MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Thursday, 8 October 2015

BAGAIMANA RUQYAH SYARIAH?

BAGAIMANA RUQYAH SYARIAH?
Oleh Ustadz Abu Yahya Badrussalam Lc
Pertanyaan : Jaman sekarang banyak orang yang sedikit-sedikit merasa diganggu oleh jin. Sehingga dia mencari orang-orang yang bisa meruqyah. Nah seperti apakah ruqyah syar’iyah itu ustadz? Dan bagaimanakah dengan seseorang yang membuka konsultasi serta praktek ruqyah . dan sekarang juga sedang rame bagaimana dengan fenomena ruqyah via sosmed yang mana peruqyah berdialog dengan jin yang ada di dalam tubuh pasiennya??
Jawaban :
Tentunya segala sesuatunya harus di lihat apakah perbuatan itu sesuai dgn perbuatan Rasulullah atau tidak
Pertama: Para ulama menyebutkan tentang syarat2 ruqyah sebagaimana yg disebutkan Al hafidz ibnu Hajar dalam Fatuhl Bari
1. Menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan sifat-Nya.
2. Menggunakan lisan (bahasa) Arab atau yang selainnya, selama maknanya diketahui.
3. Meyakini bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, namun dengan sebab Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Fathul Bari, 10/237)

Kalau kita melihat bagaimana Rasululllah meruqyah orang yang kemasukan jin, disebutkan dalam salah satu riwayat yang shahih bahwa ada seseorang yang di datangkan kepada Rasulullah dan dia kemasukan jin. Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengambil pelepah kurma lalu dipukulkan pelepah itu ke punggung orang tsb sambil dikatakan “keluarlah kamu wahai musuh Allah”
Rasulullah tidak mengajak berdialog, dan Rasulullah sama sekali disitu tidak bertanya dulu kepada jin kamu siapa, kenapa kamu masuk, kenapa begini kenapa begitu.. akan tetapi Rasulullah langsung mengatakan “keluarlah wahai musuh Allah”
Apalagi jin mereka adalah bangsa yang pandai berdusta, bagaimana kita hendak mengajak mereka berdialog sementara ucapannya sendiri tidak bisa dipercayai. Dan sebagian ulama mengingkarinya, bahwa perbuatan sebagian peruqyah yang mengajak dialog dulu karena itu tidak pernah di lakukan rasulullah, tidak pula sahabat tidak pula tabiin tidak pula imam-imam para ulama setelahnya

Hal itu dilakukan oleh para ulama, adapun dijaman sekarang ruqyah yang dilakukan melalui media social kemudian terjadi dialog dengan jin.. Ini semua perkara yang BATHIL ya akhi.. yang tidak pernah di tunjukan oleh dalilnya, dialog-dialog seperti itu tidak dilakukan oleh shalafus shaleh . Terlebih kita bangsa jin adalah bangsa yang ingin menguasai bangsa manusia. Mereka akan melakukan segala macam tipu daya untuk menipu manusia. Dusta pun akan mereka lakukan
Kita tidak melihat kepada hasil, tp yang kita lihat adalah cara. Banyak orang yang berkata “tapi kan berhasil?” sekali lagi kita tidak melihat hasil tapi caranya sesuai tidak dgn cara Rasulullah sshalallahu alaihi wasallam
“ada yang berkata peruqyah ini berhasil mengislamkan beberapa jin”

Yang namanya jin kita tidak bisa percaya masalahnya, betulkah dia masuk islam ataukah hanya berbohong saja?
Bukankah para jin itu diantara mereka juga ada yang berdakwah? Adapun kemudian menjadikan sebagai sarana dengan alasan itu bisa untuk mendakwahinya, Kalau seperti itu Rasulullah mau lakukan pastilah Rasulullah akan lakukan, begitu juga denga para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin.
Share:

# Intropeksi Bersama: Musibah Bencana Bukan SEMATA HANYA Karena Ekploitasi Alam dan Salah Managemen Pemerintah


-Ingatkah kita Banjir di zaman Nabi Nuh alaihissalam? Eksplotasi alam penyebab bencana belum parah, tetapi banjir hampir menenggelamkan dunia karena dosa dan kesyirikan manusia
-Benar memang sebabnya itu, akan tetapi sebab lainnya juga, yaitu karena maksiat dan dosa manusia, istigfar, memperbaiki diri, memperbaiki akhlak dan taubat, semoga bisa dicabut musibah tersebut
-Ingatkah kita Bani Israil? Pemimpin mereka adalah orang-orang hebat, bahkan Nabi dan Rasul, tetapi mereka banyak mendapatkan musibah dan kesusahan di muka bumi.
-Ini menunjukkan bahwa suatu negara/bangsa yang lemah dan tidak sejahtera bukan hanya salah pemerintah/pemimpin saja. Tapi rakyat juga intropeksi diri
Sebagaimana dijelaskan oleh ulama:
كما تكونوا يولى عليكم
"Sebagaimana keadaan kalian, itulah keadaan pemimpin yang diberikan kepada kalian"

-Memang benar pemerintah/pemimpin yang harus segera bertindak dan kita berusaha untuk mendorong pemerintah agar segera bertindak,
tetapi sikap hanya menyalah saja tanpa memberi solusi nyata, tentu kurang bijaksana

-Semoga negara kita makmur dan berkah dengan iman, takwa dan tauhid, mari kita perbaiki diri kita sendiri dan keluarga serta masyarakat
Musibah karena akibat perbuatan kita sendiri
Allah Ta’ala berfirman,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41)
Dalam hadits:
Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan KEDZALIMAN PEMERINTAH kehidupan yang susah, dan paceklik.”[1]
Baca selengkapnya ا:
-Raehanul Bahraen-
Share:

- Rantai Fitnah -


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Mari kita simak hadis dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Tidaklah aku meninggalkan fitnah (ujian) setelahku yang lebih berat bagi lelaki melebihi ujian wanita. (HR. Bukhari 5096 & Muslim 7121).

Kemudian dalam hadis lain dari Ka’ab bin Iyadh Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ
Setiap umat memiliki ujian terbesar. Dan ujian terbesar bagi umatku adalah harta. (HR. Ahmad 17934, Turmudzi 2507, Ibn Hibban 3223 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Anda bisa perhatikan karakter umumnya lelaki dan wanita. Selanjutnya mari kita perhatikan korelasi implikasi berikut,
Premis 1: Lelaki mengejar wanita
Premis 2: Wanita mengejar dunia
Konklusi: Lelaki mengejar dunia untuk berebut wanita.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُضِلَّاتِ الفِتَنِ
Share:

~Hukum Mengaminkan Do'a Khotib dan Mengucapkan Shalawat Apabila Sang Khotib Meyebut Nama Rasulullah~


Pertanyaan:
Bolehkah mengaminkan do'a Khotib pada saat khutbah jum'at dan mengucapkan sholawat apabila sang khotib menyebut nama Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-..?

Jawaban:
Pertanyaan ini pernah diajukan kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad sebanyak 3 kali pada 3 kesempatan yang berbeda. Beliau menjawab, " Tidak apa-apa mengaminkan do'a Khatib dan Mengucapkan sholawat kepada Rasulullah apabila khotib menyebut nama Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, bahkan demikianlah seharusnya. Adapun hadits yang melarang berbicara pada saat khutbah, ini berlaku apabila pembicaraan tersebut diluar konteks khutbah, seperti membicarakan urusan duniawi dll. Maksudnya perkataan tersebut tidak ada kaitannya dengan khutbah.

Wallahu a'lam
Share:

Wednesday, 7 October 2015

# Jangan Lalai dalam Shalat #


Bersikap lalai dalam shalat telah dinyatakan sebagai dosa besar, berdasarkan firman Allah ta’ala dalam surat Al-Ma’un,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4–5).
Para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud “lalai” dalam ayat di atas mencakup tiga bentuk perbuatan, yaitu:
1. Menunda-nunda shalat hingga baru dikerjakan ketika waktu shalat hampir berakhir.
2. Mengerjakan shalat tanpa memperhatikan syarat dan rukunnya sebagaimana yang diperintahkan.
3. Mengerjakan shalat tanpa disertai kekhusyukan dan tanpa merenungi makna bacaan shalat.

Adapun siksa kubur, yang akan dialami oleh orang yang lalai dalam shalatnya, disebutkan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdari sahabat Samurah bin Jundab. Dalam hadis tersebut diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat siksa bagi orang yang lalai dalam shalatnya, yaitu kepalanya akan dipecahkan dengan sebuah batu besar dan hal itu dilakukan berulang kali. (HR. Bukhari)
Share:

# Majelis Ilmu


Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَارِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ
.
“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, maka perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu)”. 
(HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya dari sahabat Anas bin Malik radiyallaahu ‘anhu)

Atha’ bin Abi Rabah-rahimahullah- berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.”
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman salafussaalih, ibadah yang sesuai sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
[Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafizahullah-]
Share:

# Bisa Jadi Dakwah Rusak Karena Ulah Pelaku Dakwah Itu Sendiri


-Terkadang dakwah rusak karena pelaku dakwah sendiri yang kurang tahu ilmu dan cara berdakwah
-Keras, kaku, mau menang sendiri, suka debat, tidak tahu prioritas, biasanya karena tidak ikhlas dan mau menunjukkan yang berdakwah tu hebat dan berilmu
Semoga kita dihindarkan dari hal ini
hukum asal bedakwah adalah dengan lemah lembut, menenangkan, membuat hati lapang dan tidak membuat manusia lari
berdakwah ada tingkatan, cara dan metodenya. Berpegang pada prinsip yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan,
“Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan kabar gembira dan jangan membuat manusia lari” (HR. Bukhari)
Fir’aun saja, manusia yang paling rudak dan mengaku bahwa ia adalah tuhan. Maka Allah memerintahkan Musa dan Harun agar berdakwah dengan lembut kepada Fir’aun.
“Maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Thaha :44)
Contoh kesalahan metode berdakwah:
– Seorang pemuda yang baru mengenal dakwah, ketika pulang langsung menceramahi orang tuanya dan kakeknya. Dan berkata ,“ini haram”, itu bid’ah, ini syirik”.
Tentunya saja kakeknya akan berkata,
“Kamu anak ingusan kemaren sore, baru saya ganti popokmu, sudah berani ceramahi saya?”.
– Seorang Wanita muslimah yang ingin mendakwahkan temannya yang masih sangat awam atau baru masuk islam. Ia langsung mengambil tema tentang cadar, jenggot, isbal, bid’ah, hadist tentang perpecahan dan firqoh. Ia juga langsung membicarakan bahwa aliran ini sesat, tokoh ini sesat dan sebagainya . Seharusnya ia mengambil tema tauhid dan keindahan serta kemudahan dalam islam.
Share:

# Ciri-Ciri Orang Munafik #


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari, Kitab Iman, Bab Tanda-tanda Orang Munafik, no. 33 dan Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no. 59).
Menurut riwayat lain,
وِ إِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ زَعَمَ أَنُّه مُسْلِمٍ
“Dan apabila ia mengerjakan puasa dan shalat, ia menyangka bahwa dirinya seorang muslim” (HR Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no. 59)
Share:

HUKUM TENTANG MENDATANGI DUKUN


Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
(مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.
“Barang siapa yang mendatangi dukun lalu membenarkan ucapan (dukun) tersebut, sesungguhnya dia telah kafir terhadap (agama) yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.” 
Diriwayatkan oleh Abu Dawud.
(Diriwayatkan) pula oleh Imam Empat dan Al-Hâkim, bahwa (Al-Hâkim) berkata, “(Hadits ini) shahih menurut syarat keduanya (yakni Al-Bukhâry dan Muslim) dari Abu Hurairah (bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda),

(مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu membenarkan ucapan (tukang ramal atau dukun) tersebut, sesungguhnya dia telah kafir terhadap (agama) yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”
(Diriwayatkan) pula oleh Abu Ya’lâ dari Ibnu Mas’ûd secara mauqûf dengan sanad yang jayyid.

Hadits-hadits di atas adalah Ancaman yang keras terhadap orang-orang yang mendatangi dukun dan tukang ramal untuk bertanya tentang perkara ghaib dan membenarkan mereka dalam perkara tersebut, karena perkara ghaib hanya diketahui oleh Allah Ta’âlâ saja. Maka barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkannya sungguh dia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hadits tersebut ada larangan yang keras untuk mendatangi dukun dan tukang ramal serta keterangan tentang ancaman terhadap perbuatan tersebut.

Faedah Hadits
1. Keharaman mendatangi dukun dan tukang ramal dan bertanya kepada mereka, serta keharusan untuk menjauhkan diri dari mereka, karena perbuatan itu merupakan kekafiran kalau disertai dengan pembenaran terhadap mereka, dan merupakan hal yang diharamkan kalau tanpa membenarkan mereka.
2. Wajibnya mendustakan para dukun dan ahli nujum.
3. Barangsiapa mendatangi dan membenarkan mereka sungguh dia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
4. Bahwa perdukunan adalah kesyirikan, karena mengandung pernyataan diri (pengakuan) berserikat dengan Allah dalam perkara ghaib.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Share:

- Pentingnya Silaturahmi -

- Pentingnya Silaturahmi -
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Share:

Penjelasan yang menarik tentang akhlak terpuji dari Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad hafizhahullah

Penjelasan yang menarik tentang akhlak terpuji dari Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad hafizhahullah :
Dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’udradhiyallahu ‘anhu, dia berkata :
إنَّ الله تعالى قَسَمَ بينكم أخلاقكم، كما قسم بينكم أرزاقكم
“Sesungguhnya Allah Ta’ala membagi akhlak (yang terpuji) kepada kalian, sebagaimana Allah membagi rezeki kepada kalian” (H.R Bukhari dalamAdabul Mufrad).
Akhlak (yang terpuji) adalah anugerah dari Allah dan merupakan pembagian dari Allah, serta merupakan bentuk keutamaan yang Allah berikan untuk hamba. Allah yang menganugerahi rezeki, Dia pulalah yang menganugerahi akhlak yang terpuji. Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata,
فإنَّ الأخلاق مواهب يهب الله منها ما يشاء لمن يشاء
“Sesungguhnya akhlak yang terpuji adalah anugerah yang Allah berikan kepada para hamba sesuai dengan kehendak-Nya”.
Dalam masalah mendapatkan rezeki, dua perkara yang harus ada yaitu bersandarnya hati seorang hamba kepada Allah dan menyerahkan urusan seluruhnya kepada Allah tentang rezekinya serta berusaha mencari rezeki tersebut dengan usaha yang diperbolehkan oleh syariat. Maka demikian pula dalam masalah akhlak yang terpuji, seseorang hendaknya bersandar kepada Allah dalam mendapatkan akhlak dan adab yang terpuj disertai dengan usaha melawan dan menundukkan hawa nafsu untuk mendapatkannya.
Hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang bisa memberi petunjuk
Share:

~Hukum Mengaminkan Do'a Khotib dan Mengucapkan Shalawat Apabila Sang Khotib Meyebut Nama Rasulullah~

~Hukum Mengaminkan Do'a Khotib dan Mengucapkan Shalawat Apabila Sang Khotib Meyebut Nama Rasulullah~
Pertanyaan:
Bolehkah mengaminkan do'a Khotib pada saat khutbah jum'at dan mengucapkan sholawat apabila sang khotib menyebut nama Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-..?

Jawaban:
Pertanyaan ini pernah diajukan kepada Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad sebanyak 3 kali pada 3 kesempatan yang berbeda. Beliau menjawab, " Tidak apa-apa mengaminkan do'a Khatib dan Mengucapkan sholawat kepada Rasulullah apabila khotib menyebut nama Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, bahkan demikianlah seharusnya. Adapun hadits yang melarang berbicara pada saat khutbah, ini berlaku apabila pembicaraan tersebut diluar konteks khutbah, seperti membicarakan urusan duniawi dll. Maksudnya perkataan tersebut tidak ada kaitannya dengan khutbah.

Wallahu a'lam
Share:

Bolehkah Seorang Wanita Menawarkan Dirinya untuk Dinikahi Laki-laki yang Shalih?


هل تعرض المرأة نفسها للزواج؟
الجواب: إذا كان الأمر كما ذكر شرع لها أن تعرض نفسها على ذلك الرجل أو نحوه، ولا حرج في ذلك فقد فعلته خديجة رضي الله عنها وفعلته الواهبة المذكورة في سورة الأحزاب، وفعله عمر رضي الله عنه بعرضه ابنته حفصة على أبي بكر ثم على عثمان رضي الله عنهما.

📥Bolehkah seorang wanita menawarkan dirinya untuk dinikahi (laki-laki yang shalih)?
📤Jawab: Jika memang ia seorang laki-laki yang shalih sebagaimana disebutkan maka disyari'atkan bagi wanita itu untuk menawarkan diri kepadanya atau yang semisalnya untuk dinikahi.
Hal itu tidak mengapa baginya;
✅Kerena itulah yang dilakukan Khadijah radhiyallahu'anha (kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam untuk dinikahi beliau).
✅Juga dilakukan oleh seorang wanita yang menawarkan dirinya (kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam untuk dinikahi beliau), sebagaimana yang tersebut di surat Al-Ahzab.
✅Juga dilakukan Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu yang menawarkan putrinya Hafshah kepada Abu Bakr kemudian kepada Utsman bin 'Affan radhiyallahu'anhuma.
📚[Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 18/48 no. 6400]
✏Al-Ustadz Muhammad Qodir, Lc hafizhahullah
Share:

Pengertian Shaf Pertama


وثالثها: أن المنبر يقطع بعض الصفوف وإنما الصف الأول الواحد المتصل الذي في فناء المنبر وما على طرفيه مقطوع.
“Diantara hal yang perlu dipertimbangkan ketika hendak mencari shaf pertama dalam shalat berjamaah adalah ada tidaknya mimbar yang memutus sebagian shaf karena shaf pertama adalah shaf pertama yang bersambung yang berada di depan mimbar dan tidak ada bagian kanan atau kiri shaf yang terputus.
وكان الثوري يقول: الصف الأول هو الخارج بين يدي المنبر وهو متجه لأنه متصل ولأن الجالس فيه يقابل الخطيب ويسمع منه.
Sufyan ats Tsauri mengatakan shaf pertama adalah yang berada di depan mimbar dan shaf tersebut lurus karena shaf tersebut bersambung dan orang yang duduk di tempat tersebut menghadap kea rah khatib Jumat dan bisa mendengarkan khutbahnya dengan baik.
ولا يبعد أن يقال الأقرب إلى القبلة هو الصف الأول ولا يراعى هذا المعنى.
Bukanlah pendapat yang jauh dari kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa shaf yang paling dekat dengan dinding masjid yang berada di arah kiblat itulah yang disebut shaf pertama tanpa perlu menimbang terputus dengan mimbar, tiang ataukah bukan” [Ihya Ulumuddin karya Abu Hamid al Ghazali as Syafii 1/235, cet Dar al Fikr Beirut].
Jadi ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai pengertian shaf pertama. Sufyan ats Tsauri berpendapat bahwa shaf pertama adalah shaf pertama yang tidak terputus oleh mimbar atau pun tiang. Pendapat yang dipilih oleh Abu Hamid al Ghazali as Syafii shaf pertama adalah shaf yang paling depan baik terputus tiang ataukah mimbar atau pun tidak terputus.
Insya allah pendapat Abu Hamid al Ghazali dalam hal ini adalah pendapat yang paling tepat.
pendapat terakhir ini juga dipilih oleh penulis kitab Fathul Muin.

فتح المعين (2/ 28)
(و) ندب وقوف (في صف أول) وهو ما يلي الامام، وإن تخلله منبر أو عمود

“Dianjurkan untuk berada di shaf pertama. Shaf pertama adalah shaf setelah imam meski shaf tersebut terputus mimbar atau pun tiang” [Fathul Mu’in-fikih Syafii- 2/28]
Share:

- Pentingnya Silaturahmi -


Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Share:

SEPUTAR DUKUN DAN SEJENISNYA

SEPUTAR DUKUN DAN SEJENISNYA
Muslim meriwayatkan di dalam Shahîh-nya dari salah seorang istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
(مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ فَصَدَّقَهُ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا).
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan sesuatu kepada (tukang ramal) itu dan membenarkan (tukang ramal) itu, shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.”
Kuhhân adalah bentuk jamak dari kata kâhin, yaitu orang yang mengabarkan tentang perkara ghaib dan yang akan datang dengan bersandar kepada permintaaan tolong kepada syaithan.
Tatkala para dukun dan yang sejenisnya menyatakan mengetahui perkara ghaib, yang Allah Ta’âlâ telah mengkhususkan diri-Nya dengan perkara (ghaib) tersebut, dan itu merupakan pernyataan akan adanya yang berserikat dengan Allah dalam mengetahui perkara ghaib, dalam akan dijelaskan ancaman terhadap mereka dan orang-orang yang membenarkan ucapan mereka.

Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan ancaman terhadap orang yang pergi ke dukun atau yang sejenisnya untuk bertanya tentang perkara-perkara ghaib, yang tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, bahwasanya balasan bagi pelaku hal itu adalah tidak akan mendapat pahala shalatnya selama empat puluh hari karena ia telah menceburkan diri ke dalam kemaksiatan.
Dalam hal ini berarti ada ancaman yang keras dan larangan yang sangat kuat dari melakukan perbuatan tersebut, yang menunjukkan bahwa hal itu termasuk keharaman yang terbesar. Kalau seperti itu balasan bagi orang yang mendatangi dukun, maka bagaimana dengan balasan bagi dukun itu sendiri! Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan tersebut dan kepada-Nya kita memohon keselamatan.
Dalam hadits tersebut terdapat larangan mendatangi dukun dan sejenisnya, dan larangan membenarkan mereka, karena hal itu menafikan (meniadakan) tauhid.
Faedah Hadits
1. Larangan untuk pergi mendatangi dukun dan bertanya kepada mereka tentang perkara-perkara ghaib serta membenarkan mereka pada perkara itu, dan bahwa hal tersebut adalah kekufuran.
2. Keharaman perdukunan, dan bahwa hal itu termasuk sebesar-besar dosa-dosa besar.
Faidah: orang yang pergi mendatangi dukun tetapi tidak membenarkan mereka maka tidak diterima shalatnya selam empat puluh hari, sebagaimana diterangkan dalam hadist yang lain. Adapun orang yang membenarkan mereka maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
via : ustadz Dzulqarnain Sanusi
Share:

Sunday, 27 September 2015

‪#‎Dosa‬ dosa lidah#


Bila kita pikirkan, ternyata kebanyakan dosa lidah itu adalah dosa dosa besar..
Coba deh kita perhatikan dosa dosa lidah:
Pertama: Berkata tanpa ilmu.
Ini adalah tonggak kesesatan. Allah Ta'ala berfirman:

رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
Dalam ayat itu, Allah menyebutkan dosa dosa dengan dimulai yang terkecil lalu besar dan semakin besar. Allah menutupnya dengan berbicara atas Allah dengan tanpa ilmu.

Ya, karena ia adalah asal muasal segala kesesatan. Munculnya syirik, bid'ah, dan maksiat adalah akibat berkata tanpa ilmu.
Kedua: Dusta.
Dusta bertingkat tingkat derajatnya. Yang paling besar adalah berdusta atas nama Allah dan RasulNya. 
Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).
Selanjutnya adalah berdusta atas nama para shahabat dan para ulama. Karena dusta semacam ini menipu kaum awam, sehingga mereka terjatuh dalam jurang kesesatan.
Selanjutnya berdusta dalam pembicaraan.

Nabi saw bersabda yang artinya: “Inginkah kalian kuberitahukan mengenai dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab, “Mau, wahai Rasulullah”. Maka beliau bersabda, “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu beliau duduk padahal sebelumnya dalam keadaan bersandar, kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta.” Dia (Abu Bakrah) berkata, “Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakan, “Sekiranya beliau diam”. (HR. Al-Bukhari no. 78 dan Muslim no. 5975).
Ketiga: ghibah.
Ghibah adalah menyebut kejelekan saudara kita si belakangnya. Ia bagaikan memakan bangkai saudara sendiri.
Allah Ta'ala berfirman:

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat).” [QS Al Hujurat: 12]
Keempat: Mencaci maki muslim.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

سباب المسلم فسوق وقتاله كفر
Mencaci maki muslim adalah kefasiqan dan memeranginya adalah kekafiran. Muttaf alaihi.
Dan dosa dosa lidah lainnya. Oleh karena itu Nabi menganarkan bahwa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam api Neraka adalah lidah dan kemaluan.
Share:

Saturday, 26 September 2015

Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah

Sebagian pemuda begitu khawatir untuk menikah karena khawatir dalam hal rizki. Padahal saat ini ia telah berpenghasilan cukup, sudah bisa ditakar ia dapat menghidupi seorang istri. Namun begitulah, kekhawatiran demi kekhawatiran terus menghantuinya sehingga ia pun mengulur waktu untuk segera menikah. Padahal janji Allah itu pasti, Dia akan mencukupi kita jika kita miskin. Karena kita harus yakin bahwa Allah-lah pemberi rizki setelah kita melakukan usaha.
Ayat yang bisa menjadi renungan adalah firman Allah Ta’ala,
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).
Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifatqona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya?
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
التمسوا الغنى في النكاح
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengenai tafsir ayat di atas).
Share:

- Tanda Orang Bodoh -

- Tanda Orang Bodoh -
Abu Darda’ radhiyallahu anhu berkata: “Tanda orang bodoh itu ada 3 (tiga), yaitu:
1. Bangga diri.
2. Banyak bicara dalam hal yg tidak bermanfaat.
3. Melarang orang lain dari suatu perbuatan, namun ia sendiri melakukannya.” (Lihat ‘Uyuunu Al-Akhbaar, karya Ibnu Qutaibah II/39).

Jadi, Orang Pintar itu selalu berupaya membebaskan diri dari 3 Tanda Orang Bodoh di atas, dan juga dari tanda-tanda yg lainnya, seperti bermalas-malasan dalam beramal ibadah dan tidak peduli dengan menuntut ilmu agama, mengharapkan keselamatan n kebahagian di dunia n akhirat tetapi ia berjalan di atas jalan kesesatan, kesengsaraan.
» Di dlm sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yg artinya): “Orang yg pintar ialah siapa saja yg menundukkan jiwanya (utk melakukan ketaatan kpd Allah, dan ia selalu beramal (sebagai bekal) untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yg bodoh (lemah) itu ialah siapa saja yg selalu mengikuti bisikan (buruk) jiwanya, dan ia berangan-angan tinggi kepada Allah (namun tanpa disertai iman n amal, pent).”
» Seorang ahli hikmah berkata: “Engkau berharap keselamatan (di dunia n akhirat), tetapi engkau tidak mengikuti jalan-jalan keselamatan. Sesungguhnya kapal itu tidaklah berlayar di tempat yg kering.”
Share:

Keutamaan Mandi Jum’at

Keutamaan Mandi Jum’at
1. Sebab mendapatkan ampunan di hari Jum’at.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa yang mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu ia shalat semampunya dan diam (mendengarkan khutbah) hingga selesai, kemudian ia lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dan hari jum’at yang lain. Dan bahkan hingga lebih tiga hari.” (HR. Muslim)
Dari Salman Al Farisi, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى
“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari)
2. Meraih pahala seperti berkurban ketika mandi dan bersegera menghadiri shalat Jum’at.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari dan Muslim )
Share:

Total Pageviews