MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Thursday, 13 August 2015

Imam Ali Dan Mayat Berhutang


Janazah diusung penduduk kota Madinah menujuh Masjid. Keluarganya memohon kepada Rasulallah saw agar mengimami solat janazah. Sebelum solat didirikan, beliau bertanya kepada keluarganya apakah mayat mempunyai utang? Keluarganya menjawab “betul wahai Rasulallah, ia masih menunggak utang dua dinar”. Mendengar mayat masih bersangkutan utang dua dinar kepada seseorang, beliau menolak bersholat atas janazah.

Secara kebetulan, Imam Ali ra berada bersama sama Rasulallah saw di masjid. Beliau sangat berharap agar mayat disolatkan terlebih dahulu oleh Rasulallah saw sebelum dikubur. Lalu beliau mendekati Rasulallah saw seraya berkata “Ya Rasulallah, utang mayit dua dinar menjadi tanggunganku. Aku siap menjaminnya”. Mendengar ulasan Imam Ali, baru Rasulallah saw berdiri bersolat janazah berjamaah bersama sama para sahabat lainya.

Usai sholat janazah beliau berkata “Wahai Ali, semoga Allah membalas kebaikan kamu. Barangsiapa yang menjamin saudaranya di dunia, maka Allah akan menjaminnya di akhirat. Sesungguhnya tidaklah bagi mayat kecuali ia dituntut atas utangnya. Barangsiapa yang menjamin utang seorang mayat, maka Allah akan menjaminnya kelak di hari Kiamat”.

Wallahua’lam
Share:

Iblis

LANGIT dan bumi bergemuruh karena terjadi desas desus bahwa Allah berkehendak menciptakan makhlukNya yang bernama Adam as, kakek moyang manusia yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah akan menciptakan Adam, manusia pertama yang diciptakan dari tanah dengan tangan Nya, dan diberikan kepadanya segala macam kesempurnaan dari mulai ruh, jasad, darah, daging, syahwat, kekuatan, dihiasi dengan akal, dan diberikan kepadanya ilmu yang tidak diberikan kepada para malaikat “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama nama seluruhnya”, para malaikat pun heran dengan kehendak Allah. Mereka tidak iri atau hasut, akan tetapi ingin mengetahui apa hikmahnya Allah ingin menciptakan manusia yang akan merusak dan menumpahkan darah di muka bumi? Mereka bertanya kepada Allah “Mengapa Engkau hendak menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau” al-Bakarah. Allah pun langsung berseru: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”

Setelah selesai pencitaan Adam as dari tanah, dan peniupan roh kepadanya, Allah memerintahkan seluruh malaikat untuk sujud kepadanya. Perintah sujud kepada Adam di sini bukan berarti Allah memerintahkan mereka bersujud kepadanya karena memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanya semata-mata kepada Allah. Yang dimaksud sujud di sini adalah sebagai penghargaan dan penghormatan kepada makhluk yang baru saja diciptakan Allah dari tanah yang diberikan kepadanya segala kesempurnaan dan keistimewaan.
Maka, mulailah mereka dengan serentak bersujud kepada Adam satu persatu, kecuali Iblis yang ingkar dan menolak perintah Allah. Dia sangat murka kepada Iblis karena ia sombong, membangkang dan tidak mempatuhi perintahNya, merasa dirinya paling hebat, paling sempurna, paling mulia, paling keren. Kemudian Iblis pun melontarkan kata kata yang membuat Allah menjadi lebih murka lagi “Aku lebih mulia dari Adam. Aku diciptakan dari api sedang ia diciptakan dari tanah” al-Bakarah.  Oleh karena itu Iblis telah terlaknat dan diusir dari lingkungan para malaikat yang selalu bertasbih, bertahmid dan menyembah Allah siang dan malam. Wajah Iblis yang dulunya tampan dan bercahaya berobah menjadi hitam dan kelam. Ia merasa sakit hati. Apalagi setelah Allah menempatkan Adam as di surga dan dikaruniakan seorang istri Siti Hawa, Iblis bertambah dengki dan dendam kepada mereka.
Begitulah seterusnya Iblis tidak tinggal diam, ia berusaha sekuat tenaga menjerumuskan Adam as dan istrinya dengan siasat busuknya sehingga mereka keluar dari surga ke dunia. Peristiwa inilah yang menyebabkan Adam as diturunkan ke dunia, bukan diusir dari surga. Hikmahnya untuk mengingatkan kita bahwa tujuan utama Allah menciptakan Adam as adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Itupun Iblis masih saja tidak puas hati dan bermacam macam tipu daya dilakukan Iblis kepada anak cucu Adam as hingga Hari Kiamat. Sayangnya, kebanyakan mereka lalai dari tipu daya dan siasat busuk Iblis. Mereka cendrung mengikuti apa yang diperintahkan Iblis ketimbang mengikuti apa yang diperintahkan Allah.
Sebelum dilaknat Allah, Iblis pernah menjadi ketua seluruh malaikat dan yang paling banyak ilmu dan ibadahnya. Nama asalnya adalah ‘Azazil, pangkatnya dilangit sangat tinggi, dan selalu memimpin ibadah bersama sama para malaikat.
Sekarang, apakah Iblis itu berasal dari malaikat, atau Iblis itu berasal dari jenis Jin?
Ahli tafsir banyak yang berlainan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa Iblis itu berasal dari Malaikat. Ada lagi yang berpendapat, bahwa Iblis itu bukan asal dari Malaikat tapi berasal dari Jin. Masing masing pendapat memiliki dalil dalil yang bisa dijadikan sebagai sandaran.
Ahli tafsir pertama mengatakan Iblis itu dari golongan Malaikat. Mereka bersandar kepada firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi “Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. Maka, dalil tersebut diatas bisa dijadikan sebagai sandaran bahwa Iblis itu berasal dari Malaikat.
Adapun pendapat kedua mengatakan Iblis itu bukan dari golongan malaikat tapi berasal dari golongan Jin. Pendapat ini lebih tepat dan benar karena mereka mengambil dari dalil dalil alQuran yang bisa dipastikan kebenarnya. Sheikh Mohammad Ali Shobuni, pakar ilmu tafsir – Makkah mengatakan dalam kitab tafsirnya “Shofatu tafafasir”  bahwa Pendapat ini dibenarkan diantaranya oleh Alhasan Albasri, Qatadah, dan Zamakhsyari. Alhasan Albasri berpendapat bahwa Iblis itu bukan berasal dari Malaikat akan tetapi termasuk golongan Jin:
Pertama : Iblis itu bukan Malaikat karena Malaikat adalah makhluk suci tidak pernah melakukan maksiat, atau melanggar perintah dan instruksi dari Allah. “Para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka” surat Tahrim, 6. Sedangkan Iblis telah melakukan kesalahan dan melanggar perintah dan instruksi Allah untuk menolak bersujud kepada Adam as
Kedua : Para Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya sedangkan Iblis diciptakan dari Api. Ketika Allah memerintahkan seluruh Malaikat untuk sujud, semuanya mentaati perintah Nya kecuali Iblis. Dengan sombongnya ia berkata kepada Allah sebagai Penciptanya “Aku lebih mulia dari Adam. Aku diciptakan dari Api sedang ia diciptakan dari tanah”.. Maka tabiat dari kedua makhluk yaitu Malaikat dan Iblis sangat jauh berbeda dan berlainan.
Ketiga : Malaikat tidak kawin dan tidak berketurunan, sedangkan Iblis kawin dan berketurunan. Sesuai dengan firman Nya dalam surat al-Kahfi,50: “Patutkah kamu mengambil dia (Iblis) dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain kepada Ku”
Keempat: merupakan dalil yang paling jitu diterangkan dalam al-Quran bahwa Iblis itu bukan Malaikat malainkan dari keturunan Jin. Kita bisa lihat dalam surat al Kahfi 50 : “Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan Jin, maka ia mendurhakai Tuhanya”.
Saudaraku,
Dari ulasan diatas kita bisa mengambil satu istimbath kecil, kalau Iblis telah mambangkang tidak mendengar perintah Allah, enggan untuk sujud karena sombong merasa dirinya paling mulia, paling suci, sehingga menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam sebagai tanda hormat dan panghargaan terhadap makhuk yang diciptakan Allah dari tanah. Salahnya Iblis hanya tidak taat terhadap perintah Allah untuk sujud kepada seorang manusia. Sedangkan Iblis sendiri asalnya ketua seluruh malaikat di langit dan di bumi yang selalu bersujud kepadaNya dan yang paling banyak ilmu dan ibadahnya. Sekarang, di dunia ini banyak anak cucu Adam as yang sudah kena tipu daya dan siasat busuk Iblis, mereka diperintahkan untuk bersujud kepada Allah tetapi mereka enggan dan menolak untuk sujud kepada Nya.
Wallahu’alam
Share:

Hukum Mati (Exsekusi)

(Di dalam artikel ini, terlampir beberapa foto hukum qishash. Saya tidak bisa melampirkan seluruhnya, karena di zaman serba permisif seperti saat ini, foto foto itu bisa dijadikan sebuah dokumen yang meyakinkan atau bisa pula dimangfaatkan musuh musuh islam untuk mempropagandakan bahwa islam agama yang kejam. Yang berminat melihat foto foto hukum kishash di Saudi, silahkan hubungi saya, terima kasih.)


     
DI LUAR dari faham yang ada, kita mengakui bahwa Saudi Arabia satu satunya negara Islam yang masih memegang hukum qishash (exsekusi) dan melaksanakan suatu keputusan yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Kubro (Pengadilan Agung) sesuai dengan ajaran Islam. Memang betul, hukum qishash di Saudi tidak dilaksanakan secara merata, terutama untuk golongan atasan, tapi secara global hukum qishash (exsekusi) telah menjadi ciri khas untuk diterapkan di negara itu secara hukum mengenai suatu perkara atau dalam istilah lainya lazimnya, apa bila semua persyaratan hukum telah dipenuhi, harus dilaksanakan hukum qishash (eksekusi).

Maka, pembunuh, perampok, pemerkosa, penjahat dan terpidana mati lainya yang dianggap telah merusak di muka bumi hukumnya lazim harus di bunuh artinya keputusan hukum itu secara hukum harus dieksekusi. pencuri hukumya lazim harus potong tangannya dan penzina hukumya dirajam. Kata “lazimnya” termasuk katagori yang lazim dipakai dalam keputusan hukum qishash (exsekusi).

Allah berfiman “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negri tempat kediamannya. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar “ Al Maaidah 33.

Allah berfirman “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya At Taurat bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa , mata dengan mata , hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishashnya. Barang siapa yang melepaskan hak qishashnya, maka kelepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang yang zalim” Al Maaidah 45.


Dibawah ini saya akan bawakan cerita nyata sebagai contoh atau ‘itibar agar dapat menjadi renungan bagaimana keputusan hukum qishash (hukum penggal) di Saudi dilaksanakan tanpa kompromi.

Masjid jami’ Imam Turki, yang letaknya tidak berjauhan dengan Mahkamah Kubro, sangat luas dan  berkapasitas 10 ribu orang bisa bersolat jama’ah. Lokasinya di tengah tangah kota Riyadh, sangat indah dan menarik. Didalamnya dihiasi dengan lampu lampu beraneka warna model antik dan digelar dengan tikar permadani / sujadah mewah, empuk dan enak diinjak. Dimuka masjid terdapat halaman terbuka yang berukuran super lebar dan lantainya dihiasi dengan marble putih berukir. Di pojok halaman dihiasi dengan air mancur dan spot light yang beraneka warna sehingga sedap dipandang mata. Tempat ini biasanya digunakan untuk rekreasi atau hiburan. Setiap hari atau malam libur. Tidak sedikit kelompok orang asing berkumpul di tempat itu, mereka banyak duduk-duduk dan ngobrol, menghilangkan sumpek dan kekesalan dari pekerjaan

Halaman masjid itu di namakan “ Saahatul Adl “ atau tempat menghukum orang yang terpidana mati, rajam, potong tangan, atau cambuk (dera).  Semua korban hukum mati dipenggal kepalanya dengan pedang tajam oleh Algojo di tempat itu. Hukum rajam bagi penzina muhshon (penzina yang sudah bersuami atau beristri) yang normalnya sangat langka atau hampir tidak pernah tejadi karna sulitanya mencari 4 saksi – dilempari dengan batu sampai mati. Dan semua korban potong tangan dipotong pergelangan tangan kanannya sampai putus. Begitupula yang dihukum cambuk/dera dan lain lainya. Ini semua dilakukan biasanya pada hari Jumat setelah solat Jumat secara terang-terangan di muka publik.

Semenjak saya hidup di Saudi, tiga kali saya menyaksikan kejadian eksekusi. Ketiga korban hukum mati itu telah melakukan diantaranya; pembunuhan, pemerkosaan dan penyelundupan heroin. Ketiga tiganya dikenai sangsi hukum mati dan semua para korban hukum mati itu kepalanya dipenggal dengan pedang.

Kejadian pertama (karena baru pertama kali menyaksikan) saya menyaksikanya dengan serius dan penuh konsentrasi. Setelah solat Jum’at, saya segra mengambil posisi paling depan, hal ini agar saya bisa melihat dengan jelas cara pemenggalan orang yang dihukum mati. Dimuka lingkaran manusia, tidak sedikit tersebar tentara yang menjaganya dengan ketat. Pada saat itu orang yang akan dipenggal masih berada didalam mobil polisi. Kemudian seorang tentara membacakan keputusan Menteri Dalam Negri yang berisi pengakuan terpidana atas perbuatannya yang keji dan kejam sehingga ia telah diputuskan hukuman mati oleh Mahkamah kubro.

Kemudian terpidana dikeluarkan dari dalam mobil, matanya ditutup, kedua tangannya diborgol dan kedua kakinya diikat dengan rantai yang berukuran hanya cukup untuk melangkah setapak. Dari sebelah kiri dan kanannya dua tentara menuntunnya perlahan-lahan sehingga tiba di tengah lingkaran manusia. Kemudian kedua tentara menyuruhnya agar ia berlutut dan menekan kepalanya agar tunduk ke tanah. Tiba-tiba, seorang Algojo, pencabut nyawa, keluar dari dalam mobil polisi, dan segra mencabut pedangnya yang tajam. Kemudian algojo mengarahkanya kearah leher terpidana yang lagi berlutut dan dengan segera dipenggalnya.  Seketika itu juga terpidana jatuh tersungkur tidak berkutik lagi.

Setelah pemenggalan, sebagian penonton ada yang bertepuk tangan, bahkan ada yang berteriak “yahyal ald “ yang artinya hidup keadilan. Lima menit setelah terpidana terdampar di tanah, seorang doctor datang memeriksa mayat itu untuk menyakinkan bahwa ia sudah tidak bernafas lagi. Kemudian dimasukan kedalam mobil ambulan yang sudah tersedia disana dan langsung dibawa kerumah sakit. Tiga kejadian yang bersamaan itu saya saksikan dengan mata kepala saya untuk saya jadikan ‘itibar begitulah  hukum Allah semestinya dilaksanakan.

Hukum potong tangan saya tidak pernah menyaksikannya, hanya saya mendengar ceritanya dari orang yang pernah menyaksikan. Pencuri yang berturut turut mencuri tiga kali pencurian, digiring di Sahatul Adl untuk dipotong tangan kananya. Sesuai dengan firman Allah “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “ Al Maaidah 38. Pemotongan tangan dilakukan pula oleh seorang algojo dengan mempergunakan pisau tanjam yang bisa memutuskan pergelangan tangan kanannya. Setelah putus, tangannya digantung untuk beberapa saat agar semua yang menyaksikan bisa melihatnya. Adapun orang yang dipotong tangannya, menurut ceritanya, ujung tangannya yang putus direndam dengan minyak panas untuk menghidari bleeding (pendarahan).

Adapun hukum rajam bagi penzina muhshon (yg sudah bersuami istri), ini normalnya sangat langka dilakukan di Saudi atau hampir tidak pernah tejadi karna sulitanya mencari 4 orang saksi. Sedang Rasulallah saw sendiri pun selalu menunda-nunda hukum rajam kecuali pelakunya mengaku berulang-ulang kali dihadapanya yang ia telah melakukan perbuatan itu.

Diriwatkan, seorang perempuan dari Bani Ghamid datang kepada Rasulallah saw dan berkata “Wahai Rasulallah sesungguhnya aku telah berzina, maka sucikanlah aku”. Beliau pun berkata “pulanglah kamu”. Pada hari berikutnya perempuan itu datang lagi kepada Nabi dan berkata “Wahai Rasulallah sucikanlah aku, sesungguhnya aku telah berzina dan aku hamil”. Maka beliau berkata “Pulanglah dan tunggu sampai kamu melahirkan”. Setelah melahirkan, wanita itu datang lagi kepada Rasulallah saw membawa bayinya yang baru lahir dan masih merah seraya berkata “Wahai Rasulallah aku telah melahirkan dan ini anakku , maka sucikanlah aku”. Nabi pun berkata “Pulanglah dan susui anakmu dua tahun”. Setelah anaknya berusia dua tahun dan disapi, wanita itu datang lagi kepada beliau bersama anaknya yang memegang sepotong roti. Perempuan itu berkata “Wahai Rasulallah ini anakku sudah makan roti, maka sucikanlah aku”.

Kemudian Rasulallah saw menyuruh sahabatnya mengambil anaknya dan memerintahkan orang-orang yang berada disekitarnya untuk merajamnya dengan batu. Khalid bin Walid yang menyaksikan kejadian itu mengambil batu besar dan menyambit kepala perempuan itu sampai darahnya muncrat kebajunya. Khalid mengutuk perempuan itu dan kutukannya didengar oleh Rasulallah saw. Lalu beliau berkata kepadanya “ Hati-hati kamu wahai Khalid. Demi diriku yang berada di tanganNya, sesungguhnya perempuan itu telah bertaubat dan jika taubatnya dibagikan kepada tujuh puluh orang dari ahli Madinah maka mereka akan kebagian menerima taubatnnya”.

Itulah hukum rajam pada zaman Rasulallah yang mana beliau selalu menunda-nunda pelaksanaan hukumannya. Begitu pula di sini, boleh dikatakan hampir tidak didapatkan pelaksanaan hukum zina muhshon karna sulitnya mendapatkan para saksi atau sulitnya orang yang mau mengaku atas perbuatan zina yang dilakukanya.

Surat kabar “Al Riaydh “ pernah membawa wawancara seorang algojo paling senior, Ahmad Rizkullah yang menyatakan dirinya sebagai professional Algojo paling senior di Saudi Arabia. Ia mengisahkan sebelum pelaksanaan pemenggalan biasanya mahkamah memberi kesempatan keluarga korban untuk memaafkan orang yang akan dieksekusi. Mereka diminta jika mereka mau memberi maaf atau jika uang denda (blood money) telah diterima sebagai diah. Kadang kadang ini benar-benar terjadi disaat-saat terakhir. Jika gagal, maka Algojo itu siap untuk memenggalnya.

Ketajaman dan kekuatan tubuh pedang merupakan hal yang sangat penting, tentu saja si Algojo harus punya keberanian dan percaya diri. Ahmad Rizkullah, Algojo senior, telah mengeksekusi lebih dari 300 orang. 70 dari mereka perempuan. “Orang-orang beranggapan”, kata Ahmad “perempuan lunak dan lemah. Padahal pada banyak kasus lelaki justru roboh. Ketika mereka dengar bahwa mereka dimaafkan, lelaki banyak yang pingsan, sebagian malah ada yang gila. Bagaimanapun perempuan pada umumnya berhati kuat”. Kita bisa lihat contoh perempuan yang datang kepada Nabi saw untuk minta dieksekusi. Betapa hebat dan kuat hatinya.

Koran Al Riyadh menjelaskan bahwa orang-orang memandang Ahmad, Algojo senior, seolah ia datang dari pelanet lain. Mereka selalu berusaha untuk menghindar berhubungan dengannya”. “Pernah”, kata Ahmad “waktu itu aku berada dalam suatu majlis, seseorang datang duduk dekatku, ketika dia tahu pekerjaanku, dia jadi tidak nyaman dan berbasa-basi untuk menghindar”.  Itulah kisah seorang Alqojo Saudi yang pekerjaannya memenggal kepala orang yang terpidana.

Terakhir, saya mengajak berfikir, seandainya di negara kita dilakasanakan hukum qishash dengan secara jujur dan tidak pandang bulu, maka apa yang akan terjadi?

Walalhu’alam,
Share:

Hujan Lebat Di Kota Suci



HUJAN lebat turun di kota Makkah usai sholat Maghrib. Air pun turun mengerojok dari talang Ka’bah (Mizrab). Sebagian orang yang berdekatan dengan Ka’bah lari menuju air yang turun dari pancuran. Mereka saling bergantian mandi hujan dengan maksud mengambil barakahnya.
talang-kabah
Talang Ka’bah 

Tiba-tiba, seorang petugas masjidil Haram melarang keras dan mengusir mereka yang sedang asyik mandi hujan. Alasannya, yang mereka lakukan katanya, perbuatan bid’ah yang tidak pernah dilakukan Rasulallah saw. Tapi mereka yang sedang mandi hujan tetap ngotot tidak mau begerak. Petungas itu berteriak-teriak mengusir mereka hingga suaranya terdengar di Masjid.

Sayyid Alwi Al-Maliki (ayahnya Dr. Muhammad Al- Maliki), seorang ulama terkenal pada zamannya dan disegani oleh seluruh lapisan masyarakat Makkah, sedang duduk di tengah murid-muridnya di halaqah yang diadakan setiap lepas solat Maghrid di muka ka’bah. Mendengar teriakan petugas, beliau berdiri dan memangilnya, lalu bertanya “Apa alasan kamu melarang mereka mandi hujan dari pancoran Ka’bah?”. Petugas itu menjawab “Itu adalah perbuatan bid’ah tidak pernah dilakukan Nabi saw”. Mendengar jawaban petugas itu, sayyid Alwi Al Maliki segra berkata dengan ramah dan senyum “Perbuatan itu tidak haram dan bukan bid’ah, akan tetapi mereka mencari “barakah”. Bukankah Allah berfirman dalam ayat Nya “Dan kami turunkan dari langit air yang banyak barakahnya” al Qaaf, ayat 9. Kemudian Sayyid Alwi meneruskan lagi, “Bukankah pula Allah berfirman dalam ayat yang lain  “Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah yang di-berkahi” al- Imran, ayat 96. “Maka”, kata sayyid dengan senyum lebar, “Barakah turun di tempat yang barakah, menjadi Barkatain (dua barakah)”.

Jelasnya, mengambil barakah dari benda-benda yang dianggap suci seperti ka’bah, air Zam Zam, atau benda-benda bersejarah lainya dari peninggalan para nabi, para sahabat nabi, orang- orang soleh, merupakan hal yang terpuji, asal saja tidak keluar dari rel- rel syariat yang telah ditetapkan Allah dan Rasul Nya. Adapun yang dimaksud disini bukan berarti kita memuja-muja benda-benda tsb atau memuja-muja benda-benda peninggalan para nabi atau leluhur. Dan pula bukan pula berarti bahwa mereka telah menjelma pada benda-benda trb, namum yang dimaksudkan ialah untuk mengingat jasa perjuangan mereka dan juga untuk mengingatkan ketinggian dan keluhuran martabat mereka di sisi Allah.

Sebagai contoh:, selain air suci Zamzam dan air ruqyah yaitu air yang telah dibacakan di dalamnya ayat ayat suci al-Qu’ran yang membawa rahasia penyembuhan dan keberkahan, juga benda-benda yang dianggap barakah dari peninggalan para nabi, sahabat, tabi’in dan sholihin. Benda-benda tersebut bisa pula membawa rahasia penyembuhan dan keberkahan. 

rambut nabi    rambut nabi
Hal ini pernah dilakukan oleh seorang shohabiyah Ummu Salamah ra yang telah menyimpan beberapa helai rambut Nabi saw untuk dijadikan sebagai keberkahan dan penyembuhan. Rambut Rasulallah saw itu disimpan di dalam sebuah Juljal yang dibuat dari perak (wadah kecil yang dibuat dari perak berbentuk seperti lonceng). Ia selalu mengeluarkan rambut Rasulullah saw tetkala ada orang sakit datang kepadanya. Ummu Salamah memasukkan rambut Nabi saw ke dalam wadah berisi air. Setelah diaduk, air yang berisi rambut Rasulallah saw itu diberikan kepada yang sakit untuk diminum. Ini yang kita dapatkan dalam Hadist Nabi.

Dalam al-Qur’an tercantum kisah tabut (peti) bani Israil yang dijadikan sebagai alamat atau tanda kebenaran kerajan Thaulut. Allah berfirman “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabut (peti) kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan mu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun. Tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman”. al-Baqarah, 248.

Jelasnya, tabut (peti) yang dimaksudkan dalam ayat di atas bukan sembarangan tabut, tapi ia memiliki status yang mulia luar biasa, yaitu sebagai tanda kebenaran kekuasaan Thalut. Kemuliaan tabut (peti) itu, karena ia telah dibawa oleh Malaikat dan terdapat didalamnya ketenangan dan keberkahan bagi Thalut dan tentaranya. Maka mereka pun telah membawanya dalam peperangan mereka melawan musuh mereka Jalut. Allah telah menjanjikan kemenangan dalam peperangan mereka melawan musuh berkat tabut (peti) yang dibawanya.

Allah menerangkan dalam ayat Nya, bahwa tabut (peti) itu telah membawa ketenangan dan ketentraman dari Nya. Adapun isi tabut (peti) itu terdiri dari bekas-bekas peninggalan para Nabi. Yaitu apa yang telah ditinggalkan nabi Musa dan nabi Harun seperti kitab Taurat, tongkat-tongkat, baju baju, dan sandal-sandal nabi Musa dan nabi Harun. Allah telah memuliakan tabut (peti) itu karena terdapat didalamnya peninggalan nabi Musa dan nabi Harun yang disimpan dan dirawat dengan baik dan pernah dibawah oleh Malikat. Dengan seizing Allah dan berkat peti itu Allah telah memberikan kemenangan dalam peperangan Thalut melawan musuh mereka Jalut.

Kisah tabut (peti) yang disebut dalam al-Quran tadi bukan berarti kita membesar-besarkan atau mengingatkan bahwa para Nabi itu menjelma pada benda-benda pusaka trb, akan tetapi Allah memuliakan tabut (peti) itu karena kemuliaan dan ketinggian derajat mereka di sisi Nya. Atau dalam arti yang lain Allah telah mengingatkan pula perjuangan baik mereka bagi masyarakat dan ini merupakan syi’ar agama yang perlu dijaga.

Pendek kata, sebagai balasan tidakan baik nabi Musa dan nabi Harun, peninggalan mereka (peti) dijadikan benda-benda yang sangat mulia untuk mereka bawa sebagai ketenangan dan keberkahan agar mendapat kemenangan dalam peperangan mereka melawan musuh mereka Jalut.

stempel / cincin nabi 
Contoh lainnya:, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam besar Bukhari dari ibu Umar ra bahwa Rasulallah saw pernah memiliki sebuah cicin perak yang dikenakan di tangan kanan beliau. Pada cicin itu tertulis kalimat “Muhammad Rasulallah”.  Setelah beliau wafat, Sayyidina Abubakar Siddik ra mengambil cicin itu dan dikenakan di tangan kanan beliau sebagaimana Rasulallah mengenakannya. Kemudian  setelah Abubakar ra wafat, cincin itu berpindah ke tangan Sayyidina Umar bin Khatab. Beliau memakai pula cicin itu sebagaimana Rasulallah saw dan Abubakar memakainya hingga beliau mati syahid dibunuh oleh Abu Lulu Almajusi. Setelah itu cicin yang pernah dikenakan Rasulallah saw berpindah ke tangan Ustman bin Afaan ra. Telah diriwayatkan bahwa cicin itu berada ditangan Ustman ra cukup lama sehingga jatuh ke dalam sumur Aris.

Shahih Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab Libas bab Khatim Fidhah (cicin perak), al-Hafidh ibnu Hajar berkata sebagaimana diriwayatkan al-Nasai “sesungguhnya cicin Rasulallah itu berada ditangan Ustman bin Affan selama enam tahun”. Adapun “sumur Aris” terletak di sebuah kebun yang berdekatan dengan masjid Quba’. Kemudian sumur itu dikenal di kalaman penduduk Madinah dan dijuluki “Bi’rul Khatim” (Sumur Cincin), yang dimaksud di sini cicinnya Rasulallah saw yang jatuh ke dalam sumur trb. Sayyidina ustman telah berusaha sekuat tenaga untuk mencari cicin Nabi saw yang jatuh  ke dalam sumur akan tetapi usaha beliau sia sia belaka.

Sekarang, kenapa perhatian para sahabat Rasulallah begitu besar terhadap cicin trb. Apakah tidak ada lagi cicin yang lebih bagus dari cicin Nabi saw. Atau cicin itu mempunyai nilai harga yang mahal jika dijual. Tentu pada saat itu tidak sedikit terdapat cicin yang lebih bagus, lebih indah dan lebih mahal nilainya dari cicin Rasulallah saw. Akan tetapi apa yang membuat perhatian sahabat begitu besar terhadap cicin Rasulallah saw. Karena cicin itu pernah dikenakan di tangan kanan Rasulallah saw. Itu merupakan peninggalan sangat berharga dan benda bersejarah yang tidak bisa dilupakan oleh para sahabat Nabi saw. Cicin itu tidak mempunyai arti atau kelebihan sedikit pun jika tidak dikenakan atau diletakan di tangan kanan Rasulallah saw.
 pedang dan busur panah nabi  erban-burdah-dan-tongkat-rasulallah-saw  pedang nabi
Belum habis, tunggu dulu. Ada lagi kisah tentang Harbah atau yang disebut dalam bahasa kita “tombak” yang diriwayatkan oleh Imam besar Bukhari. Sahabat Nabi, Zubair ra, telah membunuh U’baidah bin said bin Al-a’sh pada peperangan Badr dengan Harbah (tombak) yang disodoknan ke matanya. Mendengar berita itu, Rasulallah saw meminta kepada sahabat beliau, Zubair, tombak trb. Permintaan Nabi saw tidak bisa ditolak olehnya. Dengan senang hati ia menyerahkannya kepada baginda Rasulallah saw. Setelah Rasulallah saw wafat, Zubair datang kepada keluarga beliau minta untuk mengembalikan tombaknya. Kemudian Sayidina Abubakar Siddik ra datang kepada Zubair memohon kepadanya agar tombak yang pernah dipegang Rasulallah saw diberikan kepadanya. Dengan senang hati pula, ia serahkan kepada Abubakar. Setelah wafatnya Abubakar, Zubair mengambil kembali tombak itu.

Selanjutnya, Sayidina Umar bin Khattab datang meminta kepada Zubair tombak yang pernah dipegang Rasulallah dan Abubakar ra. Permintaan beliau tidak bisa ditolak dan diserahkannya kepada beliau. Tombak itu berada di tangan Umar ra sampai beliau mati syahid dibunuh. Kemudian Ustman bin Affan ra datang meminta kepadanya tombak yang pernah dipegan Nabi dan para sahabat yang mulia. Tanpa ragu-ragu, ia menyerahkannya pula kepada Ustman. Tombak itu berada di tangan beliau hingga beliau dibunuh. Kemudian berpindah setelah itu ke tangan Sayyidina Ali bin abi Thlaib ra. Mendengar berita itu, Zubair datang kepada beliau minta dikembalikan tombaknya. Sayyidina Ali langsung menyerahkan kepadanya. Tombak yang sudah berkali-kali pindah tangan kembali kepada pemilik asalnya, Zubair, hangga ia mati terbunuh dalam salah satu peperangan.

Sekarang, kenapa perhatian para sahabat begitu besar teradap tombak trb? Apakah tidak ada lagi tombak pada saat itu selain tombaknya Zubair? Kenapa perhatian mereka sedemikan besar terhadap benda itu, sedangkan banyak benda yang lebih bagus, lebih antik dan lebih kuat dari pada tombaknya Zubair. Perhatian para sahabat Nabi begitu besar terhadap tombak trb, karena benda itu pernah dipegang oleh jungjungan Nabi Muhammad saw dan dibawanya dalam peperangan beliau melawan musuh. Kemuliaan dan keberkahan tombaknya Zubair bukan karena tombaknya akan tetapi karena kemulian dan keberkahan pemegang tombak itu, yaitu baginda Rasulallah saw.
 Sandal Nabi   tapak kaki Rasul
Ada lagi kisah tentang sandal Nabi saw yang telah menjadi perhatian para ilmiawan untuk dipelajari secara seksama dan teliti. Sandal itu telah menjadi bahan perhatian besar untuk dipelajari, baik dari segi sifat-sifatnya, atau dari segi bentuk, model dan warnanya. Mereka menulis hasil penelitian mereka secara rinci di dalam buku-buku mereka. Perhatian mereka begitu besar terhadap sandal Nabi saw disini dimaksudkan bukan sandalnya, akan tetapi pemiliki sandal itu yaitu Rasulallah saw.

Singkatnya, disini kita bukan memuja-muja benda-benda bersejarah atau barang peninggalan para nabi atau leluhur. Kita bukan pula untuk mengingatkan bahwa mereka telah menjelma pada benda benda trb, namum yang dimaksud disini ialah untuk mengingat jasa perjuangan mereka, dan juga untuk mengingatkan ketinggian dan keluhuran martabat mereka di sisi Allah.

Terakhir, bukankah yang kita lakukan untuk menghargai benda-benda bersejarah dan benda-benda peninggalan para Nabi, sahabatnya, dan orang orang soleh merupakan kelanjutan dalam meninggikan dan memuliakan syi’ar Islam?.

Wallahu’alam
Share:

Gua Ashhabul Kahfi

goa-ashabul-kahfi-dr-dalam
gua ashhabul kahfi dari dalam

SIAPA gerangan yang tidak tahu kisah Ashabul Kahfi? Kisah ini sangat terkenal baik bagi penganut agama Islam atau Kristen. Ashabul Kahfi dalam Islam yaitu kisah yang menceritakan 7 pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Mereka melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus.
Lokasi Gua : Banyak terjadi perselisihan faham tentang lokasi gua. Ada yang mengatakan berada di Suriah, ada pula yang mengatakan di Turkia, akan tetapi banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Info terakhir yang didapatkan bahwa Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashhabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Gua Ahlul Kahfi” dan Ma’had Da’wah dan Dai’.
Nama nama Ashhabul Kahfi: Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun anjingnya bernama Kithmir.
Sebab turun kisah ini dalam Al-Quran: Kisah dimulai dari seorang kafir datang kepada seorang Yahudi di Madinah. Dia memceritakan kepadanya bahwa Muhammad mengaku dirinya sebagai Nabi dan dia meminta nasehat kepadanya bagaimana caranya untuk membantahnya. Yahudi tadi berkata “Tanya kepada Muhammad tentang kisah Ashhabul Kahfi, jika dia mengetahunya maka ia benar sebagai Nabi”. Lalu orang kafir tadi bertanya kapada Rasulallah saw tantang kisah tersebut. Mereka menyangka beliau tidak mengetahuinya sehingga mereka bisa mengalahkan dan membantah beliau. Tapi apa yang terjadi. Allah perintahkan Jibril as agar segera turun dari langit menceritakan kepada Rasulallah saw kisah trb sebagaiman tertera dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Kahfi.
Satu alasan mengapa Rasulullah saw menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir, untuk memerangi gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia.
Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah saw untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini. Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulqarnain agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10) سورة الكهف 9-10
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu, mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (Al Kahfi: 9-10).
Kedua ayat ini menyinggung keadaan para pemuda yang luar biasa itu. Dari cerita tersebut, kita melihat pengalaman mereka sebagai sesuatu yang gaib atau di luar jangkauan akal manusia. Seluruh kehidupan mereka penuh dengan kejadian yang menakjubkan. Keadaan ini merupakan pokok permasalahan hadits Nabi saw yang menghubungkan antara tanda-tanda kebesaran Allah dan keimanan mausia kepada Hari Akhir.
Ayat kesepuluh menjelaskan kepada kita bahwa para pemuda tersebut mencari tempat perlindungan di gua dari pemerintahan zalim yang tengah berkuasa. Pemerintahan tersebut menyebabkan mereka tidak mungkin mengungkapkan pandangan mereka, menjelaskan kebenaran, keimanan dan ketauhidan kepada Allah dan menyerukan agama Allah. Oleh karena itu, mereka menjauhkan diri mereka dari masyarakat, mereka mengungsi ke sana sambil memohon rahmat dan bantuan Allah. Mereka juga berupaya memperbaiki dan mengembangkan diri mereka sendiri. Begitu pula kaum Muslimin di hari akhir yang berada di bawah rezim yang menindas akan menyembunyikan diri dan berharap kepada Allah untuk memberikan rahmat-Nya atas mereka, dan juga memudahkan kehidupan dan perjuangan mereka atas gerakan-gerakan anti-agama.

فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا (11) ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12) سورة الكهف 11-12
“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu) (Al Kahfi: 11-12)
Alasan ditidurkannya Ashabul Kahfi adalah penyerahan diri terhadap takdir dan kedamaian, karena Allah, Yang telah menciptakan alam semesta tanpa sia-sia, mengatur segala sesuatu demi kemaslahatan umat Islam.
Di masa kini, sebagian umat Islam telah mengambil pendirian yang sama secara spiritual. Dengan cara ini, mereka tidak dikelabui oleh paham materialis yang berupaya menjauhkan masyarakat dari iman mereka, dan juga tidak terpengaruh oleh kekerasan yang diarahkan oleh paham-paham ini. Oleh karena itu, mereka dapat terus hidup menurut Al Qur’an tanpa dipengaruhi oleh kehancuran akhlak, kekejaman, dan kekacauan yang ada di sekitarnya.

هَؤُلاء قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِم بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (15) سورة الكهف 15
“Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)
Seperti yang dinyatakan oleh ayat ini, kelompok ini (Ashhabul Kahfi) mendawai orang-orang musyrik agar kembali ke agama yang benar, mengajak mereka menuju agama Allah, meminta mereka agar berhenti mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan meminta mereka mengajukan bukti-bukti atas penolakan mereka tersebut. Ketika mereka tidak dapat melakukan ini, Ashabul Kahfi menyatakan bahwa orang-orang musyrik dari masyarakat mereka sebagai para pembohong dan pemfitnah.
Sekarang ini, kaum Muslimin juga menuntut pembuktian dari mereka yang menyembah selain Allah. Sekarang ini ada kepercayaan yang mendewakan manusia dan materi

وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحْمَتِه ويُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا (16) سورة الكهف 16
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu (Al Kahfi: 16).
Karena penindasan orang-orang musyrik, Ashabul Kahfi merasakan perlunya pemisahan secara menyeluruh. Oleh karena itu, mereka memutuskan seluruh hubungan dengan orang-orang musyrik dengan mengungsi ke gua. Selama masa itu, rahmat Allah turun kepada mereka dan Dia memudahkan segala sesuatu bagi mereka. Hal yang paling penting dari pertolongan dan dukungan-Nya adalah menghindarkan mereka dari pengaruh buruk orang-orang tak beriman.
Wallahua’lam
Share:

Ucapan

Ucapan, perbuatan, sikap kasar dan emosional yang kita lakukan kepada pasangan, bisa membentuk endapan di dasar hati. Seperti permukaan danau yang tenang, menjadi bergolak ketika dilempari batu. Sesaat saja bergolak, setelah itu kembali tenang. Namun tenang yang kedua berbeda dengan ketenangan pertama. Karena sudah ada endapan batu di dasar danau, yang semula tidak ada.
Suami yang berlaku kasar kepada isteri, atau isteri yang berlaku kasar kepada suami, sama dengan melemparkan batu ke dasar hatinya. Mungkin sesaat isteri tampak sedih dan menangis atas petbuatan kasar suami, setelah itu kembali tenang. Namun kondisinya berbeda, karena sudah ada batu yang mengendap di dasar hatinya. Semakin sering berlaku kasar, semakin banyak pula batu yang mengendap di dasar hati pasangan kita.
Endapan batu ini harus diambil sampai bersih, agar tidak menjadi ganjalan seumur hidupnya.
Subhanallah...
Semoga yang mengucapkan Aamiin & yang Membagikan mendapat pasangan yang setia, sholeh/sholehah dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, serta kelak dimasukkan ke dalam surga yang terindah. Aamiin
Share:

Hati Yang Perih Terluka



Luka itu terasa teriris perih menyayat hati. Sosoknya perempuan yang sederhana, selalu tersenyum namun rapuh. Sekian tahun lalu dirinya berpisah dengan suaminya, tidak pernah dia membayangkan pernikahan itu hancur begitu saja tanpa disadari. Suami terpikat dengan perempuan lain. Disaat dirinya tersadar, semua terlambat, palu telah diketuk dan dia menjalani hari-harinya dengan luka perih dihati, hanya putri yang masih kecil ikut bersamanya. Harta, rumah, deposito bahkan mobil dibawa oleh sang suami. Derita itu seolah tak ujung, dengan bercucuran air mata dalam kesendirian harus menjaga putrinya yang tengah terbaring lemah di rumah sakit dan ketika putrinya bertanya, 'Ma, ayah mana? Kok nggak nengok putri?' Kata-kata yang keluar dari bibir mungil tak mampu dijawabnya, hanya isak tangis yang terdengar. Setelah sepekan menunggu di Rumah Sakit, dirinya menyaksikan bagaimana putri yang dicintainya menghembuskan napas terakhir. Didekap dalam pelukan. Tak kuasa untuk bisa menahan derita bagaimana harus menjalani hidup.
Sejak itu, dia selalu mengurung diri dalam kamar. Tak peduli siang, malam. Hari terus berlalu, yang ada hanyalah mengusap air mata dalam kesendirian, diam membisu dalam doa. 'Ya Allah, dimanakah Engkau? Kenapa Engkau timpakan ini semua kepadaku?' Dua bulan berlalu begitu cepat, wajahnya terlihat lebih kurus, tanpa makan dan hanya sedikit minum. Mukena yang dipakainya sudah terlihat usang. Bibirnya mengering sudah tidak lagi teringat berapa kali istighfar diucapkan. Memohon ampun kepada Allah. Ditengah kondisi tubuhnya melemah, seorang ibu datang menyuapi dirinya dengan bubur ayam. Kata-katanya begitu menguatkan hati, tidak mampu berkata apa-apa, hanya terisak tangis pilu. Pada saat itulah dirinya belajar untuk menerima realitas hidup. Kedatangan dirinya bersama seorang sahabat ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh dengan berharap Allah menyembuhkan luka dihatinya.
Dirasakan di dalam hatinya terasa ada kehangatan yang mengalir, memberikan kesejukan dan ketenteraman. Dia tahu, bahwa dirinya tidak sendiri, banyak perempuan yang mengalami seperti dirinya. Dia merasakan luka itu perlahan-lahan sembuh. Berulang kali mengucapkan syukur alhamdulillah, seolah dia mengerti maksud Allah, menjadi lebih mengerti kasih sayang Allah kepada dirinya. Yang manis mampu membuatnya tersenyum, kepahitan tidak lagi mampu membuat hatinya terluka. Dirinya tidak lagi terjebak pada masa lalu dan tidak menyesali apa yang telah terjadi. 'Saya yakin Allah, memberikan yang terbaik bagi setiap hambaNya.' tuturnya hari itu di Rumah Amalia. Wajahnya berbinar penuh senyuman. Kebahagiaan itu hadir di dalam hatinya dalam keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
'Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang dia orang yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.' (QS. Luqman : 22).
Wassalam,
Share:

Wednesday, 12 August 2015

Do’a Minta Jadi Miskin


orang miskin

TIDAK ada orang mau miskin. Semua mau kaya, mau rizkinya makmur, mau hidupnya mewah, mau urusan duniawinya dimudahkan. Tidak ada yang mau miskin, kekurangan, apalagi melarat. Semua mau hidup senang di dunia, mewah dan berlebihan tanpa memikirkan apa yang menimpa terhadap dirinya dari kekayaan yang diberikan kepadanya. Bahkan sebagian dari mereka berusaha agar bisa kaya dengan cara apapun. Dengan cara halal atau dengan cara haram. Semua cara dilakukan, yang penting bisa kaya dan berhasil.

Banyak sekali do’a-do’a yang diajarkan Nabi kita Muahammad saw agar bisa kaya, banyak rizki dan hidup senang. Ajaran Rasulallah saw untuk berdo’a dengan do’a-do’a tersebut tidak sedikit didapatkan dalam hadist. Ayat-ayat al Quran yang turun kepada beliau pun banyak mengajak agar hidup senang, makmur dan bahagia di dunia dahulu baru setelah itu di akhirat. Allah berfirman: “ Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa nereka“.

Abu Abdullah Muhammad al Qurtubi dalam tafsirnya menulis bahwa  kebaikan di dunia sangat luas mencakup diantaranya: kesehatan, istri yang soleh, anak dan keturunan, ilmu, ibadah dan pula harta benda dan kekayaan. Ini semua termasuk dalam katagori kenikmatan duniawiah. Di lain ayat Allah berfirman  “dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi”. Alqashash 77

Untuk mencari kebaikan dan kebajikan dalam hal yang berurusan dengan dunia dan akhirat, kita dianjurkan agar bersaing yang bisa mendorong untuk mencari keunggulan. “maka berlomba lombalah berbuat kebajikan” al Maaidah 48. Kalau itu yang diajarkan untuk mecari kebaikan agar bersaing, maka tidak bedanya dengan mencari harta benda dan kekayaan pula harus bersaing

Dalam bersaing untuk mencari kebaikan apapun termasuk mencari nafkah, agama menganjurkan untuk gigih, tekun dan dan ulet seolah olah kita hidup di dunia langgeng tidak bakal mati. Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Berjuanglah kamu di dunia seolah olah kamu bakal hidup selama lamanya dan beribadatlah kamu kepada Allah seolah olah kamu akan mati besok”.  

Di samping do’a-do’a yang diajarkan untuk rizki makmur, ada pula do’a-do’a yang tak poluler di zaman ini yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan  “Ya Allah, hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku kelak di Padang Mahsyar ke dalam kelompok kaum miskin”. Doa ini jarang sekali dibaca tapi memang itu kenyataan doa yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan.

Suatu ketika Rasulallah pernah ditanya tentang surga dan ahlinya, beliau menjelaskan bahwa penghuni yang paling banyak di surga adalah orang miskin. Yang dimaksud disini bukan semua orang miskin masuk surga. Akan tetapi kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin yang sabar, soleh, taat ke pada Allah dan banyak beribadah. 

Miskin. Siapa suka miskin? Semua lari dari kemiskinan dan takut miskin. Ini kenyataan hidup sekarang ini. Tidak ada orang ingin hidup miskin. Boro-boro ingin jadi miskin, bermimpi jadi orang miskin atau bertemu dengan kemiskinan atau kesusahan sama sekali tidak diharapkan.

Tapi kalau kita teliti dengan seksama memang itulah kenyataan sebagian falsafah hidup yang diajarkan Rasulallah saw kepada kita. Dan Beliau sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin. Ketika beliau wafat, tak ada harta yang diwariskan untuk keluarganya. Begitu pula para sahabat nabi mayoritasnya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Hidup berlebihan atau kaya sangat jarang kita dapatkan dalam kisah kehidupan para sahabat Rasulallah. Ada diantara mereka yang kaya seperti misalnya Ustman bin Affan dan Abdurahman bin Auf, tapi mereka pun berusaha menginfakan dan rela mengeluarkan hartanya ke jalan Allah agar jadi miskin.

Imam besar Ali ra hidup miskin dan serba kekurangan. Bahkan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasullah beliau tidak mampu mengambil seorang pembantu. Ketika istrinya, Fatimah, datang kepada Ayahnya minta kepada beliau seorang pembantu. Rasulallah pun berkata “Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik baiknya wanita adalah yang bermangfaat bagi keluarganya”

Contoh lainnya, pernah satu ketika Rasulallah saw datang melancong ke rumah anaknya, Fatimah. Ketika beliau melihat anaknya mengenakan giwang dan rantai terbuat dari perak, begitu pula beliau melihat selot pintu rumahnya terbuat dari bahan sejenis perak, Rasulallah segera keluar dari rumahnya dan kelihatan tanda tanda kemarahan di wajah beliau. Beliau naik ke atas mimbar. Fatimah pun mengetahui maksud kemarahan ayahnya. Maka dicopotilah giwang, rantai dan selot pintu yang terbuat dari perak dan segera diserahkannya kepada Nabi di atas mimbar seraya berkata “Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya abati”. Rasulallah sangat terharu dan bergembira atas tindakan putrinya yang sangat diciantainya. Beliau pun berkata “Sungguh kamu telah melakukanya wahai anakku. Ketahuilah bahwa dunia itu bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak ada satu orang kafir diberi minum setetes pun”     

Demikianlah contoh yang kita dapatkan dari pemimpin besar umat, Rasulallah saw dan Imam besar, Ali bin Abi Thalib yang sepanjang hidupnya selalu dalam kekurangan dan kemiskinan. Akan tetapi di lain pihak Imam Ali pun pernah menegaskan “kemungkinan kemiskinan itu bisa membawa kekufuran”.Begitu pula beliau pernah berkata: “seandainya kemiskinan itu menjelma berbentuk manusia maka saya akan bunuh”.

Assayyid Sabiq dalam fiqih sunnah mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan miskin adalah mereka yang mendapatkan problem kehidupan akibat kesulitan ekonomi. Adapun arti miskin menurut pandanganya adalah mereka yang berpenghasilan kurang dan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari hari.

Ketika salah seorang kepala suku badwi dari gunung diundang raja Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, dia sadar bahwa masyarakatnya di gurun sahara miskin. Menyaksikan kota Riyadh yang serba indah, mobil berseliweran di atas jalan beraspal, gedung tinggi, hotel tempat dia menginap terang menderang dengan cahaya lampu yang beraneka warna, beralas tikar permadani empuk, full ac, dan mengasyikan. Dia lalu bertanya kepada dirinya, mengapa ini semua tak ada di desanya? Kalo begitu masyarakat badwi miskin!

Begitulah hidup di ibu kota yang masyarakatnya selalu berlomba merebut peluang. Siapa yang paling banyak memperoleh kesempatan dan dapat mengelola dengan baik, merekalah yang menguasai, jadi kaya. Dan yang kalah bersaing tak kebagian apa pun, jatuh miskin.

Lalu, mengapa Rasulallah saw mengajarkan doa jadi miskin? Yang dimasud disini beliau bukan mengajarkan umatnya jadi miskin akan tetapi beliau mengajarkan keserhanaan, kehidupan bersama, toleransi, ke-tidakegois-an dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, sehingga tidak menimbulkan kedengkian, kebencian antara sesama. Itulah yang diajarkan Rasulallah saw.

Orang kaya yang hanya memikirkan diri sediri, serakah, tamak, dan kikir, orang semacam ini dikatagorikan orang kaya tapi berjiwa miskin. Sebaliknya orang miskin yang menerima nasib, bersabar, tabah dengan segala musibah yang menimpah dirinya, dan ridho serta bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah, ia adalah orang miskin yang berjiwa kaya. 

Orang-orang badwi yang hidup di gurun sahara, terutama yang hidup di kemah kemah yang tak pernah menikmati listrik, tak ada tv atau radio, sanggup berjalan kaki memikul beban naik turun gunung dengan untanya , mereka miskin tapi tak terasa miskin. Karena kehidupan bersama yang mereka jalani, senasib dan sederajat, tak menimbulkan kedengkian antara mereka, ini yang membuat mereka senang, bahagia menikmati kehidupan yang serba kekurangan.

Berapa banyak orang miskin di seluruh pelosok negeri, baik di sahara, di lereng lereng gunung, maupun di desa desa mereka ini mungkin siang malam bersandar dan bertawakal kepada Allah, bahkan boleh jadi kedudukan mereka lebih tinggi disini Allah dibandingkan dengan orang kaya yang hidupnya digenangi serba kemegahan akan tetapi sehari harinya lebih banyak memuaskan diri sendiri ketimbang memikirkan orang lain dan melupakan perintah Allah, sampai sekarang mereka belum pernah merasakan nikmatnya jamuan harta yang diberikan Allah kepadanya.

Demi Allah, sekali lagi saya katakan demi Allah, harta dan kekayaan adalah milik Allah. Allah lah yang memberi orang menjadi miskin dan Allah pula yang membuat orang jadi kaya. Jika Allah menginginkan si kaya menjadi miskin, dengan sekejap mata saja orang itu mejadi miskin. Jika Allah berkehendak si miskin menjadi kaya, dengan sekejap mata orang miskin itu menjadi kaya. “Katakanlah: Ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engaku cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatau. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tampa batas “ al-Quran

Itulah istilah kehidupan kita sehari hari, dunia ini ibarat roda yang berputar. Sebentar berada diatas dan sebentar lagi berada di wabah. Di saat berada di atas, jangan sekali kali merasa bangga tapi harus menengok kepada yang di bawah agar bisa mengimbangi jarak dengan yang dibawah. Dan bagi yang di bawah jangan tinggal diam atau putus asa. Sebab, itulah satu-satunya modal agar yang di bawah dapat berputar kembali, sementara yang di atas tidak rakus, tidak tamak, tidak sombong dan tidak serakah. Itulah yang di ajarkan agama kita agar kehidupan bersama atara si kaya dan si mikin bisa terjalin dengan baik sehingga jarak antara mereka tidak terpaut jauh.

Dalam hal ini, doa yang diajarkan Nabi patut dijadikan bahan renungan. Bahwa doa minta jadi miskin bukan berarti minta serba kekurangan. Akan tetapi yang dimaksud disini minta jadi miskin adalah minta kepada Allah agar memiliki sikap hidup yang selalu memberi perhatian kepada yang miskin, yang lemah dan yang dibawah. Biarpun kita jadi kaya dan memiliki harta berlimpah-limpah, semua itu tak berarti sedikit pun jika tak memiliki sifat perhatian untuk mengangkat yang di bawah dan menolong yang miskin.

Nah, kalau begitu, bacalah doa untuk jadi miskin seperti yang diajarkan Nabi agar tetap memiliki rasa kesederhanaan dan tak rakus yang bisa menimbulkan iri dan dengki terhadap kelompok miskin. 

Wallahua’lam
Share:

Dari Dhafar ke Hadramut



Nabi Hud as, dari Dhafar ke Hadramut
A’ad adalah nama suku bangsa Arab yang hidup di perkampungan Al-Ahqaf, terletak antara Hadramaut (Yaman) dan Dhafar (Umman). A’ad termasuk suku bangsa tertua sesudah kaum Nabi Nuh as yang terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh yang besar dan perkasa. Mereka dikurniai Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru. Penghidupan mereka dari bercocok tanam. Hidup mereka sangat makmur, sejahtera, dan bahagia “Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur”, sehingga mereka berkembang biak menjadi bangsa terbesar diantara bangsa bangsa yang hidup di sekitarnya.
Kaum Aad tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta alam semesta. Mereka menyembah berhala berhala yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Sebagai akibat dari kelakuan mereka timbul kemungkaran, kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah, yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya.
Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud dari golongan mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh, terkenal sejak kecil dengan kelakuannya yang baik, budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dan bermasyarakat.  Allah telah memberi tugas kepada Nabi Hud untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah. Beliau hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mereka tetap menutup telinga dan mata maka mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan sebagaimana terjadinya atas kaum kaum sebelumnya seperti kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah.
Ajakan dan da’wah Nabi Hud as ditolaknya dengan berbagai alasan dan ejekan serta hinaan yang diterimanya dengan penuh kesabaran.  Setelah itu datanglah masa pembalasan dari Allah terhadap kaum Aad yang kafir dan membangkang. Allah telah turunkan siksaan dan azab dalam dua tahap.
Tahap pertama berupa kelaparan dan kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan karena mereka tidak lagi memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu peringatan pertama dari Allah agar mereka sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Akan tetapi mereka tetap membangkang dan berpaling kepada ajaran dan da’wah nabi Hud as. Mereka bahkan pergi memohon kepada berhala-berhala mereka meminta perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Kemudian turun siksaan dan azab yang kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal. Mereka menyambutnya dengan gembira karena mereka sangka akan turun hujan lebat yang akan membasahi ladang ladang mereka dan menyirami kebun kebun mereka. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud: “Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan” Dengan sekejap mata datanglah apa yang telah diramalkan Nabi Hud bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh dan halilintar. Bencana angin taufan itu berlangsung selama tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak dan menghabiskan mereka dengan keadaan yang menyedihkan.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya.Beliau meninggalkan perkampungan Dhafar (Umman) setelah cuaca kembali tenang menjuju ke Hadramut, di sana beliau tinggal  dan menghabiskan sisa hidupnya sampai beliau wafat dan dimakamkan. Makam beliau terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dan selalu dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari seluruh penjuru negeri, terutama pada bulan Sya’ban.
Wallahu’alam// Hasan Husen Assagaf
Terlampir kisah ziarah kubra’ Nabi Hud as yang dipimpin oleh Hb Umar bin Hafidh di Hadramut
Ziarah Agung Nabi Hud a.s.
Nabi Hud a.s. adalah termasuk Rasul pertama kali yang telah Allah utus ke Bangsa Arab, yaitu kepada Kaum ‘Ad pada masa 2000 tahun sebelum Masehi. Kaum ‘Ad adalah kaum yang dianugerahi kekuatan yang berbeda dengan kaum-kaum selainnya. Bahkan lebih jauh dari pada itu, mereka adalah termasuk salah satu kaum yang mempunyai peradaban maju di bidang pertanian dan arsitektur, mereka membangun pemukiman dengan memahat bukit-bukit batu dan mendesainnya dengan arsitektur yang Indah. Mereka juga termasuk Ummat yang pertama kali menyembah Berhala setelah masa terjadinya Banjir Dahsyat pada masa Nabi Nuh a.s., akan tetapi kaum ini telah Allah ‘azab dengan mengirimkan Mendung dan angin yang menyiksa mereka selama 8 hari 7 malam, sehingga tak tersisa seorangpun dari Kaum ‘Ad melainkan sirnah. Hal ini dikarenakan pengingkaran dan pembangkangan mereka kepada ajakan Nabi Hud a.s. untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala yang telah dibuat oleh nenek moyang mereka.
Nabi Hud a.s. tinggal di sebuah Lembah antara Yaman dan Oman, beliau wafat dan dimakamkan di tempat tersebut, tepatnya adalah Syi’b Hud yaitu Lembah kecil yang dinisbatkan kepada beliau.
Perihal Ziarah Nabi Hud a.s. sebagaimana disebutkan Oleh Ibnu Hisyam bahwasannya Nabi Sulaiman a.s. bahkan Dzul Qarnain pernah menziarahi beliau. Bahkan di area pemakaman Nabi Hud a.s. terdapat sebuah papan informasi yang bertuliskan bahwa kegiatan Ziarah Nabi Hud a.s. telah ada sejak 4000 tahun silam, dan kegiatan Ziarah dilakukan sepanjang hari dalam satu tahun. Akan tetapi pada zaman dahulu puncak ziarah terjadi pada Musim Panen Kurma, di mana pada masa Jahiliyah ada sebuah pasar yang terkenal di Kompleks Pemakaman Nabi Hud a.s. tepatnya di Lembah Adam. Setiap musim panen kurma tiba mereka menuju pasar tersebut untuk berniaga sekaligus berziarah ke Nabi Hud a.s.
Ziarah Umum ini berlangsung setiap masa panen Kurma, hingga akhirnya pada abad ke 10 Hijriyah Syeikh Abu Bakar Bin Salim membuat tradisi baru Ziarah Agung pada bulan Sya’ban dan inilah yang berlangsung sampai sekarang.
Al-Hamdulillah pada hari Kamis 10 Sya’ban 1436 H/29 Mei 2015 saya dan ratusan Pelajar Indonesia yang belajar di Yaman mendapat kesempatan untuk berziarah ke Makam Nabi Hud a.s. yang jaraknya hanya 1,5 jam dari Kota Tarim dengan mengendarai Mobil Pribadi atau Sewaan.
Kami berangkat sekitar jam 4 pagi dari Kota Tarim, kemudian tepat pada jam 4.30 kami melaksanakan Sholat Shubuh berjama’ah di Kota ‘Inat. Selepas Sholat Shubuh kami lanjut berziarah ke Makam Syeikh Abu Bakar Bin Salim yang berada di area tersebut.
Kemudian kami lanjutkan perjalanan menuju Lembah Hud. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan Jalanan yang membelah Padang Pasir dengan Bukit-Bukit Batu berdiri teguh memandang kami sepanjang jalan. Tepat pada jam 6 pagi kami dan Rombongan tiba di Area Pemakaman Nabi Hud a.s., sembari menunggu kedatangan Rombongan Ziarah yang dipimpin oleh Habib Umar Bin Hafidz yang merupakan salah satu Cucu dan Penerus Syeikh Abu Bakar Bin Salim, kami sempatkan berkeliling sebentar di area makam sembari sarapan dengan sepotong roti dan segelas Juz Mangga.
Di kompleks Makam Nabi Hud a.s. terdapat pasar yang menyediakan makanan dan cindra mata Khas Hadramaut. Hal ini mengingatkan kami pada Kompleks Pemakaman Wali Songo yang ada di Pulau Jawa, hanya saja di sini tidak ditemukan seorang pengemispun begitu juga wanita. Bedahalnya dengan Kompleks Pemakaman & Tempat Ziarah Para Wali yang ada di Indonesia selalu dipenuhi oleh Pengemis dan sesak oleh Peziarah laki-laki dan wanita.
Sebelum sampai pada area makam Nabi Hud a.s. saya sempat berbincang dengan seorang warga Tarim yang turut hadir dalam acara Ziarah tersebut, yaitu Ahmad Al-Aydrus. Beliau menuturkan bahwasannya : “1/3 dari Peziarah pada umumnya adalah orang Indonesia, hanya saja karena ada evakuasi jadi pada kesempatan kali ini para Peziarah Indonesia yang mayoritasnya adalah pelajar tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, uniknya Perumahan yang ada di Area Pemakaman Nabi Hu a.s. ini tidak berpenghuni melainkan menjelang Masa Ziarah Agung saja. Termasuk di sini tak ada seorang wanitapun yang akan engkau temui”, pungkas beliau.
Setelah sarapan pagi kami diarahkan oleh Pimpinan Ziarah dari Rombongan kami menuju Sungai Al-Hafif, sebuah sungai yang terletak di Lembah Hud. Di situ kami lihat banyak peziarah yang berenang, dari yang dewasa hingg anak-anak. Akan tetapi pada waktu kami hanya diperkenankan Wudhu’ saja karena waktu kedatangan Habib Umar Bin Hafidz sudah dekat.
Selepas berwudhu’ di Sungai Al-Hafif, kami menuju ke tempat Sholat yang letaknya pas berada di pinggir sungai tersebut untuk melaksanakan Sholat Dhuha. Tak lama berselang setelah melaksanakan Sholat Dhuha dan Dzikir yang ringan, tiba-tiba kami mendengar lantunan Qosidah dalam sebuah arak-arakan di bawah 3 bendera yang bertuliskan Kalimat Syahadat. Ternyata Kirab tersebut tersebut adalah Rombongan Habib Umar Bin Hafidz.
Ribuan orang terhanyut dalam rombongan tersebut. Ketika sampai di tempat Sholat, Habib Umar sholat sebentar kemudian memimpin pembacaan Yasin dan Tahlil yang tak jauh berbeda dengan kebiasaan Peziarah yang ada di Indonesia.
Setelah membaca Yasin, Tahlil dan Do’a, kini rombongan bergerak menuju Makam Nabi Hud a.s. yang hanya berjarak 300 m dari sungai. Selama dalam perjalanan, Rombongan mngumandangkan Kalimat Tasbih, Tahmid, Takbir dan Tahlil. Sebelum sampai ke Makam, Rombongan berhenti sejenak di depan sumur Taslumah yang tepat berada di tengah-tengah antara Sungai dan Makam. Dengan dipimpin Habib Umar, rombongan melantunkan Salam kepada Para Nabi dan Malaikat, kemudian dilanjutkan menapaki jalan dan lereng bukit tempat pemakaman Nabi Hud a.s.
Sesampainya di Makam Nabi Hud a.s., kembali dipimpin oleh Habib Umar, rombongan mengumandangkan Salam kepada Para Nabi dan Malaikat. Kemudian dilanjutkan pembacaan Yasin, Tahlil dan Do’a. Selepas itu dilaksanakan pula Pembacaan Maulid dan Qosidah yang berakhir sekitar jam 11.00 siang. Akan tetapi acara Ziarah masih terus berlanjut seiring silih berganti datangnya para Rombongan Peziarah dari dalam dan luar negri.
Share:

Total Pageviews