Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam memperingatkan kita yang hidup di belakang hari menjelang semakin dekatnya Kiamat bahwa proses dekadensi Ummat Islam akan terjadi seiring diti
ngalkannya
pemberlakuan aspek hukum Islam atau hukum Allah sampai diabaikannya kewajiban
menegakkan kewajiban sholat. Padahal kita menyaksikan dewasa ini bahwa kedua
kutub ekstrim tersebut jelas-jelas telah ditinggalkan oleh sebagian besar ummat
Islam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ
عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ
(MUSLIM - 1046) : Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: "Menurut pendapat kami, tidaklah seseorang ketinggalan dari shalat (berjamaah di masjid), melainkan dia seorang munafik yang jelas kemunafikannya (munafik tulen)."
Sungguh jika melihat begitu banyaknya masjid dewasa ini yang sepi di waktu sholat lima waktu, kita sangat khawatir jangan-jangan ini indikasi bahwa terdapat begitu banyak orang yang berpotensi munafik di sekeliling kita. Dan jika hal ini benar adanya tidak mengherankan bila pemberlakuan kembali Syariat Islam dan Hukum Allah menjadi sangat sulit.
Sebab jangankan kaum kafir di luar Islam, sedangkan di tengah tubuh ummat Islam sendiri lebih banyak hadirnya kaum munafik daripada kaum mu’min sejati. Padahal Allah telah menegaskan bahwa fihak yang paling keras menolak diajak kepada pemberlakuan hukum Allah dan hukum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah kaum munafik. Wa na’udzubillah min dzaalika.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ
رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa 61)
Mengapa ummat Islam selalu saja mempermasalahkan hukum apa yang diberlakukan di tengah masyarakat? Mengapa ummat Islam tidak bisa menerima saja hukum apapun yang diberlakukan tanpa peduli apakah itu hukum Allah ataukah hukum buatan manusia? Bukankah yang penting adalah law and order alias penegakkan hukum? Apalah artinya jika dalam suatu masyarakat Islam diberlakukan secara formal hukum Allah sebagai hukum negara namun ternyata secara aplikasi tidak terjadi penegakkan hukumnya? Bukankah keadilan bisa dirasakan masyarakat luas bila penegakkan hukum berlaku secara murni dan konsekuen, meskipun hukumnya bukan hukum Allah alias hukum buatan manusia?
Saudaraku, disinilah letaknya komitmen seorang mukmin. Seorang mukmin harus menjawab dengan jujur dan penuh kesadaran. Masyarakat seperti apakah yang ia inginkan? Masyarakat kumpulan hamba-hamba Allah yang beriman dan patuh berserah-diri kepada Allah? Ataukah ia puas dengan berdirinya suatu masyarakat yang terdiri atas kumpulan manusia yang tidak peduli taat atau tidaknya mereka kepada Allah asalkan yang penting masyarakat itu berjalan dengan harmoni tidak saling mengganggu dan menzalimi sehingga semua merasa happy hidup bersama berdampingan dengan damai di dunia?
Saudaraku, seorang mukmin tidak pernah berpendapat sebelum ia bertanya kepada Allah dan RasulNya. Terutama bila pertanyaannya menyangkut urusan yang fundamental dalam kehidupannya. Oleh karenanya marilah kita melihat bagaimana Allah menyuruh kita bersikap bilamana menyangkut urusan hukum. Di dalam Kitabullah Al-Qur’an Al-Karim terdapat banyak ayat yang memberikan panduan bagaimana seorang mukmin mesti bersikap dalam urusan hukum. Di antaranya sebagai berikut:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…”(QS Al Maidah ayat 49)
Dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” Muhammad Nasib Ar-Rifa’i mengomentari potongan ayat yang berbunyi “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah...” dengan catatan sebagai berikut: ”Hai Muhammad, putuskanlah perkara di antara seluruh manusia dengan apa yang diturunkan Allah kepadamu dalam kitab yang agung ini (yaitu Al-Qur’an)...”
Sedangkan firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50)
Mengomentari ayat di atas, maka dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” penulis mencatat: ”Allah mengingkari orang yang berhukum kepada selain hukum Allah, karena hukum Allah itu mencakup segala kebaikan dan melarang segala keburukan. Berhukum kepada selain hukum Allah berarti beralih kepada hukum selain-Nya, seperti kepada pendapat, hawa nafsu dan konsep-konsep yang disusun oleh para tokoh tanpa bersandar kepada syariat Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang berhukum kepada kesesatan dan kebodohan yang disusun berdasarkan penalaran dan seleranya sendiri. Oleh karena itu Allah berfirman ”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki?” dan berpaling dari hukum Allah.”
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ
عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ
(MUSLIM - 1046) : Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: "Menurut pendapat kami, tidaklah seseorang ketinggalan dari shalat (berjamaah di masjid), melainkan dia seorang munafik yang jelas kemunafikannya (munafik tulen)."
Sungguh jika melihat begitu banyaknya masjid dewasa ini yang sepi di waktu sholat lima waktu, kita sangat khawatir jangan-jangan ini indikasi bahwa terdapat begitu banyak orang yang berpotensi munafik di sekeliling kita. Dan jika hal ini benar adanya tidak mengherankan bila pemberlakuan kembali Syariat Islam dan Hukum Allah menjadi sangat sulit.
Sebab jangankan kaum kafir di luar Islam, sedangkan di tengah tubuh ummat Islam sendiri lebih banyak hadirnya kaum munafik daripada kaum mu’min sejati. Padahal Allah telah menegaskan bahwa fihak yang paling keras menolak diajak kepada pemberlakuan hukum Allah dan hukum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ialah kaum munafik. Wa na’udzubillah min dzaalika.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ
رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa 61)
Mengapa ummat Islam selalu saja mempermasalahkan hukum apa yang diberlakukan di tengah masyarakat? Mengapa ummat Islam tidak bisa menerima saja hukum apapun yang diberlakukan tanpa peduli apakah itu hukum Allah ataukah hukum buatan manusia? Bukankah yang penting adalah law and order alias penegakkan hukum? Apalah artinya jika dalam suatu masyarakat Islam diberlakukan secara formal hukum Allah sebagai hukum negara namun ternyata secara aplikasi tidak terjadi penegakkan hukumnya? Bukankah keadilan bisa dirasakan masyarakat luas bila penegakkan hukum berlaku secara murni dan konsekuen, meskipun hukumnya bukan hukum Allah alias hukum buatan manusia?
Saudaraku, disinilah letaknya komitmen seorang mukmin. Seorang mukmin harus menjawab dengan jujur dan penuh kesadaran. Masyarakat seperti apakah yang ia inginkan? Masyarakat kumpulan hamba-hamba Allah yang beriman dan patuh berserah-diri kepada Allah? Ataukah ia puas dengan berdirinya suatu masyarakat yang terdiri atas kumpulan manusia yang tidak peduli taat atau tidaknya mereka kepada Allah asalkan yang penting masyarakat itu berjalan dengan harmoni tidak saling mengganggu dan menzalimi sehingga semua merasa happy hidup bersama berdampingan dengan damai di dunia?
Saudaraku, seorang mukmin tidak pernah berpendapat sebelum ia bertanya kepada Allah dan RasulNya. Terutama bila pertanyaannya menyangkut urusan yang fundamental dalam kehidupannya. Oleh karenanya marilah kita melihat bagaimana Allah menyuruh kita bersikap bilamana menyangkut urusan hukum. Di dalam Kitabullah Al-Qur’an Al-Karim terdapat banyak ayat yang memberikan panduan bagaimana seorang mukmin mesti bersikap dalam urusan hukum. Di antaranya sebagai berikut:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu…”(QS Al Maidah ayat 49)
Dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” Muhammad Nasib Ar-Rifa’i mengomentari potongan ayat yang berbunyi “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah...” dengan catatan sebagai berikut: ”Hai Muhammad, putuskanlah perkara di antara seluruh manusia dengan apa yang diturunkan Allah kepadamu dalam kitab yang agung ini (yaitu Al-Qur’an)...”
Sedangkan firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50)
Mengomentari ayat di atas, maka dalam buku ”Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir” penulis mencatat: ”Allah mengingkari orang yang berhukum kepada selain hukum Allah, karena hukum Allah itu mencakup segala kebaikan dan melarang segala keburukan. Berhukum kepada selain hukum Allah berarti beralih kepada hukum selain-Nya, seperti kepada pendapat, hawa nafsu dan konsep-konsep yang disusun oleh para tokoh tanpa bersandar kepada syariat Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang berhukum kepada kesesatan dan kebodohan yang disusun berdasarkan penalaran dan seleranya sendiri. Oleh karena itu Allah berfirman ”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki?” dan berpaling dari hukum Allah.”
(
SHOLAWAT JUM'AT ) YAA RASULULLAH
Betapa jasamu teramat besar, hingga kami umatmu kini dapat mengenal Agama Allah ini, dapat mengenal dhuha, tahajud, Al Fatihah, mengenal sedekah, mengenal dzikir, Bulan Ramadhan, lailatul Qodar, dan semuanya....Yaa Allaah, Yaa Robbi... Hati kami sungguh menjerit atas kekurangan kami mengucap : Allahumma shollli alaa muhammad
Shalawat dan salam untukmu Yaa Rosu
Betapa jasamu teramat besar, hingga kami umatmu kini dapat mengenal Agama Allah ini, dapat mengenal dhuha, tahajud, Al Fatihah, mengenal sedekah, mengenal dzikir, Bulan Ramadhan, lailatul Qodar, dan semuanya....Yaa Allaah, Yaa Robbi... Hati kami sungguh menjerit atas kekurangan kami mengucap : Allahumma shollli alaa muhammad
Shalawat dan salam untukmu Yaa Rosu
lullah,
betapa kau tak izinkan wajahmu dilukis, sedangkan kami ingin melihat wajahmu
yang mulia. Engkau sungguh jauh dari para manusia dengan lukisan bergaya,
sedangkan Sungguh engkau padahal bagaikan cahaya, keharuman dan kemuliaan
namamu tiada tara, tetapi engkau selalu bersahaja...itulah akhlakmu yang tidak
semua manusia mengingat, Shalawat dan salam untukmu Yaa Rosulullah,
Diawal dawahmu tiga tahun pertama engkau hanya memiliki pengikut 11 orang, dikala fitnah mengarah kepadamu, hujatan menghujanimu, engkau tetap melangkah, di thaif engkau dihujani batu hingga berdarah, engkau tetap bertahan, dan pada perang uhud gigimu terluka, namun tak surut engkau menebar Risalah, dan pada perang khandak engkau kelaparan, hingga mengganjal batu diperut karena menahan lapar, engkau tetap tegar dan bersabar, Yaa Rosulullaah berapa shalawat yang bisa kami lantunkan?
Shollu alaa Sayyidina Muhammad..
Shalawat dan salam untukmu Yaa Rosulullah, kami semua atas nama jamaah ini lantunkan, Yaa Robb dengan kerendahan hati, kerendahan diri di hadapan-Mu, jadikanlah shalawat ini bernilai sebanyak kedipan mata dan nafas semua mahlukmu ya Allah, karena rasa cinta kami kepada Rosulullah SAW atas smua sgala kekurangan kami, masukanlah kami yang dhoif ini kedalam umatnya kelak di yaumil akhir yg mendapat syafaat, amin.
PENTING :
Ketiklah shalawat sekurangnya ( Allahumma shollli alaa muhammad ) di koment sebagai penanda ikutan shalawat yang diikuti lisan. Diikuti amin atas doa : Semoga yang membaca Shalawat Allah angkat kesulitannya, Allah berikan keberkahan, Allah berikan kebaikan didunia dan Akhirat, Allah lindungi bala, azab di rumah2 kita dan dunia Islam yang mengikuti ajarannya, Amin. Barakallaah..
Diawal dawahmu tiga tahun pertama engkau hanya memiliki pengikut 11 orang, dikala fitnah mengarah kepadamu, hujatan menghujanimu, engkau tetap melangkah, di thaif engkau dihujani batu hingga berdarah, engkau tetap bertahan, dan pada perang uhud gigimu terluka, namun tak surut engkau menebar Risalah, dan pada perang khandak engkau kelaparan, hingga mengganjal batu diperut karena menahan lapar, engkau tetap tegar dan bersabar, Yaa Rosulullaah berapa shalawat yang bisa kami lantunkan?
Shollu alaa Sayyidina Muhammad..
Shalawat dan salam untukmu Yaa Rosulullah, kami semua atas nama jamaah ini lantunkan, Yaa Robb dengan kerendahan hati, kerendahan diri di hadapan-Mu, jadikanlah shalawat ini bernilai sebanyak kedipan mata dan nafas semua mahlukmu ya Allah, karena rasa cinta kami kepada Rosulullah SAW atas smua sgala kekurangan kami, masukanlah kami yang dhoif ini kedalam umatnya kelak di yaumil akhir yg mendapat syafaat, amin.
PENTING :
Ketiklah shalawat sekurangnya ( Allahumma shollli alaa muhammad ) di koment sebagai penanda ikutan shalawat yang diikuti lisan. Diikuti amin atas doa : Semoga yang membaca Shalawat Allah angkat kesulitannya, Allah berikan keberkahan, Allah berikan kebaikan didunia dan Akhirat, Allah lindungi bala, azab di rumah2 kita dan dunia Islam yang mengikuti ajarannya, Amin. Barakallaah..
...Rumah
Masa Depan...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Siang itu matahari bersinar cukup garang menyirami pekuburan Pondok Kelapa mengiringi jenazah almarhumah ibunda dari pimpinan perusahaan tempat saya bekerja. Tanah merah yang kering men
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Siang itu matahari bersinar cukup garang menyirami pekuburan Pondok Kelapa mengiringi jenazah almarhumah ibunda dari pimpinan perusahaan tempat saya bekerja. Tanah merah yang kering men
jadi
berdebu diterpa angin yang bertiup kencang. Perlahan-lahan tubuh almarhumah
mulai dimasukkan ke dalam liang lahat. Sanak famili yang datang tertunduk haru
bahkan ada yang tak tertahankan tangisnya.
Setelah jenazah diletakkan di dalam lubang dan tali pengikat kafan dilepaskan para penggali kubur menutupinya dengan tanah dan di atasnya ditanamkan batu nisan. Itulah akhir episode kehidupan seorang anak manusia yang telah habis masa hidupnya di dunia dan mulai memasuki kehidupannya yang baru di alam kubur.
Terbayang olehku gelapnya alam kubur, Ya Allah sanggupkah tubuh yang penuh dengan debu dosa dan maksiat ini menghadapi kepengapan, kesempitan dan kesunyiannya? Belum lagi mahluk-mahluk kecil yang siap menjelajahi tubuh ini hingga perlahan-lahan menghancurkannya dan menyisakan tulang belulang.
Tak ada lagi gemerlap kehidupan dunia, mobil mewah yang kita miliki tidak ikut masuk ke dalam lubang ukuran 2 x 1 m di kedalaman 2 m, deposito dollar, saham perusahaan, tanah 1000 hektar, istri yang cantik, jabatan semuanya kita tinggalkan.
Ya Allah jadikanlah kubur sebagai pengingat diri dari berbuat zhalim dan melanggar perintah-Mu
Kubur adalah rumah masa depan kita, rumah yang seharusnya kita persiapkan jauh-jauh hari. Kalau untuk rumah di dunia saja kita sibuk ambil kredit, mati-matian menabung bahkan tidak jarang ada yang bela-belain korupsi hanya untuk mendapatkan rumah. Lantas kenapa untuk peristirahatan yang abadi kita malah lalai bahkan lupa?
Ya Allah, jadikanlah sisa umur ini menjadi usia yang penuh manfaat dan keberkahan sehingga menjadi penolongku nanti.
Ingatkah waktu hendak membangun rumah kita sibuk merancang arsitektur, pondasi, bangunan fisik dan interiornya? Begitu cermatnya kita hingga tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk mewujudkannya. Lalu bagaimana dengan rumah masa depan kita? Sudahkah kita merancang arsitektur ibadah kepada Allah, lalu kita gali diri ini dengan ilmu untuk memperkokoh pondasi keimanan dan ketakwaan, kemudian kita bangun tiang-tiangnya dengan shalat khusyu' nan ikhlas disertai dinding amal sholeh serta kebaikan, dan tak lupa menutup atap rumah kita dengan infak di jalan Allah.
Ya Allah, seandainya kau cabut nyawaku saat ini juga jadikanlah sebagai akhir yang baik dan mudahkanlah.
Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
Setelah jenazah diletakkan di dalam lubang dan tali pengikat kafan dilepaskan para penggali kubur menutupinya dengan tanah dan di atasnya ditanamkan batu nisan. Itulah akhir episode kehidupan seorang anak manusia yang telah habis masa hidupnya di dunia dan mulai memasuki kehidupannya yang baru di alam kubur.
Terbayang olehku gelapnya alam kubur, Ya Allah sanggupkah tubuh yang penuh dengan debu dosa dan maksiat ini menghadapi kepengapan, kesempitan dan kesunyiannya? Belum lagi mahluk-mahluk kecil yang siap menjelajahi tubuh ini hingga perlahan-lahan menghancurkannya dan menyisakan tulang belulang.
Tak ada lagi gemerlap kehidupan dunia, mobil mewah yang kita miliki tidak ikut masuk ke dalam lubang ukuran 2 x 1 m di kedalaman 2 m, deposito dollar, saham perusahaan, tanah 1000 hektar, istri yang cantik, jabatan semuanya kita tinggalkan.
Ya Allah jadikanlah kubur sebagai pengingat diri dari berbuat zhalim dan melanggar perintah-Mu
Kubur adalah rumah masa depan kita, rumah yang seharusnya kita persiapkan jauh-jauh hari. Kalau untuk rumah di dunia saja kita sibuk ambil kredit, mati-matian menabung bahkan tidak jarang ada yang bela-belain korupsi hanya untuk mendapatkan rumah. Lantas kenapa untuk peristirahatan yang abadi kita malah lalai bahkan lupa?
Ya Allah, jadikanlah sisa umur ini menjadi usia yang penuh manfaat dan keberkahan sehingga menjadi penolongku nanti.
Ingatkah waktu hendak membangun rumah kita sibuk merancang arsitektur, pondasi, bangunan fisik dan interiornya? Begitu cermatnya kita hingga tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk mewujudkannya. Lalu bagaimana dengan rumah masa depan kita? Sudahkah kita merancang arsitektur ibadah kepada Allah, lalu kita gali diri ini dengan ilmu untuk memperkokoh pondasi keimanan dan ketakwaan, kemudian kita bangun tiang-tiangnya dengan shalat khusyu' nan ikhlas disertai dinding amal sholeh serta kebaikan, dan tak lupa menutup atap rumah kita dengan infak di jalan Allah.
Ya Allah, seandainya kau cabut nyawaku saat ini juga jadikanlah sebagai akhir yang baik dan mudahkanlah.
Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah ...
--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....
0 komentar:
Post a Comment