media yang isinya saling salah-menyalahkan, saling berlomba untuk diakui yang terhebat, terdepan dan terpercaya. Bahkan ada yang pamer aurat, cipika-cipiki dengan lawan jenis yang tidak halal.

Arti Malu

Dalam buku Akhlaq al-Mu’min yang ditulis oleh Amru Muhammad Khalid, malu diartikan sebagai terkendalinya jiwa. Yakni, ketidakmampuan seorang Muslim melakukan perbuatan-perbuatan tercela atau sesuatu yang buruk. Dengan kata lain, Muslim yang pemalu adalah Muslim yang tidak bisa melihat dirinya hina di hadapan Allah Ta’ala, di hadapan manusia, atau di hadapan dirinya sendiri.

Dengan demikian, Muslim yang pemalu adalah Muslim yang mulia. Ia memuliakan dirinya di hadapan Allah, di hadapan manusia, dan di hadapan dirinya sendiri. Berarti, Muslim yang pemalu adalah Muslim yang benar-benar kuat keimanannya, sehingga ia tidak melakukan kehinaan meski terhadap dirinya sendiri, lebih-lebih kepada orang lain, apalagi kepada Allah Ta’ala.

Kata haya’ yang artinya malu berasal dari kata ‘hayah’ yang artinya ‘Kehidupan.’ Karena itu kalau kita berkata, “Orang itu malu,” berarti orang itu memiliki denyut kehidupan yang kuat, sehingga ia benar-benar menjaga diri agar tidak terperosok dalam kehinaan.

Jadi, tidak salah jika ada ungkapan seperti ini, “Manusia yang paling sempurna hidupnya adalah manusia yang paling sempurna rasa malunya.”

Malu bukan Minder

Namun demikian, masih banyak orang yang salah paham. Malu kadangkala dianggap sebagai sifat rendah diri alias minder. Padahal, keduanya sangatlah jauh berbeda. Menurut satu pendapat, minder diartikan sebagai kebingungan yang muncul pada diri manusia sebagai akibat dari situasi tertentu.

Lebih dari itu, minder tidak berasal dari keimanan yang kuat. Ia justru lahir dari sifat pengecut dan dari sifat takut. Karena pribadi yang minder adalah pribadi yang lemah, yang tidak mengetahui nilai dirinya.

Sedangkan malu, tidak bersumber dari sifat buruk seperti pengecut dan penakut. Malu bersumber dari keimanan yang kuat, sehingga Muslim yang pemalu adalah Muslim yang menjauhi segala bentuk kehinaan.

Bagian dari Iman

Rasulullah bersabda, “Iman mempunyai enam puluh lebih cabang. Dan malu adalah salah satu cabangnya.” (HR. Bukhari).

Mari kita kaji secara logis, mengapa dari enam puluh cabang iman malu yang beliau sampaikan? Berarti, malu adalah pengantar terbaik seorang Muslim sampai pada 59 cabang iman lainnya. Mengapa?

Dengan malu, seorang Muslim tidak akan berzina, menampakkan auratnya kepada semua orang, mencuri apalagi korupsi. Bahkan dengan malu seorang Muslim tidak akan menghina atau membicarakan aib saudaranya. Jadi, malu bisa mencegah seorang Muslim dari berbuat jahat.

Kemudian, secara naqli, Rasulullah menjelaskan pada hadits yang lainnya. “Malu seluruhnya baik.” (HR. Muslim). Kemudian pada hadits lainnya lagi, “Malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari).

Dengan demikian, maka malu adalah out put keimanan. Siapa yang keimanannya baik maka rasa malunya akan sempurna. Atau, siapa yang malunya kuat, maka imannya sempurna. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah, “Malu dan iman saling bertaut. Jika salah satunya diangkat, yang lainnya juga terangkat.” (HR. Hakim).

Jadi, tidak salah jika ada ungkapan, “Milik siapa kebaikan, iman dan akhlak?” Semuanya adalah milik Muslim yang memelihara rasa malu.

Tidakkah Kita Malu?

Suatu ketika datang seorang lelaki kepada Ibrahim ibn Adham dan berkata, “Wahai Imam, aku ingin bertaubat dan meninggalkan dosa. Tetapi, tiba-tiba aku kembali berbuat dosa. Tunjukkan padaku sesuatu yang bisa melindungiku hingga aku tidak lagi bermaksiat kepada Allah.”

Ibrahim ibn Adham pun menjawab, “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, jangan bermaksiat di bumi-Nya.”

Orang itu pun bertanya, “Lalu di mana aku bisa bermaksiat, sementara seluruh bumi ini adalah milik Allah?” Ibrahim ibn Adham pun menjawab, “Tidakkah engkau malu seluruh bumi ini milik Allah tetapi engkau masih bermaksiat di atasnya?”

“Jika engkau ingin bermaksiat, jangan memakan rizki dari-Nya. Orang itu pun bertanya, “Bagaimana aku bisa hidup?” Ibrahim bin Adham pun berkata, “Tidakkah engkau malu memakan rizki dari-Nya, sementara engkau bermaksia kepada-Nya?” “Tidakkah engkau malu bermaksiat kepada-Nya, sementara Allah senantiasa bersamamu dan dekat denganmu?”

Lalu, Ibrhamin ibn Adham melanjutkan, “Jika engkau tetap ingin bermaksiat, maka apabila malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, katakan padanya, ‘Tunggu sampai aku bertaubat!’”

Orang itu menjawab, “Adakah yang bisa melakukan itu?” Ibrahim berkata, “Tidakkah engkau malu malaikat maut datang kepadamu dan mengambil ruhmu sementara engkau dalam kondisi bermaksiat?”

Bercermin dari kisah hikmah ini, tentu kita tidak punya ruang sesenti pun untuk berbuat hina, kecuali Allah mengetahui. Sementara, setiap hari kita memakan rizki dari-Nya, hidup di bumi-Nya dan menikmati seluruh anugerah-Nya. Lantas, masihkah kita tidak malu kepada-Nya dengan tetap bangga di atas salah dan dosa-dosa yang setiap jiwa pasti pernah melakukannya?

Sekiranya penduduk negeri ini benar-benar beriman, tentu mereka akan malu bermaksiat kepada Allah. Dan, sekiranya penduduk negeri ini benar-benar serius memelihara rasa malunya, tentu tidak akan terjadi segala bentuk kerusakan moral, kerusuhan sosial, atau pun kehidupan bebas tanpa aturan.

Kiriman : Atok Haryanto A Mh
Sumber : www.hidayatullah.com
Share:

Sunday, 17 November 2013

Percaya Ga, Jomblo Sebelum Menikah itu Pilihan Cerdas..

Percaya Ga, Jomblo Sebelum Menikah itu Pilihan Cerdas..

Bacaan ini khusus Jomblowers, buat yang pacaran pasti pada protes, ambil hikmahnya aja ya

Bismillahirrahmaanirrahiim

Sahabat muslimku..
I proud to be J0mbL0.
I proud ga Pacaran. Serius deh.. , tapi jomblonya yg berkualitas tentunya..

Pacaran ooohhh Pacaran... Asal kamu dari mana sih?, Dibilang tradisi masyarakat Indonesia ga, Dibilang Islami apalagi, jauuuhhh.. Teori darimana sih dirimu? Kok jadi barometer Hebat laku dan nggak-nya seseorang, Hadeuhh, cabeee deeehh

Buat kamu yang jomblo, dan dijadiin bahan dasar ejekan ga laku2, Nyantai aja deh bro & sis. Stay cooL, Jomblo bukan berarti Ga laku, emang barang dagangan #CatetDiJidat

Namun saya ga mau buang2 waktu, Bermain2 dengan sejuta gombalan palsu, hanya untuk kesenangan semu, Bukankah Allah udah kasih rambu2nya, "Dan janganlah kamu mendekati Zina, karena itu sungguh suatu perbuatan yang keji." [Q.S. Al Isra': 32], tuh jelas kan mendekatinya aja udah dilarang, apalagi melakukan. baik itu Zina mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan hati. Zina itu Bukan sekedar ‘berhubungan badan’ layaknya suami istri yg sah,

Demi Allah yg mengutus Rasulullah pembawa risalah kebenaran, bahwa kedua tangan, mata, telinga, kaki, dan hati ini semua akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak, BUKAN mulut kita yg bicara, tapi anggota tubuh kita yg akan bicara dan menjadi saksi apa yg sudah dilakukan selama didunia, Astagfirullah..

So... Jomblo adalah pilihan yg cerdas, menjadi hamba Allah yg sholeh dan sholehah di akhir zaman Keputusan cerdas, ketika seseorang belum mampu mewujudkan ikatan Cintanya dengan ikatan yang halal yaitu pernikahan..

Kenapa cerdas? Sabar, jangan emosi dulu, hehe…

Karena dengan Jomblo, seseorang terhindar dari Murka Allah, kita memiliki banyak waktu untuk belajar, lebih fokus beribadah, lebih aktif dan kreatif karena ga ada istilah galau bukan buat mikirin si dia, hati kita bersih karena yg di ingat hanya nama Allah, bukan nama si Doi.

Oh iya, 1 Lagi keuntungannya..
Pundi2 dana bulanan or salary kita aman terkendali, hehehe, Bukankah Begitu ?

Jomblowan dan jomblowati yang diberkahi Allah, Yakinlah, Bahwa Allah sangat menyayangimu, kesendirian jangan dibikin galau, itu artinya kita diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki kualitas diri untuk menghadapi masa depan.

Allah tak mau kamu dipermainkan oleh mata pecinta dunia.. DIA sudah myediakan kekasih buat kita yg sudah termaktub di lauhul mahfudz, jangan khawatir, tulang rusukmu takan tertukar.

Kalaupun seseorang itu jodohmu, suatu saat allah akan mempertemukanmu dengan dia di saat yg tepat. Temukanlah ia dalam sujudmu, Dalam penantian ikhlasmu, Dalam sajadah cintamu, Istikharah jua yang menjadi peneguh hatimu...

Bersabarlah... Berpuasalah.

Ingat saudaraku.. jodoh itu cerminan diri kita.. kalau kitanya sholeh, dapat jodohnya juga sholeh juga. janji Allah itu pasti, wanita yg baik akan bersama laki-laki yg baik pula..

Memang.. menikah termasuk ibadah, tapi menikah itu sunnah, jadi utamakan yang wajib dulu, baru yg sunnahnya. namun, nikah juga menjadi wajib hukumnya, jika dikhawatirkan diri takut terjebak dosa, maka menikah lebih baik daripada pacaran, mending nikah... udah halal, berkah, berpahala lagi.. Hehe, sok tau ya si abdul, padahal nikah juga belum..

Nah, Bro & sist, kalau udah siap lahir bathin, ilmu, iman, fisik, mental, materi, dll, tunggu apalagi silahkan ikhtiar semaksimal mungkin.

kuncinya DUIT (Do'a, Usaha, Ikhtiar, Tawakal)

Dekati Allah.. maka Allahpun baik sama kita, tinggal minta apa saja yg kita mau, dengan izinNya akan dikabulkan,, kun fayakun

Kalaupun sampe sekarang masih alone juga, bukan berarti ga laku,
tapi belum ada aja orang yg beruntung dapetin kita..

Buat yg jomblo.. La takhof wala tahzan innallaha maa'na..

Sudah ada jatah masing2 kok, hanya saja masih di sembunyikan oleh Allah, Surprice dari Allah, nanti akan indah pada waktunya

Allah maha tau kapan waktu yg pas untuk kita mendapatkan pangeran atau bidadari itu, hadiah agung dari allah akan dtg disaat yg tepat atas izinNYA

Say : No, Galau.. I'm single, i'm very Happy..

Cinta Allah dulu sebelum cinta yg lainnya.. Allah dulu.. Allah dulu, Allah lagi, Allah teruss.. kan gitu kata ust. masnyur juga.

Apalagi buat yg masih di bangku sekolah, fokus menuntut ilmu dulu deh yg bener, Cita-cita dulu, setelah itu cinta.. (kalau dlm istilah cina nya mah, "tong waka begeur
dihulakeun") hehe..

Mohon maaf jika ada kesalahan dalam tulisan ini, bade di tampi mangga, teu ditampi ge wios..

Hapunten pisan, bilih aya nu kasindir , semua kutuliskan semata2 untuk kebaikan. saya hanya ingin memotivasi buat para jomblowers agar kesendirian ga usah dibikin galau..

Kita tidzk sendirian kok, banyak sayang dan cinta dari Allah, dari orangtua, juga sahabat, teman2 semuanya..
Share:

Total Pageviews