Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … “Kenapa Allah swt hadirkan gelap!
Agar kita tahu bahwa dengan terang segalanya akan terlihat jelas, lantas
kenapa Allah swt hadirkan masa lalu yang suram dalam hidup kita ! agar
kita sadar bahwa hidayah itu suatu yang mahal, yang Allah swt berikan
kepada siapa saja yang mau membuka hati untuk perkara hidayah.
Karena setiap orang, ya setiap orang tanpa kecuali, lepas apakah dia
seorang yang memiliki kepahaman agama yang tinggi atau hanya seorang
ahli maksiat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh hidayah,
tinggal seberapa jauh kita mau meraih dan mempertahankan hidayah
tersebut.
Beberapa waktu yang lalu , Allah swt betul-betul
telah “menampar” saya dalam artian yang sesungguhnya. Melalui kepergian
seorang sahabat, Allah seakan ingin menunjukan bahwa hidayah dan surga
bukan milik sekelompok orang, melainkan milik setiap orang yang dengan
hati hancur datang kedepan pintu-Nya, berharap memperoleh kasih-Nya.
Betapa adilnya Allah dan betapa beruntungnya sahabat saya, karena
Allah telah pilih dia kembali kepada-Nya dalam keadaan memperbaiki diri
dirumah-Nya dalam balutan malam yang tenang, yang hanya Allah dan
malaikat-Nya yang mengetahui bagaimana perjuangan almarhum sahabat saya
meninggal dunia dalam pertobatannya.
Ketika pertama kali
bertemu dengannya, saya memandang hanya dengan sebelah mata, iblis telah
menguasai hati saya , sehingga perasaan lebih baik darinya yang waktu
itu muncul, tapi keinginan untuk menjadi lebih baik yang datang dari
hatinya menghantarkan dia pada pintu hidayah-Nya.
Pagi itu
seperti bulan-bulan sebelumnya, saya dan beberapa teman mengadakan
program perbaikan diri dengan cara beritikaf dimasjid sekitar tempat
tinggal untuk belajar dakwah. Dan seperti biasa pula setiap pagi
diadakan taklim pagi, dimana dibacakan kisah-kisah para sahabat Nabi dan
perbaikan cara membaca alqur’an.
Selama mejalani program
taklim, mata saya seakan sulit diajak kompromi, begitu berat untuk di
buka, bukan karena malam sebelumnya saya banyak melakukan sholat malam,
melainkan begitu banyaknya dosa yang ada di diri saya sehingga dalam
majelis ilmu saya masih juga mengantuk.
Seperti biasa
setiap taklim pagi maka di buat jaulah taklim (berkeliling di sekitar
lingkungan masjid untuk mengajak orang duduk dalam majelis taklim).
Saya dan seorang teman mendapatkan tugas jaulah taklim. Dan garis
nasib menghantarkan saya bertemu dengan sekelompok pemuda yang satu
diantaranya menjadi sahabat saya. Beberapa orang dari pemuda itu mencoba
pergi ketika melihat saya dan teman saya mendekat , mungkin mereka
fikir kami kelompok Islam garis keras yang mencoba mengganggu keasikan
mereka, tinggal seorang pemuda yang tetap berada di situ.
Kami mencoba memperkenalkan diri dan menerangkan maksud tujuan kami
datang menemui dirinya serta kami mengajaknya sama-sama ke masjid untuk
duduk dalam majelis taklim yang baru saja di mulai.
Pemuda
itu hanya diam, entah apa yang ada di benaknya, apakah dia berpikir saya
dan teman saya hanyalah sekelompok orang yang mengganggu kesenangan
dirinya atau entahlah mungkin hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
Saya mulai aga kesal karena dirinya seperti tiada reaksi sama
sekali, dia hanya tertunduk tanpa berani beradu pandang, beberapa saat
sebelum kami undur diri untuk kembali ke masjid, tiba-tiba pemuda
tersebut akhirnya buka suara, “ Apa boleh orang bertatto ke masjid ?“,
tanyanya waktu itu, lantas saya menjawab boleh asal dalam keadaan suci
dari najis, siapa saja asalkan dia muslim boleh ke masjid.
Dia hanya diam, saya seperti mendapatkan angin untuk terus berusaha agar
dia mau ikut ke masjid, saya mulai bercerita banyak hal tentang
kisah-kisah para sahabat nabi yang ketika masa jahiliyah begitu jahil,
tapi setelah mereka bertaubat mereka menjadi ahli-ahli surga.
Akhirnya dirinya mau ikut ke masjid bersama kami, setelah
membersihkan diri dan mengenakan pakaian yang saya pinjamkan ia duduk
bersama kami mendengarkan taklim pagi, betapa gembiranya hati saya
ketika akhirnya ia mau ikut ke masjid, tak ada kata-kata yang sebanding
dengan perasaan saya pada waktu itu.
Mungkin hanya
orang-orang yang pernah terjun langsung tahu bagaimana sulitnya
berdakwah di tengah-tengah manusia untuk mengajak mereka kembali kepada
Allah dan ketika satu diantara mereka mau kembali taat kepada Allah,
rasanya dunia dan isinya tak sebanding dengan perasaan senang yang ada
di diri kita.
Lepas bada zuhur, dirinya mendekati saya dan
menanyakan apakah dirinya boleh bergabung dengan kami, dan tentu saja
boleh karena dakwah adalah tugas setiap umat Islam tanpa kecuali, kalau
hewan yang lebih rendah dari manusia boleh berdakwah bahkan di abadikan
dalam alqur’an (semut, burung hud-hud dll.) apalagi manusia yang
mempunyai tugas sebagai khalifatullah di muka bumi jelas lebih boleh
lagi untuk berdakwah.
Dengan berdakwah Allah swt akan
perbaiki diri kita seperti yang terjadi pada diri para Nabi dan
sahabatnya dan hal tersebut yang juga akan terjadi pada diri setiap
orang yang mengambil kerja dakwah sebagai jalan hidupnya.
Sepanjang hari ia hanya diam, mungkin proses hidayah sedang terjadi pada
dirinya, dan lepas tengah malam, saya menemuinya sedang menangis
berurai air mata di pojok mesjid, saya tak berani mendekat dan hanya
melihat dari kejauhan. Pemandangan yang sangat indah, dimana pada pagi
hari dirinya masih bermaksiat kepada Allah swt tapi pada malamnya ia
sedang menangisi dosa-dosanya.
Saya menjadi malu terhadap
diri sendiri, seakan saya merindukan saat-saat seperti itu, dimana
begitu nikmatnya melewati malam berdua dengan-Nya, bermunajad
dihadapan-Nya dengan air mata dan hati yang hancur.
Beberapa bulan setelah kejadian itu saya tidak lagi bertemu dengan
almarhum, karena memang tempat tinggal dan kesibukan kami yang tidak
memungkinkan, tapi kami masih tetap berhubungan via telpon , sampai
akhirnya 2 minggu yang lalu saya bertemu dengan dirinya di salah satu
mesjid tua di kawasan kebun jeruk Jakarta Pusat.
“Ane mau
belajar dakwah 40 hari “ ucapnya. Saya hanya bisa tersenyum bahagia
mendengar penuturannya. “ Routenya kemana? “ Tanya saya.
“Belum diputus, besok pagi selepas bayan subuh baru ketahuan routenya,
karena ane gabung dengan jamaah yang lain” jawabnya singkat.
Sesaat kemudian dirinya bertanya hal yang sama seperti saat kami
pertama kali bertemu. “ Apa di surga ada orang yang bertatto?” tanyanya
dengan agak ragu.
Dan sekali lagi saya yang sombong, yang
angkuh yang ahli maksiat tapi sok bersih menjawab dengan ringannya tanpa
mencerna dan berpikir lebih jauh tentang pertanyaan Almarhum tersebut.
“Mana ada di surga orang yang bertatto, kalau di neraka banyak”.
Jawab saya, dan almarhum hanya tertunduk sedih, saya segera menyadari
kesalahan saya dan meralat ucapan saya “Tapi ente tenang aja kalau ente
tetep buat dakwah, nanti ente juga akan masuk surga dan Allah sendiri
yang akan menghapus tatto ente”.
Almarhum sahabat saya
tersenyum bahagia dengan jawaban saya, senyum yang terakhir yang saya
lihat, karena saya tidak akan pernah melihat senyumnya lagi, sebuah sms
saya terima malam kemarin yang mengabarkan ia telah meninggal dunia
ketika dirinya sedang berlajar berdakwah, islah diri, belajar menjadi
hamba yang taat, belajar mencintai Allah swt dan Rasul-Nya.
Selepas bersilaturahmi bada isya almarhum pamit dengan amir jamaah
untuk tidur lebih awal karena kondisi badannya yang kurang baik, dan
mendekati subuh terlihat almarhum masih tertidur, dan ketika salah satu
rekan mencoba membangunkannya ternyata almarhum telah tiada, pergi
meninggalkan dunia untuk bertemu Allah swt bertemu dengan sosok yang
dicintainya yaitu Rasulullah saw dan para sahabat-nya, meninggalkan
dunia pada saat pertobatannya. Kematian yang indah, yang selalu saya
rindukan, mati di jalan-Nya, mati ketika mencoba meraih cinta-Nya.
Selamat jalan sahabat, di surga memang tiada akan ada pria
bertatto, yang ada hanya pria tampan, yang suka miscall tengah malam
untuk bangunin tahajud, yang suka bangun malam dan nangis kaya anak
kecil, yang suka bikin gw kesel karena selalu berantakan kalau makan
berjamaah, yang suka tiba-tiba batalin janji pada hal udah jauh-jauh
hari dibuat.
Kita memang gak akan pernah ketemu lagi di
dunia, Dan elo gak bisa baca blog gw lagi, pada hal elo pengen banget
kita sama-sama hadir ijtima Bulan Juli nanti dan elo pengen banget
ngerasin duduk di bawah tenda dan poto elo gw tampilin di blog jelek gw
ini, tapi rasanya itu cuma mimpi, karena pastinya gak akan bisa terjadi.
Sekarang elo dah tenang di sana, tugas elo di dunia dah selesai,
tinggal gw yang masih gamang dengan jalan hidup sendiri.
Selamat jalan sahabat, semoga Allah selalu menjaga dan menerima tobat
dirimu. Semoga kami yang di tinggalkan dapat memetik banyak pelajaran
dari perjalanan hidupmu. Dan semoga Allah swt kekalkan kami dalam usaha
dakwah, dakwah sebagai maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai
mati dan mati dalam dakwah.
“Allahumma firlahu war hamhu wa afi’i wa’fuanhu. Aamiin.”
Wallahu a’lam bish Shawwab ....
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...