MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Wednesday, 7 January 2015

Catatan Safar Ke Bumi Syam bersama SahabatAlAqsha.com

Catatan Safar Ke Bumi Syam bersama SahabatAlAqsha.com

Catatan Safar Ke Bumi Syam bersama SahabatAlAqsha.com
Mohon maaf sepekan ini tak banyak menjumpai teman-teman di twitter dan Facebook dikarenakan ada undangan dari www.SahabatAlAqsha.com untuk rihlah bepergian bersama ulama-ulama. Tim Sahabat AlAqsha mengajak kami mengikat hati dengan yatim-yatim pengungsi Suriah, hasil kekejian luar biasa rezim pembunuh Bashar Asad dan pasukannya yang memerangi pengikut Allah dan Rasul-Nya. Selain itu dalam safar kali ini kami juga beruntung bisa bertamu dan menggali ilmu dengan “Rabithah Ulama Syam”, ikatan ulama-ulama di tanah Syam guna menyerap informasi dan nasihat dari ulama-ulama Syam.
Bersama kami dalam safar ini ada ust @AbdullahHadrami dan ust Dr. Mustafa Umar, keduanya adalah guru, panduan, panutan, juga penolong bahasa arab kami yang terbatas. Lalu apa yang kami dapat dalam sepekan perjalanan ini? Tidak lain tidak bukan semangat dalam perjuangan, terutama rasa malu hati, atas ilmu, perjuangan dan pengorbanan yang jauh dibanding mereka.
Dalam safar ini kami jumpai para yatim syuhada, yang tetap tegar dan bangga atas perjuangan dan pengorbanan ayah-ayah mereka dalam jihad fii sabilillah, padahal ayah mereka tak lebih tukang supir dan tukang batu. Kami dengarkan cerita mereka, yang walau ayah mereka hanyalah tukang supir dan tukang batu, namun penuh keyakinannya pada syariah Allah itu harga mati.
Kami juga mendengar banyak pemuda-pemuda Syam yang muda dan tampan, banyak yang masih berumur belasan, dan banyak juga yang diawal dua puluhan, namun enggan menikah sebelum menang dalam jihad di jalan-Nya. Saat kami menanyakan apakah mereka sudah menikah, maka jawabannya membuat kami mematung. Mereka mengatakan “kami ingin menikah, namun urusan ummat ini lebih besar dan lebih penting, kami ingin dinikahkan di surga saja dengan para bidadari, insyaAllah”
Anak-anak di Syam dilatih dengan hafalan Al-Qur’an karena mereka tahu itulah nyawa sebenarnya sebaik perlindungan dan senjata yang hakiki. Saat orangtua mereka dibunuh dengan gas racun oleh Bashar Asad, yang lain oleh hujan bom dari pesawat dan muntahan peluru, anak-anak ini tetap berpegang dan yakin pada Allah. Mereka adalah anak-anak yang dididik langsung oleh Allah, generasi yang tak ada lagi takutnya selain pada Allah. Sedang pengorbanan kita disini? masyaAllah, jauhnya..
Kami mendengar dari mereka banyak cerita-cerita para mujahid yang lebih takut Allah ketimbang takutnya pada mati. Mereka berlomba untuk memenuhi janji mereka pada Allah untuk syahid atau menunggu gilirannya untuk syahid. Mereka menagih janji Allah dalam jihad fii sabilillah, untuk mendapatkan hidup dalam kemenangan atau mati dalam kemuliaan.
Jumlah pengungsi akibat kekejaman Syiah Alawi yang dikepalai Bashar Asad ini mencapai 2.000.000 di luar negeri, 5.000.000 di dalam negeri. Revolusi yang terus bergulir ini sudah memakan lebih dari 200.000 jiwa. Bagi penduduk Suriah ini bukan revolusi oposisi dan perang biasa. Ini adalah langkah bagi mereka untuk melawan kedzaliman yang sudah mengakar selama 40 tahun, dan memperjuangkan hukum Allah untuk diterapkan.
Mungkin ada yang berkomentar, “Untuk apa mengurus urusan luar negeri? sementara yang di dalam negeri masih banyak yang perlu?
Mohon maaf, bagi kami tidak terpisah antara satu ummat dan ummat lain, semuanya “ibarat satu tubuh” begitu pesan Nabi saw. Bagi kami negara tidak memisahkan akidah, jauh dekat bukan masalah, urusan kaum Muslim di satu tempat itu urusan ummat Musim semuanya. Islam tak mengakui batas-batas yang diberikan penjajah untuk memisahkan ummat Muslim, termasuk ikatan-ikatan selain ukhuwah Islam. Maka urusan Suriah adalah urusan kita, urusan Palestina juga urusan kita. luar dan dalam negeri sama saja nilainya.
Apalagi urusan bumi Syam yang sangat penting bagi ummat, tanah yang diberkahi Allah dan disebut-sebut oleh Nabi, tanahnya para Nabi. Para mujahid berbaris mengaliri berkahnya Syam dengan darah mereka, sementara ada segolongan pengecut mencibir, masyaAllah.
Dari yatim-yatim Suriah kami belajar bahwa urusan ummat, penyatuan ummat dalam syariah ini benar-benar masalah yang penting. Bahwa urusan perjuangan ummat ini lebih layak mendapat perhatian, lebih dari yang mencari perhatian dengan banyaknya janji tanpa bukti
Mereka yang ada di garis terdepan di Syam, Suriah dan Palestina itulah yang menginspirasi kita untuk terus berjuang dan berkorban, bahwa hitam tinta ulama dan merah darah syuhada itulah yang menjadi campuran bagi kejayaan ummat Muslim
Di safar ini pula kami banyak belajar dari kedua guru kami, ustadz Mustafa Umar dan ustadz Abdullah Hadrami, semoga Allah sayangi keduanya. Walau banyak kekurang ajaran kami pada beliau berdua, tentu tidak menghalagi kami mencuri ilmu dari kedua syaikh ini.
Apa yang terjadi di bumi Syam, di Palestina, di Suriah, adalah kemuliaan Allah bagi penduduknya dan ujian keimanan bagi kita disini, agar kita belajar mementingkan tanah yang dipentingkan Allah dan Rasul-Nya, agar kita berani membela bagian yang satu dari diri kita
Lalu apa yang harus kita lakukan? saat terpisah jarak dan tempat? Maka apapun, apapun yang mampu kita lakukan maka lakukanlah. Simak hadits berikut
“Siapa yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berperang fii sabilillah maka sungguh ia telah ikut berperang, dan siapa mengurus keluarga orang yang berperang fii sabilillah dengan baik, sungguh ia telah ikut berperang” (HR Bukhari Muslim)
Ada banyak anak-anak yatim syuhada yang perlu bantuan kita disini, mungkin lebih daripada yang kita pikir kepentingannya. “Keperluan bantuan kemanusiaan di Suriah seperti tidak terbatas” begitu ucap pengurus pengungsi Suriah pada kami, masyaAllah.
Sebagian anak-anak yatim syuhada ini lalu didata oleh tim www.SahabatAlAqsha.com yang menjadi fasilitator penyalur dana kita, dan saya sudah melihat secara langsung kerja tim www.SahabatAlAqsha.com yang amanah, tak memotong sedikitpun untuk operasional mereka, insyaAllah
Urusan Syam ini lebih dari urusan kemanusiaan, ini urusan iffah dan izzah kaum Muslim, jangan sampai sesal datang belakangan, sebagaimana firman Allah dalam QS 63:10, karena kita menunda sedekah sampai datang kematian
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS 63:10)
Bukan ahlu-Syam yang perlu kita, kitalah yang perlu doa mereka, semoga dengan membantu mereka kita terbebas dari sikap munafik. Informasi lengkap untuk bantuan ke anak yatim syuhada Suriah, boleh follow @sahabatalaqsha di twitter atau klik www.SahabatAlAqsha.com
Share:

0 komentar:

Total Pageviews

Archive