MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Monday, 10 August 2015

Kisah Benar: Kisah Ular Tunggu Mayat

Kisah Benar: Kisah Ular Tunggu Mayat
ular-menunggu-mayat
Suatu cerita yang telah berlaku beberapa tahun dulu di Makkah.. Kisah Benar…, kisah yang boleh kita renungkan bersama serta jadikan panduan dalam diri kita ini. Kisah yang anda baca ini bukan yang datang dari majalah Mastika atau majalah2 tabloid tetapi kisah dari tanah perkuburan Sa’raya,Makkah.
Pada beberapa tahun dahulu ada seorang perempuan yang berumur 40an telah meninggal dunia.
Mereka telah mengusung jenazah beliau untuk dikebumikan di tanah perkuburan Al Ma’ala yakni lebih kurang 2 kilometer dari Masjidil Haram selepas solat zuhur.
Apabila sampai sahaja di tanah perkuburan tersebut, alangkah terperanjatnya mereka bila mendapati seekor ular yang berwarna hitam sebesar paha bersisik tebal telah berada di dalam liang lahat (dalam kubur tersebut).
Subhanallah … keadaan ular tersebut amat mengerunkan. Mereka pun terus berlalu dari situ dan membawa jenazah wanita tersebut ke tanah perkuburan yang lain yakni di tanah perkuburan Sa’raya lebih kurang setengah jam memandu dari situ (8 km Jauhnya) .
Apabila mereka sampai di tanah perkuburan tersebut, rupa-rupanya ular hitam yang sama juga telah menunggu jenazah wanita yang ingin dikebumikan di situ.
Allahuakbar … mereka mengambil keputusan untuk memindahkan serta mengangkat ular tersebut dan letakkan di luar yakni berjauhan sedikit dari kawasan tersebut dan mengkebumikan jenazah wanita itu (yang peliknya ular hitam itu tidak melakukan apa-apa bila disentuh oleh mereka).
Selepas sahaja mereka mengkebumikan mayat wanita itu, tiba-tiba Ular Hitam yang diletakkan berjauhan dari situ terus datang menjalar dengan pantas dan msk meluru ke dlm kubur wanita itu.
MasyaAllah (seperti menjunam ke dalam swimming pool dari atas – keadaan sewaktu ular itu masuk ke dalam kubur).
Dengan beberapa seketika mereka mendengar bunyi seperti dahan-dahan pokok yang dipatah patahkan dan apabila mereka melihat ke dalam kubur wanita tersebut, alangkah terperanjatnya kerana ular hitam sedang membelit jenazah wanita itu serta mematah matahkan tulang jenazah itu …
Subhanallah.. Ada beberapa orang yang berada di persekitaran kubur itu turut pengsan melihat kejadian itu. Selepas diselidiki kenapa perkara tersebut boleh terjadi, rupa-rupanya sewaktu hayatnya, wanita tersebut suka melewat lewatkan solatnya.
Marilah kita ambil iktibar dan pedoman dari kejadian ini. Semoga Allah swt kuatkan iman kita dalam mendirikan solat 5 waktu daripada gangguan syaitan dan iblis insyaAllah. Ini baru seksaan di dunia akibat melewatkan solat… Bagaimana kalau tak solat..?
Share:

Siapa Idola Kita ?

Siapa Idola Kita ?
Bila kita memperhatikan fenomena dan gejala yang memasyarakat saat ini di dalam mencari panutan atau lebih trend lagi dengan sebutan “sang idola”, maka kita akan menemukan hal yang sangat kontras dengan apa yang terjadi pada abad-abad terdahulu, khususnya pada tiga abad utama (al-Qurûn al-Mufadldlalah).
Kalau dulu, orang begitu mengidolakan manusia-manusia pilihan dan berakhlaq mulia di kalangan mereka seperti para ulama dan orang-orang yang shalih. Maka, kondisi itu sekarang sudah berubah total. Orang-orang sekarang cenderung menjadikan manusia-manusia yang tidak karuan dari segala aspeknya sebagai idola. Mereka mengidolakan para pemain sepakbola, kaum selebritis, paranormal dan tokoh-tokoh maksiat pada umumnya. Anehnya, hal ini didukung oleh keluarga bahkan diberi spirit sedemikian rupa agar anaknya kelak bisa menjadi si fulanah yang artis, atau si fulan yang pemain sepakbola dan seterusnya. Lebih aneh lagi bahwa mereka berbangga-bangga dengan hal itu.
Tentunya ini sangat ironis karena sebagai umat Islam yang mayoritas seharusnya mereka harus memahami ajaran agama secara benar sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang di dalamnya. Ketidaktahuan akan ajaran agama ini akan berimplikasi kepada masa depan mereka kelak karena ini menyangkut keselamatan dan ketentraman mereka di dalam meniti kehidupan di dunia ini.
Bahkan pada sebagian masyarakat kita, telah muncul gejala yang lebih serius dan mengkhawatirkan lagi, yaitu pengkultusan terhadap sosok yang dianggap sebagai tokoh tanpa menyelidiki terlebih dahulu sisi ‘aqidah dan akhlaqnya. Tokoh idola ini diikuti semua perkataan dan ditiru semua perbuatannya tanpa ditimbang-timbang lagi, apakah yang dikatakan atau dilakukan itu benar atau salah menurut agama bahkan sebaliknya, perkataan dan perbuatannya justru menjadi acuan benar tidaknya menurut agama…naûdzu billâhi min dzâlik.
Yang lebih memilukan lagi, sang idola yang tidak ketahuan juntrungannya tersebut memposisikan dirinya sebagaimana yang dianggap oleh para pengidolanya. Mereka berlagak sebagai manusia-manusia suci pada momen-momen yang memang suci seperti pada bulan Ramadhan, hari Raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adlha. Mereka diangkat sedemikian rupa oleh mass media dan media visual maupun audio visual seperti surat kabar, majalah, internet, radio dan televisi.
Pada momen-momen tersebut, mereka seakan mengisi semua hari-hari para pengidola bahkan non pengidolapun tak luput dari itu. Mereka menganggap bahwa diri merekalah yang paling mengetahui apa yang harus dilakukan secara agama pada momen-momen tersebut. Maka dipersembahkanlah berbagai tayangan program dan acara untuk menyemarakkan syi’ar bulan Ramadhan tersebut – menurut anggapan mereka- . Tampak, pada momen-momen tersebut mereka seakan menjadi manusia paling suci dan panutan semua… Yah! Untuk sesaat saja!.
Sesungguhnya, apa yang mereka lakukan itu tak lain hanyalah racun yang dipaksakan kepada ummat untuk diteguk, mulai dari racun dengan reaksi lambat, sedang bahkan cepat tergantung kepada daya tahan dan tingkat kekebalan peneguknya.
Selanjutnya, akankah kita membiarkan anggota keluarga kita meneguk racun-racun tersebut, baru kemudian menyesali apa yang telah terjadi?.
Maka untuk mengetahui siapa yang seharusnya dijadikan sebagai idola oleh seorang Muslim dan bagaimana implikasi-implikasinya?. Kajian hadits kali ini sengaja mengangkat tema tersebut, mengingat hampir semua rumah kaum Muslimin telah dimasuki oleh salah satu atau kebanyakan mass media dan media tersebut.
Semoga kita belum terlambat untuk menyelamatkan keluarga kita sehingga racun-racun tersebut dapat dilenyapkan dan dimusnahkan.
NASKAH HADITS
Dari Abu Wâ-il dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata: “seorang laki-laki datang kepada Rasulullah sembari berkata: ‘wahai Rasulullah! Apa pendapatmu terhadap seorang laki-laki yang mencintai suatu kaum padahal dia belum pernah (sama sekali) berjumpa dengan mereka?’. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: “seseorang itu adalah bersama orang yang dia cintai”. (H.R.Muslim)
TAKHRIJ HADITS SECARA GLOBAL
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Bukhâry, at-Turmuzy, an-Nasaiy, Abu Daud, Ahmad dan ad-Darimy.
PENJELASAN HADITS
Di dalam riwayat yang lain, disebutkan dengan lafazh “Engkau bersama orang yang engkau cintai”. Demikian pula dengan hadits yang maknanya: “Ikatan Islam yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah”.
Anas bin Malik mengomentarinya: “Setelah keislaman kami, tidak ada lagi hal yang membuat kami lebih gembira daripada ucapan Rasulullah: ‘engkau bersama orang yang engkau cintai’ ”. Lalu Anas melanjutkan: “Kalau begitu, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, Abu Bakar serta ‘Umar. Aku berharap kelak dikumpulkan oleh Allah bersama mereka meskipun aku belum berbuat seperti yang telah mereka perbuat”.
Imam an-Nawawy, setelah menyebutkan beberapa hadits terkait dengan hadits diatas, menyatakan: “Hadits ini mengandung keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya, orang-orang yang shalih, orang-orang yang suka berbuat kebajikan baik yang masih hidup atau yang telah mati. Dan diantara keutamaan mencintai Allah dan Rasul-Nya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan keduanya serta berakhlaq dengan akhlaq islami. Di dalam mencintai orang-orang yang shalih tidak mesti mengerjakan apa saja yang dikerjakannya sebab bila demikian halnya maka berarti dia adalah termasuk kalangan mereka atau seperti mereka. Pengertian ini dapat diambil dari hadits setelah ini, yakni (ucapan seseorang yang bertanya tentang pendapat beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam mengenai) seseorang yang mencintai suatu kaum sementara dia tidak pernah sama sekali bertemu dengan mereka (seperti yang tersebut di dalam hadits diatas-red)…”.
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah mengaitkan makna cinta tersebut selama seseorang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya sebab orang yang mencintai Allah, maka dia pasti mencintai para Nabi-Nya karena Dia Ta’ala mencintai mereka dan mencintai setiap orang yang meninggal di atas iman dan taqwa. Maka mereka itulah Awliyâ Allah (para wali Allah) yang Allah cintai seperti mereka yang dipersaksikan oleh Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam masuk surga, demikian pula dengan Ahli Badar dan Bai’ah ar-Ridlwan. Jadi, siapa saja yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah masuk surga, maka kita bersaksi untuknya dengan hal ini sedangkan orang yang tidak beliau persaksikan demikian, maka terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama; sebagian ulama mengatakan: ‘tidak boleh dipersaksikan bahwa dia masuk surga dan kita juga tidak bersaksi bahwa Allah mencintainya’. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan: ‘justeru orang yang memang dikenal keimanan dan ketakwaannya di kalangan manusia serta kaum Muslimin telah bersepakat memuji mereka seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Hasan al-Bashry, Sufyan ats-Tsaury, Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’iy, Ahmad, Fudlail bin ‘Iyadl, Abu Sulaiman ad-Darany (al-Kurkhy), ‘Abdullah bin Mubarak dan selain mereka, kita mesti bersaksi bahwa mereka masuk surga’.
Diantara dalil yang digunakan oleh kelompok kedua ini adalah hadits shahih yang menyatakan bahwa Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam pernah melewati suatu jenazah lalu mereka memujinya dengan kebaikan, maka beliau berkata: “pasti, pasti”. Kemudian lewat lagi suatu jenazah lalu mereka bersaksi untuknya dengan kejelekan, maka beliau berkata: “pasti, pasti”. Mereka lantas bertanya: “wahai Rasulullah! Apa maksud ucapanmu : ‘pasti, pasti tersebut ?’. beliau menjawab: “jenazah ini kalian puji dengan kebaikan, maka aku katakan: ‘pasti ia masuk surga’. Dan jenazah satunya, kalian bersaksi dengan kejelekan untuknya, maka aku katakan: ‘pasti dia masuk neraka’. Lalu ada yang bertanya kepada beliau: “bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “dengan pujian baik atau jelek”.
Klasifikasi Mahabbah (Kecintaan)
Mahabbah ada beberapa jenis:
Pertama, al-Mahabbah Lillâh (kecintaan karena Allah) ; jenis ini tidak menafikan tauhid kepada-Nya bahkan sebagai penyempurna sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah kecintaan karena Allah dan kebencian karena Allah.
Refleksi dari kecintaan karena Allah adalah bahwa kita mencintai sesuatu karena Allah Ta’ala mencintainya baik ia berupa orang atau pekerjaan, dan inilah yang merupakan penyempurna keimanan.
Diantara contoh yang menjelaskan perbedaan antara kecintaan kepada Allah dan selain Allah adalah antara apa yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Abu Thalib; Abu Bakar mencintai Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam karena semata-mata mengharap ridla Allah sedangkan Abu Thalib, paman Nabi mencintai diri beliau dan membelanya karena mengikuti hawa nafsunya bukan karena Allah sehingga Allah menerima amal Abu Bakar dan tidak menerima amal Abu Thalib.
Kedua, al-Mahabbah ath-Thabî’îyyah (kecintaan yang alami) dimana seseorang tidak mendahulukannya dari kecintaannya kepada Allah ; jenis ini juga tidak menafikan kecintaan kepada Allah. Contohnya adalah seperti kecintaan terhadap isteri, anak dan harta.
Oleh karena itu, tatkala Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam ditanyai tentang siapa manusia yang paling engkau cintai?. Beliau menjawab: ‘Aisyah. Lalu beliau ditanyai lagi: dari kalangan laki-laki siapa?. Beliau menjawab: ayahnya (yakni Abu Bakar).
Demikian juga kecintaan seseorang kepada makanan, pakaian dan selain keduanya yang bersifat alami.
Ketiga, al-Mahabbah ma’a Allah (kecintaan berbarengan dengan kecintaan kepada Allah) yang menafikan tauhid kepada-Nya; yaitu menjadikan kecintaan kepada selain Allah seperti kecintaan kepada-Nya atau melebihinya dimana bila kedua kecintaan itu saling bertolak belakang, seseorang lebih mengutamakan kecintaan kepada selain-Nya ketimbang kepada-Nya. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang menjadikan kecintaan tersebut sebagai sekutu bagi Allah yang lebih diutamakannya atas kecintaan kepada-Nya atau –paling tidak- menyamainya.
Diantara contoh kecintaan kepada selain Allah adalah seperti kecintaan kaum Nashrani terhadap ‘Isa al-Masih 'alaihissalâm, kecintaan kaum Yahudi terhadap Musa 'alaihissalâm, kecintaan kaum Syi’ah Rafidlah terhadap ‘Aly radliallâhu 'anhu, kecintaan kaum Ghulât (orang-orang yang melampaui batas dan berlebih-lebihan) terhadap para syaikh dan imam mereka seperti orang yang menunjukkan loyalitas terhadap seorang Syaikh atau Imam dan menghasut orang lain agar menjauhi orang yang dianggap rival atau saingannya padahal masing-masing mereka hampir sama atau sama di dalam kedudukan dan kualitas kelimuan. Ini sama dengan kondisi Ahlul Kitab yang beriman kepada sebagian Rasul dan kufur kepada sebagian yang lain; kondisi kaum Syi’ah Rafidlah yang menunjukkan loyalitas terhadap sebagian shahabat dan memusuhi sebagian besar yang lainnya, demikian pula kondisi orang-orang yang fanatik dari kalangan Ahli Fiqih dan Zuhud yang menunjukkan sikap loyalitas terhadap para syaikh dan imam mereka dengan menganggap remeh orang-orang selain mereka yang sebenarnya hampir sama atau selevel dengan para syaikh dan imam mereka tersebut. Seorang Mukmin sejati adalah orang yang menunjukkan loyalitas terhadap semua orang yang beriman sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara”.
Perbedaan Antara Klasifikasi Pertama Dan Ketiga
Perbedaan antara klasifikasi pertama, yakni al-Mahabbah lillâh (kecintaan karena Allah) dan klasifikasi ketiga, yakni al-Mahabbah ma’a Allah (kecintaan berbarengan dengan kecintaan kepada Allah) tampak jelas sekali, yaitu;
- bahwa Ahli syirik menjadikan sekutu-sekutu yang mereka cintai sama seperti kecintaan mereka kepada Allah bahkan lebih,
- sedangkan orang-orang yang beriman dan ahli iman sangat mencintai Allah, ini dikarenakan asal kecintaan mereka adalah mencintai Allah dan barangsiapa yang mencintai Allah, maka dia akan mencintai orang yang dicintai oleh Allah; dan barangsiapa yang dicintai oleh-Nya, maka dia akan mencintai-Nya. Jadi, orang yang dicintai oleh orang yang dicintai oleh Allah adalah dicintai oleh Allah karena dia mencintai Allah; barangsiapa yang mencintai Allah, maka Allah akan mencintainya sehingga kemudian dia mencintai orang yang dicintai oleh-Nya.
-
Urgensi Mencintai Allah dan Rasul-Nya
Kewajiban pertama seorang hamba adalah mencintai Allah Ta’ala karena merupakan jenis ibadah yang paling agung sebagaimana firman-Nya : “Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (Q,.s.al-Baqarah/01: 165). Hal ini dikarenakan Dia Ta’ala adalah Rabb yang telah berkenan memberikan kepada semua hamba-Nya nikmat-nikmat yang banyak baik secara lahir maupun bathin.
Kewajiban berikutnya adalah mencintai Rasul-Nya, Muhammad shallallâhu 'alaihi wa sallam sebab beliaulah yang mengajak kepada Allah, memperkenalkan-Nya, menyampaikan syari’at-Nya serta menjelaskan kepada manusia hukum-hukum-Nya. Jadi, semua kebaikan yang didapat oleh seorang mukmin di dunia dan akhirat semata adalah berkat perjuangan Rasulullah. Seseorang tidak akan masuk surga kecuali bila ta’at dan mengikuti beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam .
Di dalam hadits yang lain disebutkan: “Tiga hal yang bila ada pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman; (pertama)bahwa dia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya; (kedua) dia mencintai seseorang hanya karena Allah; (ketiga) dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia benci dirinya dicampakkan ke dalam api neraka”. (Hadits Muttafaqun ‘alaih)
Dalam hal ini, mencintai Rasulullah yang menempati peringkat kedua merupakan sub-ordinasi dan konsekuensi dari mencintai Allah Ta’ala. Khusus dengan kewajiban mencintai Rasulullah dan mendahulukannya atas kecintaan terhadap siapapun dari Makhluk Allah, terdapat hadits beliau yang berbunyi (artinya) : “Tidaklah beriman seseorang diantara kalian hingga aku menjadi orang yang paling dicintainya daripada anaknya, ayahnya serta seluruh manusia”. (Hadits Muttafaqun ‘alaih).
Lebih dari itu, hendaknya kecintaannya terhadap Rasulullah melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri sebagaimana disebutkan di dalam hadits bahwa ‘Umar bin al-Khaththab radliallâhu 'anhu pernah berkata: “Wahai Rasulullah! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu selain daripada diriku”. Lalu beliau bersabda: “demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga engkau jadikan aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”. Lantas ‘Umar berkata kepada beliau: “Kalau begitu, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”. Beliau berkata kepadanya: “Sekaranglah, wahai ‘Umar!”. (H.R.Bukhary).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Setiap mahabbah (kecintaan) dan pengagungan terhadap manusia hanya boleh menjadi sub-ordinasi dari kecintaan kepada Allah dan pengagungan terhadap-Nya, yaitu seperti kecintaan kepada Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam dan pengagungan terhadapnya karena hal ini merupakan sarana penyempurna kecintaan terhadap utusan-Nya dan pengagungan terhadap-Nya. Sesungguhnya, umat mencintai Rasul mereka karena kecintaan Allah, pengagungan-Nya serta pemuliaan-Nya terhadap dirinya. Inilah bentuk kecintaan yang merupakan konsekuensi dari kecintaan kepada Allah”.
Implikasi Dari Kecintaan Kepada Selain Allah Dan Rasul-Nya Yang Berlebihan
Dimuka telah dijelaskan bahwa kita sangat menginginkan agar dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai, yaitu orang-orang yang shalih dan dikenal ketaqwaannya. Sementara itu menurut satu pendapat, juga kita dibolehkan bersaksi untuk orang yang memang dikenal oleh kalangan luas ketaqwaan dan keshalihannya serta umat telah bersepakat memujinya seperti imam-imam madzhab yang empat.
Di samping itu, telah disebutkan bahwa ada dua pendapat terkait dengan persaksian masuk surga terhadap orang yang belum dipersaksikan demikian oleh Rasulullah dimana salah satu pendapat berdalil dengan salah satu sabda beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam yang memberikan kriteria, yaitu adanya pujian baik dan jelek dari manusia.
Dari sini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah bahwa sebenarnya banyak di kalangan para syaikh yang terkenal di masa beliau yang bisa jadi bukan orang berilmu, bahkan melakukan amalan sesat, kemaksiatan dan dosa-dosa yang menghalangi diri mereka dari persaksian orang terhadap mereka dengan kebaikan. Bahkan bisa jadi, diantara mereka ada orang Munafiq dan Fasiq, juga tidak menutup kemungkinan ada orang yang termasuk wali-wali Allah yang benar-benar bertaqwa dan beramal shalih serta termasuk hizb-Nya yang mendapatkan kemenangan. Disamping itu, ada pula kelompok manusia selain para syaikh tersebut yang dikategorikan sebagai para wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa -dimana mereka itu masuk surga - seperti para pedagang, petani dan selain mereka dari kelas sosial lainnya yang ada di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, menurut Syaikhul Islam, barangsiapa yang meminta agar kelak dikumpulkan dengan seorang Syaikh yang dia tidak tahu bagaimana akhir hidupnya maka dia telah sesat, bahkan seharusnya dia meminta agar dikumpulkan oleh Allah dengan orang yang dia ketahui akhir hidupnya yaitu para Nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih sebagaimana firman Allah Ta’ala: “…dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mu'min yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula”. (Q,.s. 66/at-Tahrim: 4).
Di dalam firman-Nya yang lain: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”. (Q,.s. 5/al-Ma-idah: 55). Demikian pula di dalam firman-Nya: “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”. (Q,.s. 5/al-Ma-idah: 56).
Maka, berdasarkan ayat-ayat tersebut diatas, kembali menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, siapa saja yang mencintai seorang Syaikh/tuan guru yang menyelisihi syari’at, maka dia kelak akan bersamanya; bila si Syaikh dimasukkan ke dalam neraka, maka dia akan bersamanya disana. Sebab secara lumrah sudah diketahui bahwa para Syaikh yang menyimpang dan menyelisihi Kitabullah dan as-Sunnah adalah orang-orang yang sesat dan jahil, karenanya; barangsiapa yang bersama mereka, maka jalan akhir dari kehidupannya adalah sama seperti jalan akhir dari kehidupan orang-orang tersebut (ahli kesesatan dan kejahilan). Sedangkan mencintai orang yang termasuk para wali Allah yang bertaqwa seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Aly dan selain mereka adalah merupakan ikatan keimanan yang paling kokoh dan sebesar-besar kebaikan yang akan diraih oleh orang-orang yang bertaqwa. Andaikata seseorang mencintai seseorang yang lain lantaran melihat kebaikan yang tampak pada dirinya yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan mengganjarnya pahala atas kecintaannya terhadap apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya meskipun dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya tersimpan di dalam bathinnya (orang tersebut) karena hukum asalnya adalah mencintai Allah dan mencintai apa yang dicintai oleh-Nya; barangsiapa yang mencintai Allah dan apa yang dicintai oleh-Nya, maka dia termasuk wali Allah akan tetapi kebanyakan manusia sekarang hanya mengaku-aku saja bahwa dirinya mencintai tetapi tanpa teliti dan realisasi yang benar. Allah berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad)! Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni semua dosa kalian”.
Ayat ini turun terhadap suatu kaum di masa Rasulullah yang mengaku-aku bahwa mereka mencintai Allah.
Mencintai Allah dan Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa memiliki konsekuensi melakukan hal-hal yang dicintai-Nya dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai-Nya sementara manusia di dalam hal ini memiliki perbedaan yang signifikan; barangsiapa yang di dalam hal tersebut berhasil meraup jatah yang banyak, maka dia akan meraih derajat yang paling besar pula di sisi Allah.
Sedangkan orang yang mencintai seseorang karena mengikuti hawa nafsunya seperti dia mencintainya karena ada urusan yang bersifat duniawy yang ingin diraihnya, karena suatu hajat tertentu, karena harta yang dia menumpang makan kepada si empunya-nya, atau karena fanatisme terhadapnya, dan semisal itu; maka ini semua itu bukan termasuk kecintaan karena Allah tetapi (kecintaan) karena hawa nafsu belaka. Kecintaan seperti inilah yang menjerumuskan para pelakunya ke dalam kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI HADITS TERSEBUT
Kewajiban pertama seorang hamba adalah mencintai Allah, setelah itu diikuti dengan kewajiban berikutnya, yaitu mencintai Rasul-Nya yang merupakan subordinasi dan konsekuensi dari mencintai Allah tersebut.
Seseorang kelak akan dikumpulkan bersama orang yang diidolakan dan dicintainya; maka hendaknya yang menjadi idola kita adalah Allah dan Rasul-Nya serta hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertaqwa.
Persaksian terhadap seseorang masuk surga atau tidak boleh dilakukan bila memang termasuk orang yang sudah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, sedangkan terhadap orang yang banyak dipuji dan dipersaksikan oleh orang banyak; maka terdapat perbedaan pendapat tentang kebolehannya.
Hendaknya semua makhluk mengikuti Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam; tidak menyembah selain Allah dan beribadah kepada-Nya dengan syari’at Rasulullah, bukan selainnya.
Tidak boleh kita mengidolakan dan mencintai orang-orang yang dikenal sebagai pelaku maksiat dan pengumbar hawa nafsu karena implikasinya amat berbahaya, khususnya terhadap ‘aqidah. Karenanya, bagi mereka yang terlanjur telah mengidolakan orang-orang seperti itu yang tidak karuan ‘aqidah dan akhlaqnya, hendaknya mulai dari sekarang mencabut pengidolaan tersebut dari hati mereka dan mengalihkannya kepada idola yang lebih utama, yaitu Allah dan Rasul-Nya serta hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertaqwa. Sebab bila tidak, maka akhir hidupnya akan seperti akhir hidup orang-orang yang diidolakannya yang tidak karuan juntrungannya tersebut, na’ûdzu billâhi min dzâlik. Wallahu a’lam
REFERENSI:
“Majmu’ al-Fatâwâ” Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, pasal: Ma’na hadîts “al-Mar-u ma’a man Ahabb”
Kitab “at-Tauhid” karya Syaikh Shalih al-Fauzân
Kitab “al-Qaul al-Mufîd ‘ala kitâb at-Tauhîd” karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullâh, jld. I, hal. 151) (Ilmu Warisan Leluhur)
Share:

Kondisi Miris ABG Jaman Sekarang Dengan Hingar Bingar Idola

Kondisi Miris ABG Jaman Sekarang Dengan Hingar Bingar Idola
Siapa tak kenal penyanyi idola asal Kanada, Justin Bieber. Penyanyi ini masih berusia remaja, namun sudah bisa sejajar dengan para penyanyi senior lainnya. Bagi kalangan anak remaja anak baru gede (ABG) khususnya puteri, nama Justin Bieber sudah pasti tidak asing di telinga mereka. Pada tanggal 23 April ini, Justin menghentak Jakarta dengan tembang-tembangnya. Gara-gara kedatangannya di sebagian tempat seperti di salah satu mall di Jakarta terjadi antrean yang mengular demi mendapatkan tiket konser Justin. Padahal harga tiket yang dijual termasuk mahal. Untuk kelas festival, harga tiket dipatok Rp 1 juta. Bahkan dikabarkan untuk ngantri saja, ada yang sudah ngantri sejak shuhuh, padahal loket pembelian tiket baru dibuka pukul 09.00 WIB.
Menyayangkan Kondisi ABG
Yang kami ingin angkat dalam bahasan ini adalah mengenai keadaan remaja saat ini, yang sudah semakin jauh dari agama mereka. Pergaulan kebanyakan mereka sudah semakin rusak. Yang jadi idola pun bukanlah seorang muslim. Mereka lebih mengenal Justin Bieber, mungkin dikenal pula tanggal lahir sampai pada hobinya. Mereka lebih mengenalnya dari Nabi panutan mereka sendiri. Coba tanyakan saja pada para remaja, banyak yang tidak tahu di mana Nabi mereka lahir, di Makkah atau di Madinah. Mungkin bisa jadi ada yang beri jawaban yang ngawur kalau Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir di Palestina karena saking jahilnya. Sungguh prihatin. Ini baru mengenal Nabi mereka saja. Belum lagi mengenal seluk beluk lainnya tentang Islam. Coba tanyakan kembali, “Tahu gak jika di malam hari mimpi basah harus mandi junub?” Barangkali jawaban baliknya, “Bagaimana cara mandi junub? Saya gak tahu”. Subhanallah ... Padahal kondisi seperti ini akan ia temui di saat ia dewasa. Lantas kenapa sampai hal yang wajib diilmui seperti ini tidak diketahui? Dalam masalah lainnya pun kita bisa turut sedih. Banyak remaja yang saat ini yang tidak bisa baca Al Qur’an, atau mungkin baru bisa sampai pelajaran iqro’ jilid 2. Sejak kecil hanya tahu bagaimana bisa pintar ngomong Inggris. Al Qur’an jadi nomor 1000 untuk dikuasai karena mesti les Inggris, bela diri, les piano, les tari, dan lainnya. Wallahul musta’an.
Kondisi para remaja saat ini tidak jauh dari yang Allah sebutkan dalam ayat,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7)
Pasti di masa tua remaja-remaja seperti ini akan penuh penyesalan dan menyesali hidupnya di masa muda. Remaja yang selalu menjaga hak Allah dengan mentauhidkan-Nya, rajin menjaga shalat dan kewajiban lainnya, serta selalu memperhatikan agamanya, pasti Allah akan menjaga dirinya (kondisi fisiknya dan rohaniahnya) di masa tuanya. Lihat yang dikisahkan oleh Ibnu Rajab berikut ini.
Ibnu Rajab rahimahullah pernah menceritakan bahwa sebagian ulama ada yang sudah berusia di atas 100 tahun. Namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Coba bayangkan bagaimana dengan keadaan orang-orang saat ini yang berusia seperti itu? Diceritakan bahwa di antara ulama tersebut pernah melompat dengan lompatan yang amat jauh. Kenapa bisa seperti itu? Ulama tersebut mengatakan, “Anggota badan ini selalu aku jaga agar jangan sampai berbuat maksiat di kala aku muda. Balasannya, Allah menjaga anggota badanku ini di waktu tuaku.”Namun ada orang yang sebaliknya, sudah berusia senja, jompo dan biasa mengemis pada manusia. Para ulama pun mengatakan tentang orang tersebut, “Inilah orang yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.”[1]
Tunggu saja balasannya di masa tua bagi remaja yang penuh kelalaian, hidup hanya ingin foya-foya, lalai akan kewajiban shalat dan lainnya atau yang punya prinsip “mumpung masih muda, foya-foya sajalah dulu”. Lihat saja nanti ketika kondisinya sudah lemah dan jompo, baru ia sesali masa mudanya.
Ingatlah selalu nasehat nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Manfaatkanlah masa muda kita sebelum datang masa tua kita nanti. Dalam hadits riwayat Al Hakim dalam Mustadroknya disebutkan,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang kematianmu.”[2]
Ketika Justin Lebih Jadi Idola
Justin benar-benar jadi idola yang luar biasa. Padahal Justin hanyalah seorang remaja. Coba saja lihat sampai mesti ngantri untuk dapat tiketnya meskipun harus menunggu berjam-jam. Padahal jika kita perhatikan Justin sendiri bukanlah muslim. Yang patut kita ingat, kita diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk punya rasa benci pada musuh Allah dari kalangan orang kafir (non muslim). Allah Ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” (QS. Al Mujadilah: 22).
Tidakkah kita renungkan pula bahwa seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang ia cintai dan yang dijadikan idola. Dalam hadits riwayat Ath Thobroni, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُحِبّ أَحَد قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْم الْقِيَامَة
“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.”[3] Bagaimana jika yang dicintai dan diidolakan adalah seorang penyanyi dan itu non muslim?! Semoga bisa jadi renungan! Seharusnya yang jadi idola dan yang dicintai adalah para Nabi, para sahabat dan orang sholih, maka engkau akan bahagia berkumpul bersama mereka.
Dalam riwayat dalam Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”[4]
Orang Tua yang Sudah Tidak Ambil Peduli
Remaja-remaja bisa jadi rusak seperti ini, itu pun karena sikap orang tua mereka yang tidak ambil peduli. Tidak sedikit orang tua yang tidak lagi memperhatikan shalat anaknya. Ketika ada acara TV atau ada acara konser, tidak pernah ortu mengajak anaknya untuk melaksanakan shalat lima waktu. Orang tua tidak lagi peduli anaknya bisa baca Al Qur’an atau tidak. Ortu lebih senang jika anaknya ikut les bahasa Inggris, les piano daripada tiap sore mesti ke masjid untuk ikut TPA mempelajari kitab suci Al Qur’an. Ortu pun tidak punya rasa peduli, terserah saja anaknya ingin digandeng oleh lelaki siapa saja. Nantinya ketika sudah terjadi perzinaan barulah datang penyesalan.
Padahal selaku orang tua diperintahkan untuk menjaga diri dan anak-anak dari jilatan neraka. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6). ‘Ali bin Abi Tholib menjelaskan maksud ayat ini, “Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu.” Ibnu ‘Abbas menjelaskan, “Beramallah dengan melakukan ketaatan pada Allah dan jauhilah berbuat maksiat pada-Nya. Perintahkanlah pula keluargamu untuk berdzikir (banyak mengingat Allah) sehingga Allah menyelamatkan kalian dari neraka.”[5]
Kepala rumah tangga (ayah) yang membiarkan perbuatan maksiat pada keluarganya itulah yang disebutkan dalam hadits sebagai ad dayyuts. Dalam hadits riwayat An Nasai, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ وَالدَّيُّوثُ
“Tiga orang yang tidak akan dilihat oleh Allah ‘azza wa jalla pada hari kiamat yaitu: (1) orang yang durhaka pada orang tua, (2) wanita yang menyerupai laki-laki, (3) ad dayyuts.”[6] Ad dayyuts adalah seorang suami atau bapak yang membiarkan terjadinya perbuatan buruk dalam keluarganya.[7]
Apalagi jika kita menilik tembang-tembang itu sendiri termasuk perbuatan mungkar dan maksiat sebagaimana disepakati oleh para ulama madzhab. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.”[8] Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayuran.”[9] Imam Asy Syafi’i. Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.”[10]
Semoga Allah memperbaiki keadaan remaja saat ini untuk kembali taat pada Allah dan juga memberi taufik pada setiap orang tua untuk memperhatikan anak-anak mereka dalam ketaatan.
Share:

Hukum Memajang Foto di Facebook

Hukum Memajang Foto di Facebook
1. Memajang Foto Dengan Pasangan Di Dunia Maya
sumber : http://umisyifa.wordpress.com/…/memajang-foto-dengan-pasan…/
Dulu saya sempat membahas tentang hukum memajang gambar bernyawa di blog lama saya. Sekarang saya tergelitik untuk mengulasnya lagi setelah beberapa waktu lalu sempat melihat banyak pasangan yang kerap memajang fotonya, entah itu sebagai profile foto di facebook, friendster, blog, plurk, atau yahoo messenger.
Innamal a’malu bin niyyat… hadits itu artinya adalah segala sesuatu itu tergantung dari niat. Sehubungan dengan niatan, sesungguhnya apa yang ada di benak pasangan-pasangan tersebut ketika menampilkan foto mereka berdua di dunia maya? Apakah itu hanya iseng saja, atau sebagai informasi bahwa ini lho pasangan saya, atau ini lho istri/suami saya. Mending kalau mereka (pasangan tersebut) sudah menikah, jika belum? Sudah menikah pun kadang beberapa orang (termasuk saya) tetap enggan memajang gambar-gambar pribadi tersebut. Saya sebut pribadi karena bagi saya memajang gambar perempuan baligh (apalagi untuk konsumsi publik) tidak akhsan, meski saat dipajang sudah memakai jilbab.
Kembali kepada niat. Mungkin beberapa orang yang pro dengan pemajangan gambar di dunia maya berdalih, “kan ngga ada niat apa-apa…”, “lagian fotonya biasa aja kok, bukan foto yang neko-neko.”
Bisa saja memberikan pernyataan seperti itu, namun tidakkah mereka memperhatikan apa yang difikirkan oleh orang lain? Bisa jadi, foto mereka itu menjadi sesuatu yang “menarik” hati oknum-oknum yang tak bertanggung jawab sehingga kemudian “dikerjai”. Ada kasus bahwa wanita-wanita berjilbab pun (yang telah memajang gambarnya di dunia maya) bisa dibuat telanjang oleh oknum-oknum yang tidak diketahui identitasnya. Kalau demikian, siapa yang harus dipersalahkan?
Sama saja kasusnya dengan seorang wanita yang berpakaian minim. Ketika ada lelaki yang menggoda, sesungguhnya siapa yang salah? Dua-duanya. Lelaki salah karena tidak memberikan hak orang-orang yang lewat (salah satunya adalah tidak menggangu). Wanita salah karena dengan berpakaian seperti itu berarti ia merelakan dirinya untuk menjadi bahan tontonan, bahkan memancing syahwat kaum laki-laki. Na’uu dzubillaahi mindzaalik.
Dengan menulis tema semacam ini, saya tidak hendak membuat permusuhan (karena beberapa kawan juga memajang foto dengan pasangannya, baik dengan pasangan yang sah atau tanpa ikatan pernikahan). Saya hanya ingin mengajak kepada semua (termasuk diri saya sendiri) untuk berpikir dua kali sebelum bertindak. Berpikir tentang maslahat dan madharat yang akan ditimbulkan ketika melakukan sesuatu hal, apa pun itu, tidak hanya bagi diri kita sendiri, tapi juga orang lain yang ada di sekitar kita. Bila memang tak ada manfaatnya, kenapa musti memajang foto berdua di dunia maya?
2. Memajang Foto di Facebook
sumber : http://buletinalfityah.blogspot.com/…/memajang-foto-di-face…
Assalamu'alaikum.wr.wb
Bismillah...
Bagaimana hukumnya memajang foto ikhwan di facebook??
Anjar-Cikarang, Bekasi
Jawab :
Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh...
Untuk membahas persoalan ini harus kembali kepada persoalan yang banyak diributkan di zaman modern ini tentang hukum foto.
Ulama di zaman sekarang berbeda pendapat tentang hukum foto. Sebagian mengharamkan secara mutlak, sementara sebagian lainnya membolehkannya.
Para ulama yang memandang bolehnya foto menyebutkan beberapa syarat untuk pembolehan tersebut, yaitu :
Tujuan foto tersebut untuk perkara yang mubah, seperti penggunaannya untuk paspor, SIM dan yang semacamnya
Tidak ada campur tangan orang yang memotret untuk merubah atau memperindah gambar tersebut
Gambar foto tersebut bukanlah gambar yang diharamkan seperti gambar wanita yang bertabarruj dan yang semacamnya
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullahu :
"Gambar fotografi yang kita melihatnya dimana alat tersebut mengeluarkan gambar secara otomatis, dan tidak ada campur tangan secara langsung dari manusia (dalam pembuatan gambar secara manual); kami memandang bahwa yang seperti ini tidak termasuk gambar yang diharamkan. Yang seperti hanyalah memindahkan gambar yang Allah ‘azza wa jalla ciptakan dengan perantara alat tersebut. Dia berbentuk cetakan, bukan perbuatan hamba dari sisi penggambaran (secara manual). Hadits-hadits yang menyebutkan (pengharaman gambar) hanya berlaku pada gambar yang dilakukan (dilukis secara langsung) oleh seorang hamba dan menandingi ciptaan Allah.
Hal ini bisa lebih jelas bagi Anda, jika seseorang menuliskan sebuah surat untuk Anda dan dia mencetaknya melalui alat fotografi, maka gambar yang keluar bukanlah berasal dari orang yang mengaktifkan dan menggerakkan alat tersebut. Karena orang yang menggunakan alat tersebut bisa saja tidak mengenal tulis-menulis. Semua orang mengetahui bahwa yang ini adalah tulisan orang yang pertama, sementara yang kedua sama sekali tidak ada campur tangannya.
Akan tetapi jika dia membuat gambar fotografi tersebut untuk tujuan haram, maka itupun menjadi haram dengan pengharaman sarananya". (Majmu Fatawa asy Syaikh al Utsaimin, II, pertanyaan no. 318)
Karenanya, menurut kami tidak masalah memajang foto tersebut jika ada maslahat yang jelas (seperti untuk menunjukkan identitas yang sebenarnya, foto-foto suatu kegiatan yang perlu dipublikasikan dan lain-lain), serta tidak menimbulkan fitnah atau kerusakan.
Adapun wanita, sama sekali tidak ada alasan untuk membolehkan memajang fotonya karena fitnah yang ditimbulkan sangat jelas, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Wallahu a'lam.
3. Akhii… Ukhti… Andai Kau Mau Renungkan Kaidah Ini Sebelum Memanfaatkan Facebook
sumber : http://alashree.wordpress.com/…/sadduz-dzariah-ibnul-qayyim/
(Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bag.III)
Saya pernah “merinding” ketika membaca kaidah yang disebutkan Ibnul Qayyim di bawah ini (dalam kitab Ighatsatul lahfaan min Mashaayidis-Syaithaan -
Syariat mengharamkan segala sarana yang bisa mengantarkan pada hal yang haram, meskipun ketika memanfaatkan sarana tersebut “TIDAK DINIATKAN UNTUK BERBUAT HARAM“.
Renungkanlah kaidah di atas…
Boleh jadi, ketika kau memajang foto saudari kandung wanitamu, itu menjadi sebab teman-teman FB-mu yang lain melihat saudarimu itu!
Boleh jadi, ketika kau menautkan video (yang kau anggap bermanfaat) di wall FB-mu, sedangkan di dalamnya terdapat gambar wanita tidak memakai jilbab –dan ini terlarang dilihat secara syariat-, kau menjadi sebab orang lain melihat wanita-wanita itu. Padahal, mungkin kau telah tahu bahwa memandangi wanita bukan mahram adalah hal yang terlarang.
Dan masih banyak boleh jadi lainnya yang jika kau lakukan, kau menjadi sebab orang lain berbuat maksiat tanpa kau sadari.
Apa susahnya kau hapus foto-foto dan gambar mahkluk bernyawa dari facebookmu?
Justru dengan meremove mereka itulah kesempatan untuk dakwah…
Menyampaikan ilmu… Menyampaikan dalil… kepada mereka…
Bahwa gambar makhluk bernyawa adalah haram...
Memajang foto anak, foto wisuda, foto keluarga untuk kenangan adalah haram…
Berkomunikasi dengan lawan jenis tanpa hajah adalah sarana menuju haram…
Sampaikan pada mereka dalil kalau kita jujur mau manfaatkan facebook untuk dakwah…
Ingat!
Dakwah adalah menyampaikan, bukan diam ketika kita melihat kemungkaran, sedangkan lisan kita masih mampu menyampaikan…
Dan ingat pula bahwa ustadz bukan dalil!
Maka, jangan kau bilang, “Bukankah ustadz A pajang foto anak, ustadz B pajang foto diri…?”
Karena dalil syar’i adalah Allah berfirman… Rasulullah bersabda… Bukan ustadz berkata….
Jangan ikuti ustadz, kecuali kalau membawa dalil…
karena…
Jika para pendakwa tidak menopang argumentasinya dengan nash
Maka dia berada di atas selemah-lemahnya dalil
Renungkanlah kaidah di atas….
Agar kita bisa senantiasa berjalan di atas ilmu…
Jangan sampai kita merasa berilmu…
Namun ternyata kita bermaksiat tanpa kita sadari…
Dan jikalau kau ingin mengkritik risalahku…
Atau mencela ucapanku…
Renungkanlah dulu dan cobalah pahami dengan baik ucapan Ibnul Qayyim di atas, karena…
Berapa banyak orang mencela ucapan yang benar…
Penyebabnya adalah pemahaman yang buruk…
Share:

JANGAN SEKEDAR CARI PENDAMPING

JANGAN SEKEDAR CARI PENDAMPING
Tapi carilah pasangan yang mau membimbing.
Yang mengajakmu menjadi wanita yang mau menutup aurat.
Yang mau mengajarimu menjadi wanita yang berkata santun.
Yang mau membawamu menjadi wanita yang berakhlak mulia.
Yang mau mengingatkanmu menjadi wanita yang selalu menjaga kehormatan.
Tampan itu tidak ada manfaat.
Jika dia mengajakmu bermaksiat.
Kaya juga tak berarti hebat.
Jika dia membuat hidupmu tersesat.
Biarlah dia tak berpangkat.
Asal menjadikanmu wanita terhormat.
Jika salah dia mau memperbaiki.
Bukan malah menghakim.
Jika lupa dia mau mengingatkan.
Bukan malah menyalahkan.
Jika khilaf dia segera memaafkan.
Bukan malah mempersoalkan..
Utamakan yang beragama.
Kerana itu yang akan menjadikanmu hidup
bahagia dunia dan akhirat..
Karena dia mampu membimbingmu kejalan
yang di ridhoi-Nya..!!
Share:

Arti dunia menurut Rasulullah SAW

Arti dunia menurut Rasulullah SAW
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki sebuah lembah yang penuh berisi emas, dia akan senang untuk memiliki lembah yang serupa. Tak ada yang memenuhi mata Bani Adam kecuali tanah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Di riwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki dua lembah yang penuh berisi harta, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam kecuali tanah. Tapi Allah memberi ampunan bagi siapa saja yang mau bertobat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Amru r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda; “Dunia ini manis dan berwarna hijau. Barang siapa yang mengambilnya sesuai dengan hak yang dimiliki, maka dia diberkahi. Celakalah orang yang menceburkan diri dan menghiasi dirinya dengan nafsu. Tak ada yang ia dapatkan pada Hari Kiamat kelak kecuali neraka.” (HR. Thabrani)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda; “Aku melihat surga, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian aku melihat neraka ternyata, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dengan sanad Jayyid, dari Abdullah bin Amru dengan lafal; “Aku melihat neraka, dan kudapati para penghuninya kebanyakan adalah orang-orang kaya dan wanita.”)
Diriwayatkan dari Abu Darda’ r.a. bahwa Nabi saw. bersabda; “Tidak pernah matahari terbit, kecuali pada kedua sisinya diutus dua malaikat. Keduanya mendengarkan penduduk bumi, lalu berkata,`Wahai manusia, mintalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya harta yang sedikit namun mencukupi dari pada harta melimpah yang dapat membinasakan.’ Dan tak pernah matahari tenggelam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya, lalu berdo’a`Ya Allah, berikanlah balasan secepatnya kepada orang yang menginfakkan hartanya, dan berikanlah azab secepatnya kepada orang yang kikir.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan lafalnya dari sanad yang sahih)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. membaca ayat “barang siapa yang menginginkan kebun akhirat” (QS. Asy-Syura; 20) kemudian beliau bersabda; “Allah berfirman, `Wahai Bani Adam, habiskanlah waktumu semata-mata untuk beribadah kepada-Ku, Niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan, dan Aku cukupi kefakiranmu. Tapi jika engkau tidak melaksanakannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan mencukupi kefakiranmu.`” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sedikit peringkasan; “Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan” juga Al-Hakim dan Baihaqi)
Diriwayatkan dari Tsaubani r.a. ia berkata, “ketika turun ayat `Dan yang memiliki emas dan perak` (QS. at-Taubah 38) kami sedang bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan. Salah satu sahabat berkata, `Ayat itu turun pada emas dan perak, seandainya kami mengetahui harta apa yang paling baik, niscaya kami akan(memilih untuk) memilikinya?` Maka beliau bersabda; “Harta yang paling baik adalah lidah yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri yang beriman yang menjaga keimanannya (suaminya-pen.).” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi
Share:

( MOTIVASI ) HITUNGAN DAHSYAT MEMBACA AL-QURAN HARIAN ANDA

( MOTIVASI ) HITUNGAN DAHSYAT MEMBACA AL-QURAN HARIAN ANDA
Rasulullah SAW Bersabda artinya : Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak dicatat sebagai seorang yang lalai. Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang qaniith taat. barangsiapa yang membaca 200 ayat maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala (SHAHIIH li ghayrihi HR. Ibnus Sunniy, silsilah ash-shahiihah no. 642-643 sumber penomoran shahiih wa dhaiif al-adzkaar)
Marilah kita coba gabung misalnya dengan Jumlah membaca ayat al Qur-an harian berdasarkan hadits shahiih atau yang disunnahkan dibaca sehari bila kita hitung sbb :
1. Membaca ayat kursi 1 ayat
dibaca setiap selesai shalat [total 5x], pagi [1x] dan petang [1x], sebelum tidur malam [1x] [totalnya 8]
2. Al-ikhlash, al-falaq dan an-Naas [total 15 ayat] Dibaca masing-masing SEKALI setiap selesai shalat [5x15 = 75], pagi petang (masing-masing 3x) [2 x (3x15) = 2 x 45 = 90], sebelum tidur (dibaca secara berurutan 3x) [45] [total 210]
3. Ali Imran 190-200 [10 ayat]
0dibaca ketika bangun tidur [10 ayat]
[total 10 ayat]
4. Al Baqarah 285-286 [2 ayat]
Dibaca ketika sebelum tidur [2 ayat]
[total 2 ayat]
5. Surat as-Sajadah [30 ayat] dan Surat al-Mulk [30 ayat]; total [60 ayat]
Dibaca ketika sebelum tidur [60 ayat]
TOTAL POINT = 290
Nah untuk ini saja totalnya sudah, 290 ayat yang kita baca dalam sehari semalam. Maka kita tinggal memerlukan 210 ayat (dan ini kira-kira setara dengan satu juz, lebih sedikit) al Qur-aan untuk mencapai 500 ayat sehingga kita bisa dicatat pembendaharaan harta berupa pahala..
Marilah kita serius meraih keutamaan ini, jangan lupa standar baca Qurannya disertain dengan terjemahan dan tafsir, sebisanya barengan keluarga sambil membeli kitab tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fiizilaalil Quran, dll.
Kemudian standar yang lain yaitu diamalkan semaksimal mungkin. Disana turun rahmat atas barokah Al Quranul kariim
Share:

Inilah 10 Ciri- Ciri Wanita Calon Penghuni Neraka

Inilah 10 Ciri- Ciri Wanita Calon Penghuni Neraka
Rasulullah S.A.W bersabda : Aku melihat ke dalam neraka, maka aku lihat kebanyakan penghuninya kaum wanita, yang demikian itu disebabkan oleh karena jarang taat kepada Allah dan RasulNya serta suami mereka dan karena banyak bersolek untuk mempamerkan kecantikan. Lalu Rasulullah bersabda: "Aku menangis sewaktu aku diisrakkan ke atas langit, aku melihat para wanita umatku tengah disiksa di dalam neraka. Aku melihat 10 macam siksaan bagi kaum wanita, yaitu:
1.Orang perempuan yang digantung dengan rambutnya, adalah karena dia tidak mau menutup (melindungkan) rambutnya agar tidak dilihat oleh lelaki lain.
2. Orang perempuan yang digantung dengan lidahnya, adalah karena dia suka menyakiti hati suaminya dengan kata-katanya. Rasulullah s.a.w.bersabda:
"Seseorang wanita yang menyakiti hati suaminya dengan kata-katanya, maka Allah s.w.t akan
melebarkan lidahnya di hari kiamat nanti selebar 70 zira dan akan mengikat di belakang lehernya."
Dari Usman r.a berkata Bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: " Seseorang perempuan yang mengatakan
kepada suaminya dengan berkata: 'Aku belum pernah melihat kebaikanmu', maka sesungguhnya Allah s.w.t akan menghapuskan amal kebaikannya selama 70 tahun, walaupun dia berpuasa dan siang hari dan mengerjakan solat pada malam hari."
3.Orang perempuan yang digantung dengan buah
dadanya, adalah kerana dia menyusui anak orang lain
dengan tidak mendapat izin suaminya.
4.Orang perempuan yang diikat kakinya, adalah kerana dia keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dahulu dan tidak mandi hadas, bagi membersihkan diri seteleh habis haid atau nifas.
5. Orang perempuan yang makan badannya sendiri adalah kerana berhias untuk dilihat oleh lelaki lain
dan mereka yang suka membicarakan keaiban orang lain.
6. Orang perempuan yang memotong-motong buah dadanya sendiri dengan gunting-gunting dari neraka adalah karena dia memasyhurkan dirinya di kalangan orang ramai, dan bermaksud supaya orang melihat akan tertarik kepadanya sebab perhiasan yang dia pakai.
7.Orang perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya sehingga sampai kepada ubun-ubunnya, dan dibelit dengan beberapa ekor ular dan kalajengking adalah karena dia itu boleh solat, puasa tetapi dia tidak mau mengambil wudhu dan dia tidak mau mengerjakan solat serta tidak mau mandi junub.
8.Orang perempuan yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya pula seperti keledai adalah karena dia suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.
9. Orang perempuan yang berbentuk seperti anjing, adalah karena dia itu ahli fitnah dan suka marah
kepada suaminya.
10. Dan perempuan yang menyerupai anjing, api masuk ke dalam mulut serta keluar dari duburnya itu adalah perempuan yang suka mengungkit-ungkit pemberiannya, iri hati, dengki dan tidak taat kepada suaminya.
Inilah azab dan kesengsaraan yang dialami oleh wanita yang telah dilihat oleh Rasulullah s.a.w
ketika dibawa ke langit semasa peristiwa Isra dan Miraj.

Share:

TANDA-TANDA KEMATIAN "

TANDA-TANDA KEMATIAN "
ALLAH Subhanahu Wata'ala telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian..
Tanda 100 hari menjelang ajal : Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya,
Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa..
Tanda 40 hari menjelang kematian : Selepas Ashar, jantung berdenyut - denyut.. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur..
Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari..
Tanda 7 hari menjelang ajal : Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan..
Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu..
Tanda 3 hari menjelang ajal : Terasa denyutan ditengah dahi, Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang
memandikan kita nanti..
Tanda 1 hari sebelum kematian : Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun,
menandakan kita tidak sempet menemui Ashar besok harinya..
Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita mengucapkan 2 kalimat syahadat..
Sahabatku yang budiman, subhanALLAH, Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya..
Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah mandi dan wudhu, meng- kafani dirinya, kecuali bagian wajah yang belum ditutup..
Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup wajahnya..
SubhanALLAH..
Malaikat maut akan menampakkan diri pada orang- orang yang terpilih.. Dan semoga
kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun dan di manapun kita berada..
Dan semoga akhir hidup kita semua Husnul Khatimah,
Aamiin..
Share:

4 Lelaki Yang Ditarik Ke Neraka.



4 Lelaki Yang Ditarik Ke Neraka.
1. Ayahnya
Apabila seseorang ayah tidak memerdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan pendidikan agama seperti sholat, mengaji dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat.. tidak cukup memberi kebutuhan dunianya saja. Maka ia akan ditarik keneraka oleh anaknya.
2. Suaminya
Apabila seorang suami tidak mendidik istinya sehingga ia membiarkan istrinya bergaul bebas menampakan perhiasan kepada selain muhrimnya, tidak menasehati istrinya tatkala istrinya meninggalkan kewajiban shalat, puasa dan lain sebagainya. Maka ia akan ditarik oleh istrinya ke neraka.
3. Kakak laki-lakinya (Walinya)
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga kehormatan wanita dan keluarga ibunya jatuh kepada saudara laki-laki tertua.. apabila mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan membiarkan saudara perempuannya keluar dari jalan-Nya.. tunggulah tarikan adiknya di akhirat.
4. Anak Lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati terhadap ibunya dan keluarganya tentang islam, maka anak itu akan dimintai pertangungjawaban di akhirat kelak.. maka nantikanlah tarikan ibunya.
Sekarang di dunia tarikan dari seorang wanita begitu hebat apalagi nanti di akhirat. Oleh karena itu bagi seorang laki-laki yang bergelar ayah / suami / kakak atau anak harus memainkan peranan dalam menyelamatkan keluarganya sebagaimana firman Allah swt: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (Qs. At-Tahrim [66]:6).
Share:

Renungan Pagi - IBU

Renungan Pagi - IBU   
Baru berapa saat saya naik angkot,
"kiri sep..." kata ibu tua di depanku sambil berkemas.
Mobil pun minggir. Sopirnya masih muda, mungkin belum sampai 25 usianya.
Sopirnya bertanya : "ibu turunnya bisa? pelan- pelan aja bu..." katanya.
Si ibu menjawab, "turunnya mah pelan pelan bisa Sep, tapi nyeberangnya ibu takut."
Sopir pun turun dari mobil menuju pintu belakang penumpang, "sini bu saya tolongin" katanya.
Sopir itu membimbing ibu tua itu turun, lalu membantu menyeberangkan pelan pelan karena ibu tua itu jalannya tertatih tatih.
Setelah kembali ke mobil, saya iseng bertanya... "ibu nya mas?"
"bukan.." jawabnya..
"oh.. saya kira ibunya, manggilnya Sep.. saya kira mas nya namanya Asep.." kataku ringan.
"baik banget mas mau ngurusin sampai nyebrangin segala..."
"kalau itu ibu saya Pak, gak bakalan saya biarin pergi-pergi sendiri. Kalau jatuh, ketabrak, atau sakit di jalan gimana coba?
Saya suka sedih lihat ibu-ibu tua, ngapain sendirian bepergian.
Padahal dulu pasti lagi mudanya pergi-pergi anaknya selalu dibawa, dijagain takut anaknya jatuh, diurusin siang malem waktu anaknya sakit. ya gak Pak?" tanyanya....
"iya jawabku singkat..." (tenggorokan rasa terkunci)
"Iya Pak....Orang kadang gak ngehargain ibunya... kalau senang lupa, kalau susah pasti nyari ibunya.... padahal pak.. saya ini gak punya ibu, ibu saya meninggal dari saya kecil. Saya diasuh orang lain, barangkali kalau saya punya ibu, nasib saya gak begini... karena pasti ada ibu yang ngedoain supaya jadi anak yang sukses. Orang lain di doain ibunya, belum tentu juga inget dan sadar kalau itu tuh hasil doa sama jerih payah ibunya... yaa gak Pak.?"
"iya.." jawabku lemah... "kiri depan yaa... saya doain mas selalu dimudahkan rejekinya dan bisa sukses yaa mas. jangan lupa ibunya dikirimin doa. makasih yaa.."
Share:

KISAH INSPIRASI

KISAH INSPIRASI
Biarkan Anakku Tertawa, Sebelum Tahu Ibunya Sudah Tiada
Suatu petang ketika orang2 sedang sibuk berebut waktu untuk segera pulang kerumah masing2 setelah melakukan rutinitas pekerjaannya, di sebuah halte busway terlihat seorang bapak dengan 3 anaknya yang masih kecil2. Mereka sedang menunggu datangnya busway yang sebentar lagi akan membawa mereka pulang. Ketiga anak itu berusia sekitar 8, 5 dan 3 tahun. Anak terkecil bagaikan seorang putri,ia begitu cantik dalam dekapan sang bapak. Sedangkan kedua anak lainya yang putra sedang asyik bermain2 kesana kemari. Itulah ciri anak seantero dunia.
Tibalah saatnya busway ditunggu datang.para penumpang pun seperti robot yang diperintahkan sama bergegas menuju pintu masuk busway, termasuk sang bapak dan ke3 anaknya. Kemudian keluarga itu dapat duduk di kursi busway yang disusun seperti kereta rel listrik (KRL). Lalu ke2 anak laki2nya beranjak dari kursinya dan bermain petak umpet di sela2 tubuh orang dewasa yang sebagian besar mengisi ruang busway itu sambil berteriak girang.
Terlihat beberapa penumpang yang wajahnya menjadi begitu muram. Mereka merasa tidak nyaman dengan kegaduhan itu. Hingga akhirnya ada seorang penumpang pria yang ketus menyatakan protesnya ke sang bapak, "Pak,tolong anaknya di atur ya, disini kan penumpang juga ingin tenang, sudah capek kerja,eh pulang kok masih aja ada yang ganggu!!". Lalu sang bapak sambil menggendong putrinya pun menjawabnya dengan senyum, "Maaf ya mas, ibu mereka baru saja meninggal sore ini di rumah sakit,dan saya belum mengatakan hal ini ke mereka. Nanti begitu sampai rumah saya akan mengatakannya, biarlah mereka merasakan kegembiraan yang menjadi hak mereka, karna saya merasa mereka akan banyak kehilangan kegembiraan setelah tahu bahwa ibu yang biasa mengasuh mereka dan menyayangi mereka setiap saat sudah tidak bersama mereka lagi selamanya, mas tidak keberatan kan, kalau mereka bermain sebentar saja di bus ini?".
Mendengar apa yg dibicarakan sang bapak,sebagian penumpang yang mendengarnya lalu terdiam dan merenung, termasuk sang pria yang baru saja memperotes sang bapak dengan ketus, tiba2 mereka teringat akan kasih sayang dan kesalahan2 yang pernah mereka perbuat kepada ibunya.
Diam2 diantara mereka ada yang menggambil handphone di saku celananya, lalu jari jempolnya membuat bari kalimat, "Ibu apa kabar? besok pagi saya mau pulang menjenguk ibu. Maafkan segala salah saya,ibu"
Kemudian dia mengirimkan sms itu ke nomor ibunya, dan berharap ia masih diberi kesempatan untuk berjumpa dengan ibunya besok...
Sayangilah orang tua (terlebih seorang ibu) sebelum kalian menyesali kepergiannya. Tangisan kalian akan sia-sia jikalau semasa hidupnya, tidak pernah kalian sayang kepada orang tua.
Share:

NASEHAT YANG BERHARGA

NASEHAT YANG BERHARGA
Inilah di antara tulisan terbaik Syekh Ali Thanthawi Mesir Rahimahullah:
"Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu. Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan.
Akan ada banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaan nya untuk ikut menguburkanmu. Barang barangmu akan dikemas, kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan pakaianmu.
Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.
Yakinlah;
dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu. Ekonomi akan tetap berlangsung! Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain. Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu.
Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan dari hartamu!
Kesedihan atasmu ada 3
Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan kawanmu akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah ada kesedihan yg mendalam!
Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!
Demikianlah
"Kisahmu telah berakhir di tengah tengah manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.
Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.
Usahakan dengan sungguh sungguh.
jalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia, merahasiakan amal shalih, shalat malam,
Semoga saja engkau selamat.
Andai engkau mengingatkan manusia dengan tulisan ini insyaAllah pengaruhnya akan engkau temui dalam timbangan kebaikanmu pada hari Kiamat. Silakan Share tidak perlu izin dan sebagainya.
"Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang orang mukmin." Subhanallah.

Share:

HATI-HATILAH TERHADAP 9 KETURUNAN SETAN INI

HATI-HATILAH TERHADAP 9 KETURUNAN SETAN INI
Sifatnya yang pembangkang, tugas setan jelas, mencari sebanyak-banyaknya teman untuk menemani mereka di neraka kelak. Misi setan sudah jelas, menggangu, menggoda, datang dari arah manapun, dan menggelincirkan manusia agar semakin jauh dari Allah SWT. Nabi Adam-pun pernah digoda hingga beliau melakukan apa yang dilarang oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Anak keturunan setan ada sembilan, yaitu Zalitun, Watsin, Laqus, A’wan, Haffaf, Murrah, Masuth, Dasim, dan Walhan.”
1. Setan Zalitun ialah setan yang bertugas menggoda penghuni pasar dalam transaksi jual beli dengan menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan padahal hatinya tidak, mencuri timbangan dan bersumpah palsu.
2. Setan Watsin, bertugas menggoda manusia yang tertimpa musibah agar tidak bersabar sehingga sebagian dari mereka yang berhasil digelincirkan berteriak histeris, menampar-nampar pipi dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku putus hubungan dengan orang-orang yang menjerit-jerit ketika kematian, mencukur rambut di kepalanya, atau bahkan merobek-robek bajunya ketika tertimpa musibah.” (HR. Bukhari Muslim).
3.Setan A’wan, bertugas menggoda para penguasa untuk berbuat zalim. Jabatan terkadang membuat seseorang lupa diri, bahwa semua perbuatan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Cerminan penguasa zalim telah Allah SWT contohkan dalam sosok Firaun.
4. Setan Haffaf, yakni setan yang bertugas membujuk dan menggoda orang untuk menenggak minuman keras.
5. Setan Murrah, bertugas menggoda orang agar asyik bermain seruling atau alat musik serta nyanyiannya. Sebagai manusia, kita memang butuh hiburan. Namun, hiburan dalam Islam tentu sudah diatur dengan baik dan tidak berlebihan. Artinya, jangan sampai bermain musik menjadi prioritas utama kita sebagai manusia. Tugas manusia ialah ibadah. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
6. Setan Laqus, bertugas menggoda untuk menyembah api. Menyembah api, atau apa pun selain Allah SWT adalah salah satu bentuk kemusyrikan.
7. Setan Masuth, menggoda manusia untuk menyebarkan berita-berita dusta lewat lisan manusia sehingga sulit ditemukan berita yang sebenarnya.
8. Setan Dasim, setan yang berada dalam rumah. Jika seseorang tidak mengucapkan salam sewaktu memasuki rumah dan tidak pernah menyebut asma Allah SWT di dalamnya, maka setan akan mengadakan perselisihan di antara anggota keluarga sehingga akan terjadi talak, khulu, maupun tindak kekerasan lainnya.
9. Setan Walhan, bertugas menggoda manusia dalam beribadah seperti berwudhu, shalat, dan ibadah-ibadah lainnya. Setan Walhan, menurut riwayat lain, tugas utamanya adalah menggoda manusia saat berwudhu untuk boros dalam menggunakan air. Padahal sudah jelas bagi kita, perilaku boros dalam berwudhu ialah salah satu tindakan yang dimakruhkan.
Semogah bermanfaat …
Share:

Total Pageviews