MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Thursday, 13 August 2015

Keajaiban Gua Kahfi



SIAPA gerangan yang tidak tahu kisah Ashabul Kahfi? Kisah ini sangat populer baik bagi penganut agama Islam atau Kristen. Ashabul Kahfi dalam Islam yaitu kisah yang menceritakan 7 pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Mereka melarikan diri dari kekejaman dan kezaliman raja Dikyanus.
Lokasi Gua : Banyak terjadi perselisihan faham tentang lokasi gua. Ada yang mengatakan berada di Suriah, ada pula yang mengatakan di Turkia, akan tetapi banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Info terakhir yang didapatkan bahwa Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashhabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Gua Ahlul Kahfi” dan Ma’had Da’wah dan Dai’.
Nama nama Ashhabul Kahfi: Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun anjingnya bernama Kithmir.
Sebab turun kisah ini dalam Al-Quran: Kisah dimulai dari seorang kafir datang kepada seorang Yahudi di Madinah. Dia memceritakan kepadanya bahwa Muhammad mengaku dirinya sebagai Nabi dan dia meminta nasehat kepadanya bagaimana caranya untuk membantahnya. Yahudi tadi berkata “Tanya kepada Muhammad tentang kisah Ashhabul Kahfi, jika dia mengetahunya maka ia benar sebagai Nabi”. Lalu orang kafir tadi bertanya kapada Rasulallah saw tantang kisah tersebut. Mereka menyangka beliau tidak mengetahuinya sehingga mereka bisa mengalahkan dan membantah beliau. Tapi apa yang terjadi. Allah perintahkan Jibril as agar segera turun dari langit menceritakan kepada Rasulallah saw kisah trb sebagaiman tertera dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Kahfi.

Satu alasan mengapa Rasulullah saw menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir, untuk memerangi gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia. Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah saw untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini. Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulqarnain agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10) سورة الكهف 9-10 
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu, mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (Al Kahfi: 9-10)
Kedua ayat ini menyinggung keadaan para pemuda yang luar biasa itu. Dari cerita tersebut, kita melihat pengalaman mereka sebagai sesuatu yang gaib atau di luar jangkauan akal manusia. Seluruh kehidupan mereka penuh dengan kejadian yang menakjubkan. Keadaan ini merupakan pokok permasalahan hadits Nabi saw yang menghubungkan antara tanda-tanda kebesaran Allah dan keimanan mausia kepada Hari Akhir.
Ayat kesepuluh menjelaskan kepada kita bahwa para pemuda tersebut mencari tempat perlindungan di gua dari pemerintahan zalim yang tengah berkuasa. Pemerintahan tersebut menyebabkan mereka tidak mungkin mengungkapkan pandangan mereka, menjelaskan kebenaran, keimanan dan ketauhidan kepada Allah dan menyerukan agama Allah. Oleh karena itu, mereka menjauhkan diri mereka dari masyarakat, mereka mengungsi ke sana sambil memohon rahmat dan bantuan Allah. Mereka juga berupaya memperbaiki dan mengembangkan diri mereka sendiri. Begitu pula kaum Muslimin di hari akhir yang berada di bawah rezim yang menindas akan menyembunyikan diri dan berharap kepada Allah untuk memberikan rahmat-Nya atas mereka, dan juga memudahkan kehidupan dan perjuangan mereka atas gerakan-gerakan anti-agama.
فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا (11) ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12) سورة الكهف 11-12
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu) (Al Kahfi: 11-12)
Alasan ditidurkannya Ashabul Kahfi adalah penyerahan diri terhadap takdir dan kedamaian, karena Allah, Yang telah menciptakan alam semesta tanpa sia-sia, mengatur segala sesuatu demi kemaslahatan umat Islam.
Di masa kini, sebagian umat Islam telah mengambil pendirian yang sama secara spiritual. Dengan cara ini, mereka tidak dikelabui oleh paham materialis yang berupaya menjauhkan masyarakat dari iman mereka, dan juga tidak terpengaruh oleh kekerasan yang diarahkan oleh paham-paham ini. Oleh karena itu, mereka dapat terus hidup menurut Al Qur’an tanpa dipengaruhi oleh kehancuran akhlak, kekejaman, dan kekacauan yang ada di sekitarnya.
هَؤُلاء قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (15) سورة الكهف 15
“Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)
Seperti yang dinyatakan oleh ayat ini, kelompok ini (Ashhabul Kahfi) mendawai orang-orang musyrik agar kembali ke agama yang benar, mengajak mereka menuju agama Allah, meminta mereka agar berhenti mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan meminta mereka mengajukan bukti-bukti atas penolakan mereka tersebut. Ketika mereka tidak dapat melakukan ini, Ashabul Kahfi menyatakan bahwa orang-orang musyrik dari masyarakat mereka sebagai para pembohong dan pemfitnah.
Sekarang ini, kaum Muslimin juga menuntut pembuktian dari mereka yang menyembah selain Allah. Sekarang ini ada kepercayaan yang mendewakan manusia dan materi
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِه ويُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا (16) سورة الكهف 16
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu (Al Kahfi: 16(
Karena penindasan orang-orang musyrik, Ashabul Kahfi merasakan perlunya pemisahan secara menyeluruh. Oleh karena itu, mereka memutuskan seluruh hubungan dengan orang-orang musyrik dengan mengungsi ke gua. Selama masa itu, rahmat Allah turun kepada mereka dan Dia memudahkan segala sesuatu bagi mereka. Hal yang paling penting dari pertolongan dan dukungan-Nya adalah menghindarkan mereka dari pengaruh buruk orang-orang tak beriman.
pemandangan dalam gua
pemandangan dalam gua
pintu masuk gua
pintu masuk gua





batu terukir
batu terukir




kamar tidur
kamar tidur




lubang angin dalam gua
lubang angin dalam gua


Peresmian Masjid Ashhabul kahfi oleh Raja Abbdulah Yordan
Peresmian Masjid Ashhabul kahfi oleh Raja Abbdulah Yordan

Batu peresmian
Batu peresmian

masjid gua kahfi
masjid gua kahfi
goa kahfi
Gua Kahfi dari luar

Share:

Kasak Kusuk Di Tahun Hijriah




gubbah Nabi

Sampai saat wafat Rasullah saw belum ada penetapan kalender Islam yang dipakai sebagai patokan penanggalan. Pada waktu itu, catatan yang dipergunakan kaum muslim belum seragam. Ada yang memakai tahun gajah, peristiwa bersejarah, yaitu tahun penyerangan Abrahah terhadap kab’bah dan kebetulan pada saat itu bertepatan dengan tanggal kelahiran Rasullah saw. Ada pula yang mengunakan tahun diutusnya Rasulallah saw sebagai nabi, atau awal penerimaan wahyu. yang penting mereka belum mepunyai penanggalan yang tetap dan seragam. Pada zaman khalifah Abubakar ra sudah mulai para sahabat melontarkan gagasan tentang perlunya adanya penanggalan. tapi belum pula diterapkan.

Penetapan penanggalan yang dipakai oleh umat Islam dimulai pada zaman khalifah Umar ra. Menurut keterangannya, ide ini diterapkan setelah beliau menerima sepucuk surat dari Abu Musa al-asy’ari yang menjadi gubernur di Bashrah, isinya menyatakan ”Kami telah banyak menerima surat perintah dari anda tapi kami tidak tahu kapan kami harus lakukan. Ia bertanggal Sya’ban, namum kami tidah tahu Sya’ban yang mana yang dimaksudkan?”

Rupanya surat Abu Musa diterima oleh khalifah Umar ra sebagai saran halus tentang perlu ditetapkannya satu penanggalan (kalender) yang seragam yang dipergunakan sebagai tanggal bagi umat Islam.

Budaya penanggalan ini rupanya belum ada dalam Islam sedangkan penanggalan Masehi sudah diterapkan sebelum adanya Islam beberpa abad lalu.  Tapi Islam adalah agama yang menerima budaya dari luar semasih budaya itu baik dan tidak bertentangan dan keluar dari rel agama. contohnya; disaat Rasulallah saw berada di Madinah beliau melihat orang2 Yahudi berpuasa pada tanggal 10 muharam. Beliau bertanya kenapa mereka berpuasa.Lalu dijawab karena hari itu nabi Musa as diselamatkan dari serangan Firau. Rasulallah saw mejawab “kita lebih utama dari mereka atas nabi Musa”. Maka beliau menganjurkan umat Islam untuk berpuasa, dan dianjurkan pula berpuasa sebelumnya atau sesudahnya. Tujuanya untuk tidak bertasyabbuh (menyamakan) dengan Yahudi. Contoh lain, disaat Rasulallah saw mengirim surat kepada penguasa dunia, beliau disarankan untuk membumbuhi surat surat beliau dengan stempel, karena mereka tidak mau menerima surat surat kecuali ada stempelnya. Nabi pun menerima saran tersebut. Lalu beliau membuat stempel yang berupa cincin tetulis “Muhammad Rasulallah”.

Kemudian khalifah Umar ra mengelar musyawarah dengan semua sahabat Nabi saw untuk menetapkan apa yang sebaiknya dipergunakan dalam menentukan permulaan tahun Islam. Dalam pertemuan itu ada empat usul yang dikemukakan untuk menetapkan penanggalan Islam, yaitu :

1. Dihitung dari mulai kelahiran nabi Muhammad Saw
2. Dihitung dari mulai wafat Rasulullah saw
3. Dihitung dari hari Rasulullah saw menerima wahyu pertama di gua Hira
4. Dihitung mulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah
Usul pertama, kedua dan ketiga ditolak dan usul yang terakhir merupakan usul yang diterima suara banyak. Usul ini diajukan oleh imam Ali bin Abi Thalib ra. Akhirnya, disepakatilah agar penanggalan Islam ditetapkan berdasarkan hijrah Rasulallah saw dari Mekah ke Medinah.

Ketika para sahabat sepakat menjadikan hijrah Nabi saw sebagai permulaan kalender Islam, timbul persoalan baru di kalangan mereka tentang permulaan bulan kalender itu. Ada yang mengusulkan bulan Rabiul Awal (sebagai bulan hijrahnya Rasulullah saw ke Medinah). Namun ada pula yang mengusulkan bulan Muharram. Akhirnya khalifah Umar ra memutuskan awal bulan Muharam tahun 1 Islam/Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M. Dengan demikian, antara permulaan hijrah Nabi sa dan permulaan kalender Islam terdapat jarak sekitar 82 hari.

Jadi, peristiwa penetapan kalender Islam oleh khalifah Umar ra ini terjadi tahun ke 17 sesudah hijrah atau pada tahun ke-4 dari kekhalifahan beliau.

Dari latar belakang sejarah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penetapan bulan Muharram oleh Umar bin khattab ra sebagai permulaan tahun hijriah tidak didasarkan atas peringatan peristiwa hijrah Nabi. Buktinya beliau tidak menetapkan bulan Rabiul Awwal (bulan hijrahnya Rasulallah saw ke Medinah) sebagai permulaan bulan pada kalender hijriah. Lebih jauh dari itu, beliau pun tidak pernah mengadakan peringatan tahun baru hijriah, baik tiap bulam Muharram maupun rabiul Awwal, selama kekhalifahannya.
2. Peringatan tahun baru hijriah pada bulan Muharram dengan alsanan memperingati hijrah nabi ke Madinah merupakan hal yang kurang pas, karena Rasulallah saw hijrah pada bulan Rabiul Awwal bukan bulan Muharram
3. menyelenggarakan berbagai bentuk acara dan upacara untuk menyambut tahun baru hijriah dengan begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru adalah hal yang tidak pernah disarankan agama.

Jadi yang pas menurut saya dalam memperingati tahun baru Hijriah, yaitu sesuai dengan apa yang dipesan kakek saya. Beliau pernah berpesan, jika tahun baru tiba, hendaknya kita banyak bermuhasabah, melakukan kontrol diri terhadap amal perbuatan yg kita lakukan selama setahun. Kalau dalam berdagang atau berniaga ada istilah namanya inventory atau tutup buku atau hitung-hitungan untung-ruginya dalam berdangang atau berniaga selama setahun. Begitu pula dalam amalam kita selama setahun ada istilah tutup buku atau hitung-hitungan selama setahun. Kalau untung patut kita syukuri, kalau rugi kita bertaubat dan berdoa semoga tahun yang datang akan lebih baik dari tahun lalu. Rasulallah SAW sendiri pernah menyatakan bahwa manusia terbagi atas tiga golongan:
Golongan beruntung, yaitu jika hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Golongan merugi, jika hari ini sama dengan hari kemarin.
Golongan celaka, jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin.

Wallahu’alam
Share:

Kalimat Tauhid



 ABU DHAR ra, sahabat Nabi saw, pernah sebelum masuk Islam, pergi ke tempat yang biasanya ia menyembah berhala untuk meminta kepadanya rizki. Tiba-tiba ia melihat kepala patungnya basah seperti ada orang yang sengaja menyiraminya dengan air. Abu Dhar  marah besar dan bertanya kepada dirinya: “siapa gerangan yang berani berani menyirami air di atas kepala Tuhanku”. Ia menengok ke kiri ke kanan tapi tidak mendapatkan tanda-tanda ada seseorang berada di sekitar tempat itu, hanya saja ia melihat ada seekor serigala sedang asyik tidur di tempat yang tak berjahuan dengan patungnya. Dari situ, ia mengetahui bahwa serigala itulah yang telah mengencingi kepala Tuhannya. Maka turunlah kepada Abu Dhar hidayat dari Allah. Lalu ia melontarkan beberapa bait syair kepada patungnya:

Tuhan dikencingi serigala di atas kepalanya
Sungguh hina bagi Tuhan yang telah dikecingi
Jika kamu itu Tuhan pasti kamu bisa mencegahnya
Maka sialan bagimu karena tidak bisa melindungi.
Aku beriman kepada Allah, tak ada yang mengalahi Nya.
Dan bersuci dari segala bentuk patung di muka bumi

Setelah itu Abu Dhar datang kepada Rasulallah untuk mengikrarkan keislamannya. Mulai saat itu ia menjali seorang muslim yang patuh dan teguh dalam membela kalimat tauhid.

Konon dari kecintaannya beliau terhadap kalimat tauhid, sehingga bacaan ayat suci al Quran yang paling banyak dibaca ialah surat al-Ikhlas (Qul Huallahu Ahad). Karena di dalam surat itu terkandung ayat-ayat yang memurnikan keesaan Allah dan menolak segala macam kekufuran.

Suatu ketika Rasulallah saw berkata kepada Abu Dhar: “Wahai Abu Dhar sesungguhnya Jibril telah memberi salam kepadamu”. Abu Dhar pun bertanya kepada Beliau “Bagaimana Jibril bisa mengenalku, ya Rasulallah?”. Rasulallah saw menjawab: “Pertanyaanmu itu telah ku tanya kepada Jibril, dan iapun menjawab: “Bagaimana aku tidak mengenal Abu Dhar, sedangkan semua malaikat di langit telah mengenalnya”. Aku lalu bertanya lagi kepada Jibril: “Bagimana mereka mengenal Abu Dhar wahai Jibril”. Jibril pun menjawab: “karena ia banyak sekali membaca surat al-Ikhlas“.

Dari kisah di atas, kita bisa mengambil satu pelajaran penting sekali bahwa Islam mengajarkan umatnya, sebelum segala sesuatu, agar memperteguh akidahnya dan memperkuat keyakinanya dengan kalimat tauhid “La Ilaha Ilallah”. Jika akidah dan keyakinan kepada Allah kuat, niscaya akhlak pun akan baik dan benar. Karena untuk merobah akhlak menjadi baik dan benar tanpa memperkuat akidah dan tauhid ibarat usaha menyuburkan daun dan ranting sebuah pohon tanpa mempedulikan kondisi akarnya. Hanya pohon yang memiliki akar kuat akan memiliki batang, ranting, dan dedaunan yang kokoh pula.

Sungguh besar derajat kalimat tauhid di sisi Allah. Sungguh agung kedudukannya di hadapan Pencita langit, bumi dan se isi-isinya. Bahkan kalimat itu bagi Nya sangat teguh, bagaikan pohon yang teguh, kokoh, dan berdiri tegap yang tidak bisa disambar petir atau halilintar. Demi Allah seandainya langit, bumi dan se isi-isinya diletakan di neraca timbangan dan kalimat “La Ilaha Ilallah” diletakan di neraca timbangan yang lain, maka kalimat “La Ilaha Ilallah”  akan lebih berat dari langit, bumi dan se isi-isinya.

 “La Ilaha Ilallah”. Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, tiada agama selain agama Allah, tiada syari’at selain syari’at Allah, dan tiada aturan di dunia yang indah dan sempurna selain aturan Allah. Maka kalau ada yang bertanya apa intisari agama yang diturukan para Nabi, dari mulai nabi Adam as sampai nabi kita Muhammad saw? Jawaban yang tepat adalah tegakkan kalimat tauhid “La Illaha Illallah”.

Makanya, Habib Ali Kwitang dan muridnya KH Abdullah Syafi’e selalu menutup majlis majlis mereka setiap minggu dengan kalimat tauhid “La Ilaha Ilallah”. Setelah kalimat itu dibacakan, terasa benar ada sentuhan dan getaran Ilahi yang masuk ke hati sanubari pendengarnya. Karena kalimat baik yang keluar dari hati yang baik dan bersih, tak mungkin ada dinding yang bisa menghalanginya dan pasti akan menembus ke hati pula. Kalimat “La Ilaha Illallah” yang menyentuh qalbu mu’min ini cukup dijadikan sebagai ta’lim atau pelajaran yang tak terlupakan sepanjang hayat dikandung badan.

Sampai sekarang ini, suara Habib Ali masih teringat. Setiap ingat, jiwa kita tergetar oleh pesona kesederhanaan, kerendahan hati, dan kesalehannya yang sukar dibayangkan masyarakat kota sekarang ini, yang cenderung angkuh, sombong, serba duniawi, seolah-olah semua isi dunia hendak mereka kuasai. Padahal, setelah dikuasai, yang mereka dapatkan cuma penyakit demi penyakit yang hampir tak ada obatnya. Karena penyakit mereka bukan terletak di dalam tubuh, melainkan dalam jiwa yang kotor, hati yang mesum dan gersang, yang tidak bisa diobati kecuali dengan siraman rohani dan kalimat tauhid “La Ilaha Illallah” yang selalu dibawakan Habib Ali setiap minggu.

Pernah Rasulallah saw sedang duduk bersama para sahabatnya. Beliau bertanya kepada mereka pertanyaaan yang tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya. “Ada sebuah pohon yang daunya tidak pernah jatuh ke tanah, pohon itu ibarat seorang mukmin yang banyak manfaatnya. Apa gerangan nama pohon itu?”. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang bisa menjawab pertanyaannya.  Nabi pun menjelaskan: “itulah pohon korma”.

Itulah perumpamaan kalimat tauhid yang dimaksud Rasulallah saw, ibarat pohon korma yang banyak bermanfaat bagi manusia, akarnya teguh dan cabangnya menjulang kelagit. Pohon itu tumbuh subur, tegak dan kokoh di setiap musim, baik di musim kemarau atau dimusim dingin, di terik matahari yang membakar yang suhunya bisa mencapai diatas 50 derajat C atau di saat datangnya musim dingin yang suhu bisa mencapai di bawah 0 derajat.

Pohon yang teguh dan kokoh itu diibaratkan seperti ucapan yang teguh yang tidak hanya bermangfaat bagi kehidupan manusia didunia, akan tetapi berlanjut kemangfaatanya sampai ke akhirat. Allah telah meneguhkan iman seorang mukmin dengan ucapan yang teguh (kalimat tauhid) dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat.

“Laa Ilaha Ilallah”, tiada Tuhan selain Allah. inilah kalimat yang selalu dibawakan Habib Ali sampai akhir hayatnya. Sebelum wafat beliaupun sempat mendoakan umat Islam agar dengan kalimat itulah mereka dihidupkan, dengan kalimat itulah mereka dimatikan dan dengan kalimat itu pula insya Allah mereka akan dibangkitkan bersama-sama pemimpin tauhid, Rasulallah saw, di hari kebangkitan

Wallahua’lam

Share:

Kado Dari Imam Ali


Oleh: Hasan Husen Assagaf

Mari kita buka lagi bingkisan kado yang datang dari sahabat dan misanan Nabi saw, Imam Ali bin Abi Thalib ra. Sebelum kita buka bingkisanya, saya teringat dengan sebuah hadist Rasulallah saw yang berbunyi “Barangsiapa melepaskan seorang mu’min dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesulitan dari dirinya di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seorang mu’min yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya”.

Sekarang kita buka bersama sama bingkisan kado Imam Ali bin Abi Thalib ra yang penuh dengan mutiara hikmah yang bisa dijadikan sebagai teladan bagi kehidupan kita sehari hari. Silahkan menyimak:

Di pagi yang cerah, seroang pengemis datang ke rumah Imam Ali bin Abi Thalib. Badannya kurus kering, pakaiannya cumpang camping, dan rambutnya tidak terurus. Ia datang kepada beliau meminta makanan. Imam Ali pada saat itu sedang berdiri di muka pintu. Lalu beliau menyuruh anaknya Hasan, “Ya Hasan, masuklah ke dalam, minta dari ibumu, Fatimah, uang satu dinar yang masih tersisa 6 dinar dari uangku” kata beliau. Sayyidina Hasan langsung masuk kedalam meminta uang dari ibunya sesuai dengan perintah ayahnya.

Tak lama kemudian ia keluar tanpa membawa apa apa. Ia menjelaskan bahwa ibunya tidak memberikanya karena uang yang 6 dinar, katanya, akan digunakan untuk membeli tepung gandum. Dengan sedikit jengkel beliau berkata kepadanya “Tidak akan benar iman seseorang sehingga ia berkeyakinan bahwa apa yang berada di tangan Allah lebih baik dan lebih afdhol dari pada apa yang berada di tangannya”. Kemudian ia menyuruh lagi anaknya Hasan untuk mengambil uang satu dinar dari ibunya, Fatimah. Adapun kali ini Hasan keluar dengan membawa uang satu dinar. Imam Ali mengambil uang itu lalu diserahkan kepada pengemis tadi.

Belum sempat Imam Ali ra masuk ke dalam rumahnya, tiba tiba seseorang datang dengan menuntun seekor unta. Ia menawarkan beliau untanya seharga 140 dirham. Tanpa tawar menawar, Imam Ali ra setuju membelinya. Beliau menjajikannya akan membayar harga untanya di sore hari. Orang itu pun setuju. Lalu imam Ali mengikat unta tadi di depan rumahnya.

Di siang harinya ada seseorang melewati rumah beliau. ia melihat seekor unta diikat di depan rumah. Ia bertanya kepada beliau “Apakah unta ini mau dijual?”. Beliau menjawab “Ya, betul unta itu akan kujual dengan harga 200 dirham. Apakah kau berminat membelinya?”. Orang itu melihat lagi unta tersebut untuk kesekian kalinya. Akhirnya, Ia tertarik untuk membelinya. “Ya, aku berminat membeli unta ini dengan harga 200 dirham”, ujarnya. Orang itu langsung merogoh kantongnya dan membayar kontan harga unta sebesar 200 dirham kepada Imam Ali ra.

Di sore harinya orang yang menjual untanya kepada Imam Ali datang untuk menagih uang penjualanya. Beliau langsung memberikan kepadanya 140 dirham sesuai dengan perjanjian. Untung Imam Ali dari penjualan unta 60 dirham diberikan kepada istrinya, Fatimah ra. Dengan keheranan siti Fatimah menerima uang itu seraya berkata “Dari mana kau dapatkan uang sebanyak ini?”. Imam Ali pun tersenyum, lalu berkata “Ini adalah apa yang telah dijanjikan Allah melalui lisan nabi kita Muhammad saw (Barangsiapa membawa amal baik maka baginya pahala sepuluh kali lipat).” Al an’am 160 

Kisah di atas patut dijadikan bahan renungan. Agar kita memiliki sikap hidup yang selalu memberi perhatian kepada yang miskin, yang lemah dan yang di bawah. Biarpun kita kaya dan memiliki harta berlimpah-limpah, semua itu tak berarti sedikit pun jika tidak memiliki sifat perhatian untuk mengangkat yang di bawah dan menolong yang miskin. Nah, kalau begitu, jadilah kita seseorang yang memiliki jiwa seperti Imam Ali ra dan seperti yang diajarkan Nabi agar tetap memiliki rasa kesederhanaan dan tidak menimbulkan iri dan dengki terhadap kelompok miskin.

Alkisah, ada seorang kaya dari bani Israil yang sedang duduk makan siang bersama-sama istrinya. Di atas meja tersedia segala macam hidangan diantaranya ada ayam panggang. Tiba tiba seorang pengemis datang mengetuk pintu. Istrinya pun berkata kepada suaminya ”Pak! Ada pengemis di depan rumah, kasiahan pak. Apakah kita bersedekah kepadanya dengan sepotong ayam panggang? Sang suami tiba-tiba membentaknya “Jangan! usirlah pengemis itu dari depan rumah.

Dunia pun berputar, hari berganti hari, bulan berubah menajdi tahun. Si kaya yang digenangi dengan segala macam kenikmatan berobah menjadi miskin. Istri kesayanganya ditalaknya. Setelah ditalak sang istri kawin lagi dengan seorang laki laki kaya. Kemudian terulang lagi peristiwa sang istri makan siang bersama-sama suaminya yang baru. Tentu di atas meja terhidang segala macam makanan, dan tidak ketinggalan pula terdapat seporsi ayam panggang.

Tiba tiba seorang pengemis datang mengetuk pintu meminta makanan. Sang suami berkata kepada istrinya dengan penuh rahmah: “Ambilah sepiring nasi dan sepotong ayam panggang sebagai lauknya, berikanlah kepada pengemis itu”. Setelah nasi dan ayam panggang diberikan kepada si pengemis, sang istri pun menangis. Suaminya sangat heran dan bertanya: “kenapa dik kamu menangis? Apakah kamu marah karena aku memberi pengemis itu nasi dan ayam panggang?”. Istrinya menjawab: “ tidak pak, tidak sama sekali,  akan tetapi aku menangis karena ada sesuatu yang sangat ganjil dan ajaib”. Sang suami jadi penasaran ingin tahu apa yang ganjil dan ajaib itu. Ia pun bertanya: “Bu, apa gerangan yang ganjil dan ajaib itu? ”. Istrinya menjawab: “Apakah kamu tahu siapa pengemis yang datang di depan pintu tadi? Sesungguhnya ia adalah suamiku yang pertama”. Mendengar ulasan sang istri, sang Suami segra berkata kepada istrinya “Apakan kamu tahu siapa aku sebenarnya? Sesungguhnya aku adalah pengemis pertama yang datang dulu ke rumahmu”.

Subhanallah, Itulah dunia. Kalau kita tidur, Allah tidak tidur. Kalau kita lupa Allah tidak akan lupa Dunia itu berputar, sesaat ia berada diatas dan sesaat lagi berada di bawah. Kalau kita sedang  berada di atas jangalah angkuh, bangga dan lupa kepada yang di bawah, sebaliknya kalau kita berada di bawah jangalah gelisah atau putus asa. Sesungghunya di langit itu ada kerajaan yang Maha Besar, tertulis di depan pintu gerbangya:  “Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami” almu’minun 17Maka,

Cintailah yang di bumi agar yang di langit mencitaimu.

Wallahua’lam
Share:

Ka’bah



Ka\'bah    
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah yang di-berkahi” al- Imran, ayat 96.

Ka’bah adalah bangunan suci Muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. ia merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah sholat bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
  

Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter (Lihat foto berangka Ka’bah). Ka’bah disebut juga dengan nama Baitallah atau Baitul Atiq (rumah tua) yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah. Kalau kita membaca Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”, kalau kita membaca ayat di atas, kita bisa mengetahui bawah Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim as menempatkan istrinya Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut. Jadi Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim menginjakan kakinya di Makkah.

foto kabah dari dalam  kelambu kabah  
 Ka’bah dari Dalam                      Kelambu Ka’bah                                 

Pada masa Nabi saw berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali Hajar Aswad namun berkat hikmah Rasulallah perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa kekerasan, tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

banjir di kabah th 1941   banjir di kabah th 1941
 Banjir di Ka’bah tahun 1941                           Banjir di Ka’bah tahun 1941

Pada zaman Jahiliyyah sebelum diangkatnya Rasulallah saw menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, ka’bah penuh dikelilingi dengan patung patung yang merupakan Tuhan bangsa Arab padahal Nabi Ibrahim as yang merupakan nenek moyang bangsa Arab mengajarkan tidak boleh mempersekutukan Allah, tidak boleh menyembah Tuhan selain Allah yang Tunggal, tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan diperanakkan. Setelah pembebasan kota Makkah, Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung patung tanpa kekerasan dan tanpa pertumpahan darah.

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah sebagai pemegang kunci ka’bah (lihat foto kunci ka’bah) dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah. 

konci kabah
Konci Ka’bah berada di museum Istambul

Pada zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as pondasi bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu dan letak pintunya terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Namun ketika Renovasi Ka’bah akibat bencana banjir pada saat Rasulallah saw berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul, karena merenovasi ka’bah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan biaya. Maka bangunan ka’bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian ka’bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka’bah yang dinamakan Hijir Ismail (lihat foto) yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.

Pintu Kabah   pintu kabah 
Pintu Ka’bah tahun 1941                                     Pmtu Ka’bah (Sekarang)
 rukun yamani   batu fondasi masjid haram
Rukun Yamani                                Batu fondasi Haram 852H                             

Karena agama islam masih baru dan baru saja dikenal, maka Nabi saw mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali ka’bah sehinggas ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau: “Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka’bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka’bah”, sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim”. Jadi kalau begitu Hijir Ismail termasuk bagian dari Ka’bah. Makanya dalam bertoaf kita diharuskan mengelilingi Ka’bah dan Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah tempat dimana Nabi Ismail as lahir dan diletakan di pangkuan ibunya Hajar.

Ketika masa Abdurahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan Ka’bah dibuat sebagaimana perkataan Nabi saw atas pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan pelontar (Manjaniq) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Rasulallah saw pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim as. Dalam sejarahnya Ka’bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.

Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka’bah sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi saw. namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan masalah khilafiyah oleh penguasa sesudah beliau dan bisa mengakibatkan bongkar pasang Ka’bah. Maka sampai sekarang ini bangunan Ka’bah tetap sesuai dengan renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang

Hajar Aswad

Hajar Aswad merupakan batu yang dalam agama Islam dipercaya berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim as. Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semangkin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan ini merupakan wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka’bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi saw. Karena beliau selalu menciumnya setiap saat bertoaf. Dan sunah ini diikuti para sahabat beliau dan Muslimin.

    hajar aswad    hajar aswad
          Hajar Aswad                     Hajar Aswad berikut kerangka

Pada awal tahun gajah, Abrahan Alasyram penguasa Yaman yang berasal dari Habsyah atau Ethiopia, membangun gereja besar di Sana’a dan bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, memindahkan Hajar Asswad ke Sana’a agar mengikat bangsa Arab untuk melakukan Haji ke Sana’a. Abrahah kemudian mengeluarkan perintah ekspedisi penyerangan terhadap Mekkah, dipimpin olehnya dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Beberapa suku Arab menghadang pasukan Abrahah, tetapi pasukan gajah tidak dapat dikalahkan.

Begitu mereka berada di dekat Mekkah, Abrahah mengirim utusan yang mengatakan kepada penduduk kota Mekkah bahwa mereka tidak akan bertempur dengan mereka jika mereka tidak menghalangi penghancuran Ka’bah. Abdul Muthalib, kepala suku Quraisyi, mengatakan bahwa ia akan mempertahankan hak-hak miliknya, tetapi Allah akan mempertahankan rumah-Nya, Ka’bah, dan ia mundur ke luar kota dengan penduduk Mekkah lainnya. Hari berikutnya, ketika Abrahah bersiap untuk masuk ke dalam kota, terlihat burung-burung yang membawa batu-batu kecil dan melemparkannya ke pasukan Ethiopia; setiap orang yang terkena langsung terbunuh, mereka lari dengan panik dan Abrahah terbunuh dengan mengenaskan. Kejadian ini diabadikan Allah dalam surah Al-Fil

Makam Ibrahim

makam Ibrahim      makam ibrahim & hajar aswad
 Makam Ibrahim                             Makam Ibrahim            Hajar Aswad

Makam Ibrahim bukan kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana banyak orang berpendapat. Makam Ibrahim merupakan bangunan kecil terletak di sebelah timur Ka’bah. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu yang diturunkan oleh Allah dari surga bersama-sama dengan Hajar Aswad. Di atas batu itu Nabi Ibrahim berdiri di saat beliau membangun Ka’bah bersama sama puteranya Nabi Ismail. Dari zaman dahulu batu itu sangat terpelihara, dan sekarang ini sudah ditutup dengan kaca berbentuk kubbah kecil. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim yang panjangnya 27 cm, lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm masih nampak dan jelas dilihat orang.

Multazam

multazam
 Multazam

Multazam terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah berjarak kurang lebih 2 meter. Dinamakan Multazam karena dilazimkan bagi setiap muslim untuk berdoa di tempat itu. Setiap doa dibacakan di tempat itu sangat diijabah atau dikabulkan. Maka disunahkan berdoa sambil menempelkan tangan, dada dan pipi ke Multazam sesuai dengan hadist Nabi saw yang diriwayatkan sunan Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

Terakhir, saya sangat berharap semoga artikel “Ka’bah” ini bisa membawa mangfaat, menyejukan hati dan menambah semangat kita dalam mengenal dan mencintai rumah Allah.

Walallahua’lam
Share:

Total Pageviews