MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Wednesday, 12 August 2015

Keajaiban Al-Qur’an

* MEMBELAH BULAN

Apa mungkin terjadi?
 bulan 1

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ  وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ

” Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (Al Qomar, 1-2)
Sebelum Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, tokoh tokoh kafir Quraisy berkumpul seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan lain lainnya. Mereka berkumpul meminta kepada Nabi saw hal yang mustahil bisa terjadi menurut keyakinan mereka bisa melemahkan kedudukan beliau sebagai Nabi. Mereka meminta kepada Nabi saw untuk membelah bulan. Hal yang tidak masuk akal bukan? Mereka berkata, “Ya Muhammad, seandainya kamu benar benar seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua”. Rasulullah saw berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.”.
Lalu Rasulullah saw berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah saw memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Subahanallah. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah saw berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.” .
Demikian jarak belahan bulan itu cukup jauh sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Menurut sebagain riwayat bulan terbelah menjadi dua belahan, belahan pertama berada di jabal Abi Qubais *(1) dan sebelah lagi berjalan ke arah jabal Qauqu’an *(2). Kemudian kedua belan bulan itu kembali bersatu. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan mata telanjang..
 bulan
Foto garis belahan bulan menurut NASA
Atas peristiwa ini Allah menurunkan ayat Al Qur’an: ” Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (Al Qomar, 1-2)
*(1) Jabal Abi Qubais.
Setiap muslim yang datang ke Makkah untuk berhaji atau berumrah pasti mendengar nama Jabal Abi Qubais, tapi dimana tempatnya banyak yang tidak mengetahuinya. Jabal Abi Qubaiis berada disebelah timur Baitullah, Jika kita berdiri membelakangi Hajar Aswad, maka pandangan kita akan melurus ke sebuah istana megah (Istana Shafa) berdiri diatas sebuah bukit yang telah dipapas. Sebetulnya memotong sebuah pohon saja di Makkah tidak diperbolehkan, apalagi mempapas sebuah bukit bersejarah.  Bukit yang telah dipapas sedemikian rupa, itulah Jabal Abi Qubais yang mempunyai sejarah yang berkaiatan dengan sejarah Baitullah dan Kota Makkah.
Menurut Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya “Fi Rihab al-Baitil Haram”,  Jabal abi qubais adalah bukit yang letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram dan berhadapan dengan bukit Shofa. Ia merupakan gunung yang pertama kali diciptakan Allah dimuka bumi setelah penciptaan baitullah Ka’bah.
Jabal Abi Qubais atau yang lebih dikenal oleh orang Indoneisa dengan nama Jabal kubais, mempunyai ketinggian 420 meter. Dulu di atas puncak bukit tersebut ada sebuah masjid kecil yang dinamakan Masjid Bilal.  Bukit ini menurut ulama Makkah merupakah bukit mulia karena berdekatan dengan Ka’bah dan menghadap ke bukit Shofa. Ada riwayat yang menyatakan bahawa Jabal Abi Qubais adalah gunung / bukit pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi kemudian terpencar darinya jabal jabal lainya.
Banyak peristiwa bersejarah berkait dengan Jabal Abi Qubais. Jabal Abi Qubais dikenal juga dengan nama Jabal al-Amin (bukit kepercayaan / bukit penyimpan amanah), kerena Allah telah mengamankan Hajar Aswad di bukit ini pada waktu datangnya air bah di zaman nabi Nuh as. Tatkala nabi Ibrahim as membangun Baitullah, Hajar Aswad dikeluarkan kembali dari Jabal Abi Qubais lalu dibawa oleh Jibril as dan serahkannya kepada nabi Ibrahim as untuk disimpan disudut Ka’bah.
Selain dari pada itu, diriwayatkan juga bahwa batu-batu yang digunakan untuk membangun Baitullah oleh nabi Ibrahim as diambil dari Jabal Abi Qubais dan Jabal al-Ka’bah. Setelah nabi Ibrahim ra selesai membangun Ka’bah, ia naik ke atas jabal Abi Qubais. Dari atas bukit ini ia berseru:

وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَميِقٍ

” Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh” (al-Hajj: 27)
 Banyak juga riwayat yang menyatakan bahwa mukjizat Rasulallah saw membelah bulan terjadi di Jabal Abi Qubais seperti kisah diatas.
*(2) Jabal Qua’iqu’an
Ia dinamakan juga Qaiqu’an adalah bukit yang berada di sebelah selatan Masjidil Haram, terletak di daerah pintu menuju arah Syamiah dan berhadapan dengan bukit Marwah. Menurut Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya “Fi Rihab al-Baitil Haram”,  jabal ini memilki banyak nama diantaranya jabal al-’Abadi atau jabal Al-Sulaimaniyah atau jabal Al-Sudan atau jabal al-Hindi, dan ketinggiannya kurang lebih 410 m dari permukaan laut.
jabal Qaiqu’an merupakan jabal yang memilki nilai sejarah yang peting diataranya mukjizat Rasulallah saw disaat membelah bulan, satu belahan berada di atas Jabal Qubais, dan belahan kedua bergerak kearah Jabal Qaiqu’an.
Jabal ini merupakan jabal Akhsyabi atau bukit berbatu yang sangat keras setelah jabal Abi Qubais. Telah diriwatkan bahwa Jibril as pernah datang kepada Rasulllah saw lalu berkata ” Wahai Muhammad, seandainya kamu berkehendak agar aku hempaskan ke dua gunung batu keras ini kepada mereka (kafir Quraisy), maka akan kulakukan”. yang dimaksud dengan dua gunung batu keras disini adalah jabal Abi Qubais dan jabal Qaiqu’an.
Wallaua’lam/ Hasan Husen Assagaf  
* TIGA KEGELAPAN
tiga kegelapan
Dulu, kata Professor Dr. Zaghlul an-Najjar, para doktor tim peneliti bayi tabung telah membuat percobaan dalam pembuatan bayi tabung. Pada percobaan pertama mereka gagal, percobaan terus dilakukan dan seteturnya kegagalan berlangsung dalam waktu cukup lama. Sampai mereka melakukan percobaan dalam dalam ruang yang gelap, ternyata berhasil tapi sayang menghasilkan bayi bayi yang abnormal. Kemudian terus mereka melakukan percobaan di ruang yang sangat gelap gulita, ternyata mereka berhasil dan sukses..
Al-qur’an telah mendahului fakta Ilmiah: menurut al-qur’an proses penciptaan janin (manusia) dalam perut ibunya melalui tiga kegelapan:
– Kegelapan pertama: kegelapan dinding perut.
– Kegelapan Kedua: kegelapan dinding rahim.
– Kegelapan ketiga: kegelapan dinding ari ari

يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ

“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan”  (al-zumar 6)
Kalo kita buka tafsir, Adz-dzulmah dalam bahasa artinya : perginya cahaya atau kegelapan.
itu menurut Ibnu Mandhur dalam kitabnya lisanul Arab. Jama’ (plural) dari dzulmah adalah dzulumat, artinya kegelapan kegelapan
Adapun penapsiran Ibnu Jarir At-Tabari dzulumat ats-tsalatsa adalah tiga kegelapan: berarti: kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim dan kegelapan dalam kegelapan ari-ari
Subahanallah… “Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (al-zumar 6)
Wallahu’alam
Hasan Husen Assagaf
* LAUT & SUGAI
البحرين
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” –  Ar-Rahman 19-21
Barzakh adalah pemisah (batas) antara satu alam dengan alam yang lain.
Yang dimaksud dengan barzakh (pemisah) disini adalah terpisahnya air laut (air asin)
dengan air sungai (air tawar. Meskipun adanya dua jenis air bersama-sama
bersinggungan tetapi mereka tidak berbaur dan ikan-ikan di setiap jenis air tidak
berpindah ke jenis air lainnya.. Subahnallah Maha Tinggi, Maha Bijaksana, dan Maha Berkuasa..
Surat Ar-Rahman.. silahkan menyimak http://www.tvquran.com/hafez-ishak-danish_3.htm
Wallahu’alam
Share:

Niat Baik

Seorang pria bangun pagi-pagi buta untuk sholat subuh di Masjid. Dia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Di tengah jalan menuju masjid, ia jatuh dan pakaiannya kotor. Ia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali ke rumah. Di rumah, ia berganti baju, berwudhu, dan lagi berjalan menuju masjid.

Dalam perjalanan kembali ke masjid, ia jatuh lagi di tempat yg sama. Ia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali kerumah. Di rumah, ia sekali lagi berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Di tengah jalan menuju masjid, ia bertemu seorang pria yang memegang lampu. Dia menanyakan identitas pria tsb, dan pria itu menjawab “Saya melihat anda jatuh dua kali di perjalanan menuju masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan anda.”
Pria pertama mengucapkan terima kasih atas kebaikannya dan mereka berdua berjalan menuju masjid. Saat sampai di masjid, pria pertama mempersilahkan kepada pria yang membawa lampu agar masuk dan sholat subuh berjama’ah. Pria kedua menolak. Pria pertama mengajak lagi hingga berkali-kali dan lagi jawabannya sama.
Akhirnya, pria pertama bertanya, “Kenapa anda menolak untuk masuk dan sholat?”. Pria kedua menjawab “Aku adalah Setan”. Pria itu terkejut dengan jawaban pria kedua. Setan kemudian menjelaskan, “Saya melihat kamu berjalan ke masjid, dan sayalah yg membuat kamu terjatuh. Ketika kamu pulang ke rumah, membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah memaafkan semua dosa-dosamu. Kemudian saya membuatmu jatuh kedua kalinya, dan bahkan itupun tidak membuatmu merubah pikiran untuk tinggal di rumah saja, kamu tetap memutuskan kembali masjid. Karena hal itu, Allah memaafkan dosa-dosa seluruh anggota keluargamu. Saya khawatir jika saya membuatmu jatuh untuk yang ketiga kalinya, jangan-jangan Allah akan memaafkan dosa-dosa seluruh penduduk desamu, jadi saya harus memastikan bahwa anda sampai dimasjid dgnselamat.”
Cerita ringan tapi kita bisa mengambil hikmah jangan sekali kali kita melepaskan niat kita semasih niat itu kita pandang baik. karena kita tidak tahu ganjaran yang akan kita dapatkan dari Allah. Begitu pula jangan biarkan setan mendapatkan keuntungan dari setiap perbuatan buruk yang kita sudah niati untuk meninggalkanya, karena kita tahu berapa banyak dosa yang dibebani kepada kita.
Pointnya, bersabarlah dalam segala kesulitan yg kita temui dalam usaha kita untuk melaksanakan niat baik tersebut.
Wallahua’lam
Share:

Apa Arti Zakat?

APA ARTI ZAKAT?

 
 
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ وَمَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (رواه البخاري ومسلم)
 
Rasulallah saw bersabda: Setiap pagi hari turun dua malaikat kepada hamba2-Nya, kemudian salah satunya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfaq (dermawan).” Sedangkan yang lain berdoa: “Ya Allah berilah kehancuran kepada orang yang tidak berinfak (pelit)”
 
Zakat dalam bahasa artinya pembersihan, penumbuhan atau pengembangan dan dalam ilmu fiqih adalah pengambilan tertentu dari harta tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu dengan niat.
 
Zakat adalah rukun islam ketiga diwajibkan pada tahun kedua Hijrah atas orang yang cukup syarat-syaratnya walau pun orang itu anak kecil atau gila. Dan bagi yang mengingkari zakat dikatagorikan kafir. Perintah zakat yang digandengkan dengan perintah sholat dalam Al Qur’an terdapat 82 kali. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan sholat dengan zakat
 
Dari Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa ada seorang badui mendatangi Nabi saw, lalu bertanya: “Tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan, jika aku melakukannya aku masuk surga?”, beliau menjawab: “Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, membayar zakat dan berpuasa pada bulan Ramadhan”. Orang badwi ini berkata: “Demi yang mengutus kamu dengan kebenaran, aku tidak akan menambah dari ini (dari apa yang kamu katakan)”. Ketika orang tersebut berpaling, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat seseorang dari penghuni surga maka lihatlah orang ini”. (HR Ahmad, al-Baihaqi dan dikuatkan dengan perbuatan sahabat).
 
Pada zaman Nabi saw, pertamanya Islam hanya hanya memerintahkan untuk memberi sedekah, sifatnya bebas tidak wajib. Namum pada kemudian hari menjadi suatu kewajiban. Dan pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan dibagikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Imam Syafi’i telah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. – Lihat Fiqih Nabi oleh Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf
 
Islam mengutamakan dan mengajarkan kepada umatnya untuk berzakat, untuk menginfakan sebagian kecil dari harta yang dimiliki si kaya, Hal ini demi untuk mengajarkan kepada yang kaya agar jangan sekali kali merasa bangga tapi harus menengok kepada yang dibawah agar bisa mengimbangi jarak. Begitu pula kepada yang di bawah jangan selalu mengandalkan kepada yang diatas, jangan tinggal diam tapi harus berusaha itulah satu2nya modal agar yang dibawah bisa berhasil. Sementara yang diatas, jangan tamak, jangan sombong dan serakah. Itulah yang yang diajarkan agama agar kehidupan bersama antara si kaya dan si miskin bisa terjalin dengan baik sehingga jarak antara mereka tidak terpaut jauh
 
Setiap tahun saya tidak bosan bawakan cerita di bawah ini sebagai ibrah (contoh), semoga antum demikian pula. Saya selalu teringat berapa tahun yang lalu dengan berita seorang dermawan besar Hb Ismet Alhabsyi membagikan zakat dan sedakah di rumahnya. Ribuan fakir miskin datang menyerbu rumah kediamannya. Karena terlalu banyak yang datang, akibatnya terjadi eksident yang tidak diinginkan. Mereka berdesakan, ratusan orang berebut ingin mendapatkan uang tunai 20.000 rupiah plus sebuah sarung sedekah dari dermawan terkenal itu. Akibatnya empat wanita meninggal dunia karena jatuh dan terinjak injak. Peristiwa yang sangat menyedihkan ini sebetulnya mereka berencana jika uang dan sarung dari hasil sedekah didapat, mereka bisa membeli sesuatu yang bisa menggembirakan keluarganya di hari raya, tapi Allah berkehendak lain, mereka tewas sebelum kehandak mereka terwujud.
 
Tragedy itu, terus terang melukiskan betapa besar kemiskinan yang melanda di negara kita terutama di kota-kota besar. Kejadian seperti itu sudah tidak asing bagi kita untuk didengar, bahka banyak yang lebih kejam dari itu sering kita dengar. Memang dalam kondisi miskin semua serba sulit dikendalikan, termasuk emosi. Karena lapar telah mengubah sifat sabar menjadi berangasan. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Jika seandainya kemiskinan itu menjelma menjadi manusia, maka saya akan bunuh”
 
Orang kaya dan dermawan seperti Hb Ismet Alhabsyi tidak sedikit bilangannya, begitu pula fakir miskin yang membutuhkan satunan dari mereka tidak terhitung banyaknya. Yang sulit kita dapatkan adalah perantara atau yang disebut Amil Zakat  yang berfungsi sebagai penyambung hubungan antara si kaya dan si miskin. Sehingga zakat dan sedakah mereka bisa terorganisir atau bisa disalurkan secara baik.
 
Amil zakat yaitu panitia zakat atau orang yang dipilih oleh imam untuk mengumpulkan dan membagikan zakat kepada golongan yang berhak menerimanya. Amil zakat harus memiliki syarat tertentu yaitu muslim, akil dan baligh, merdeka, adil (bijaksana), medengar, melihat, laki-laki dan mengerti tentang hukum agama. Pekerjaan ini merupakan amanah dan tugas baginya dan harus diberi imbalan yang sesuai dengan pekerjaaanya yaitu diberikan kepadanya zakat. Sayangnya, zakat fakir miskin kebanyakanya tersalur ke kantong-kantong si perantara Amil zakah atau mungkin sampai kepada mereka tapi setelah nilainya dikentit dan dicatut. Sehingga, maaf, bulan puasa merupakan panen bagi Amil zakat. Begitulah nasib fakir miskin di negara kita yang kebanyakanya hanya menerima sisa-sisa uang zakat dan sedakah atau mungkin tidak menerima sama sekali. Kalau Sayyiduna Abu Bakar Shiddik ra memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, bagaimana dengan orang orang yang diberi amanah untuk membagikan zakat tapi enggan untuk menyampaikannya kepada yang berhak? Tentu ini lebih parah bukan?
 
“Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfaq (dermawan).”
“Ya Allah berilah kehancuran kepada orang yang tidak berinfak (menahan harta)”,
 
Wallahu’alam
Share:

Keramat IbuKeramat Ibu

Allah berfirman:


وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (الاسراء 24 )
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Al-Isra’ 24
 Itulah salah satu inti doa “Birrul Walidain” yang dibacakan setelah khatam tarawih.
Dalam kehidupan, orang banyak mencari para wali baik mereka masih hidup atau sudah mendinggal dunia. Mereka memohon kepada Allah dengan kemurahan dan keberkahan para wali bisa membantu kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih lancar dan sukses. Bahkan mereka rela datang dari tempat yang jauh dengan perjalanan berhari-hari agar Allah memberikan kepadanya ma’unah atau pertolongan dari Allah melalui perantaraan para wali.
Tapi sayang satu karamat yang banyak dilupakan orang adalah keramat seorang ibu. Dialah yang dimuliakan Allah tiga kali lipat dibanding kemuliaan ayah. Dialah karamat diatas segala karamat yang ada di muka bumi. Dialah figur yang digambarkan oleh Rasulallah saw sebagai sosok manusia yang memiliki doa yang sangat mustajab melebihi dari doa2 makhluk lainya. Beliau bersabda, “Doa orang tua kepada anaknya seperti doa nabi kepada umatnya”
Dalam sebuah kisah, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang dengan Rasulullah ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua. Rasulallah saw berkata: “Pulanglah berbaktilah kepadanya, sesungguhnya surga berada di telapak kakinya”. Hadis ini membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua sebanding dengan para mujahidin yang berjihad di medan perang.
Dari kebesaran kewalian seorang ibu Rasulallah saw telah berpesan kepada Umar ra dan Ali ra untuk meminta doa dari seorang wali yang salih, ta’at dan berbakti kepada ibunya, ia bernama Uais Al-Qarni. Ia sangat cinta kepada ibunya yang lumpuh. Ia rela berkorban untuk segala galanya demi mendapatkan keredhoan ibunya.
Rasulallah berpesan: “Nanti, pada zamanmu akan lahir seorang manusia yang doanya sangat mustajab. Pergi dan carilah dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau kamu berdua berjumpa dengannya mintalah doa darinya untuk kamu berdua.”
Umar ra dan Ali ra bertanya, “Apa yang patut kami minta dari Uais al-Qarni, Ya Rasulullah?“. Beliau menjawab, “Mintalah kepadanya agar Allah mengampuni dosa dosa kalian”
Itulah Uais Al-qarni yang doanya mustajab dan didengar diatas langit. Ia rela memangku ibunya yang lumpuh dengan kedua tangannya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah disaat melakukan ibadah haji, memangkunya disaat mengerjakan thawaf, sa’i dan wukuf di padang Arafah. Dan juga ia rela memangku ibunya dengan kedua tangannya berjalan kaki disaat kembali dari Makkah ke Yaman
Pada suatu ketika Hasan al-Bashri thawaf di Ka’bah. Beliau bertemu dengan seorang pemuda yang memanggul keranjang di punggungnya. Beliau bertanya: “Apa isi keranjang ini?. Orang itu menjawab: “Di dalamnya ada ibuku, aku menggendongnya. Aku orang tidak mampu. Selama bertahun-tahun, ibuku ingin beribadah haji, tetapi aku tidak punya ongkos. Aku tahu persis keinginan ibuku amat kuat. Ia sudah terlalu tua, setiap membicarakan Ka’bah kapan saja ia menangis. Aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku membawanya di dalam keranjang ini dari Suriah ke Baitullah”. Kemudian pemuda tadi bertanya, “Ya Imam, apakah aku dapat membayar jasa ibuku dengan berbuat seperti ini?” Hasan al-Bashri menjawab, “Sekalipun engkau berbuat seperti ini lebih dari tujuh puluh kali, engkau tak bisa membayar sebuah tendanganmu ketika engkau berada di dalam perut ibumu!”. Subanallah.
Maka bacalah:
رَبِّ اغْفِرْ لِيَّ وَلِوَالِدَيَّ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”.
Wallahu’alam
Share:

Tarawih bersama Hb Zen Alaidrus

Pada awal puasa, masjid al-Mubarak- Krukut, Jakarta, penuh sesak dikunjungi Jama’ah yang ingin sholat tarawih bersama Habib Zen bin Abdullah Alaidrus. Tua muda, besar kecil, laki perempuan datang berbondong-bondong memenuhi masjid.

Sholat isya’ dimulai. Shof-shof jama’ah memenuhi masjid sampai ke ruangan belakang. Yang menjadi imam Habib Muhammad, anak Habib Zen, dan kita ma’mum dibelakangnya. Dengan pakaian serba putih, jubah putih, serban putih, dan syal berwarna hijau, wajahnya putih penuh dengan wibawa, haibah, dan cahaya… cahaya Ilahi, Habib Zen sholat dengan penuh semangat dan khusyu’.
Selepas sholat isya’, doa dan wirid, kemudian dilanjutkan dengan sholat tarawih sebanyak 20 rakaat dan pula diimami Habib Muhammad bin Zen. Selesai sholat tarawih, kita bersama-sama duduk meng-amin-i doa tarawih yang dibacakan Habib Muhammad. Kemudian dilanjutkan dengan sholat witir 3 rakaat yang diimami Habib Zen. Setelah itu, doa witir dibacakan pajang sekali oleh Habib Muhammad bin Zen dan kita meng-amin-i dengan penuh khusyu’an. Selesai doa dan fatihah, kita bersama-sama duduk mencicipi kopi jahe yang dibikin oleh Pok Muna. Kopi ini mempunyai rasa khas, tidak dibuat kecuali khusus pada bulan Ramadhan, dan rasa kopi itu tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Krukut.
Selesai istirahat kurang lebih seperapat jam, kemudian dilanjutkan dengan babak kedua dari ibadah bulan Ramadhan, yaitu sholat tasbih (*). Kebanyakan yang mengikuti Habib Zen dalam sholat tasbih adalah orang orang tua, pemuka masyarakat kerukut dan anak muridnya, kurang lebih bilangannya satu shof, sekitar duapuluhan. Sholat tasbih dilakukan sebanyak 8 rakaat dan memakan waktu kurang lebih dua jam. Karena setiap raka’at setelah imam membaca surat Fatihah, yang dibaca bukan surat-surat pendek akan tetapi yang dibaca adalah al-Quran. Dimulai dari surat al-Baqarah pada awal puasa dan diakhiri khatam pembacaan al Qur’an pada shalat tasbih malam tanggal 29 Ramadhan.
Makanya sholat tasbih jarang diikuti masyarakat biasa, karna sholat ini sangat berat dilakukanya kecuali oleh orang-orang yang mepunyai kesabaran,  keikhlasan dan kekhusyu’an dalam ibadah, Selesai sholat tasbih kita masih mendengarkan doa-doa yang panjang sekali dibacakan bergantian antara Habib Zen dan Habib Muhammad bin Zen. Kurang lebih jam 11 malam jama’ah masjid baru bubar dan pulang kerumah masing-masing. Demikianlah setiap malam Ramadhan Habib Zen hidupi ibadah di masjid itu dengan al-Qur’an, zikir, doa-doa dan sholawat.
Pada akhir tahun 1970-an, Habib Zen Alaydrus, yang dicintai masyarakat, berpulang ke rahmat Allah. Kemudian setelah itu disusul oleh keluarganya, murid muridnya, dan kebanyakan pengikutnya yang tua tua. Adapun generasi muda yang tinggal di Kerukut depan, mayoritasnya menjual rumah-rumah warisan mereka dan memilih jalan hengkang dari Kerukut dan mengungsi ke daerah-daerah lain di Jakarta, sehingga Kerukut yang dulu dikenal sebagai kampung Arab, sekarang berobah total menjadi kampung Cina. Pula dinasti Habib Zen yang dulu pernah menjadi umdah dan sesepuh yang disegani di kampung Krukut, sekarang hanya kenangan manis dan cerita indah.
Maka untuk sekedar mengingatkan masyarakat yang mengenal Habib Zen atau yang
tidak mengenal dari generasi muda, telah tersusun buku do’a doa tarawih, witir dan tasbih yang ditulis tangan oleh beliau semasa hidupnya. Hal ini demi untuk mengenang jasa-jasa beliau yang begitu besar terhadap Islam dan umat Islam, dan untuk menghidupkan kembali nama Habib Zen di tengah2 masyarakat Indonesia pada khususnya.
Buku aslinya saya dapatkan dari anak murid Habib Zen dengan susah payah. Karna buku ini konon katanya hilang atau terbengkalai, karna banyak dari generasi muda yang tidak tahu nilai buku trb mengabaikanya dan dibiarkan terbengkalai. Sekarang alhamdulillah buku trb saya telah tulis ulang dengan komputer, tersusun dengan baik dan terpugar menjadi buku yang layak, indah, bisa dibaca oleh masyarakat Muslim yang dilengkapi dengan harakah. Buku ini saya beri judul “Majmu’atul Atsaar Fi Ad’iyah Syahir Ramadhan Wal Awrad wal Adhkar“. Buku trb merupakan kumpulan dari doa-doa para habaib, masyayeikh dan ulama-ulama ternama zaman dulu. Saya tinggal menunggu sponsor yang bisa mencetak buku trb sehingga bisa disebarluaskan keseluruh lapisan masyarakat Islam terutama di Indonesia. Beberpa copy dari buku tsb telah disalurkan dan dibagi-bagikan kepada habaib di Jakarta, wilayah Saudi bahkan sampai ke Hadhramut
Rasulallah bersabda dalam hadithnya:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ  وفي رواية طليق. (رواه مسلم، الترمذي)
Dari Abu Dzar ra, Rasulallah saw bersabda: ” janganlah kamu menyepelekan perbuatan baik sedikitpun walaupun hanya sekedar menatap saudaramu (sesama muslim) dengan wajah cerah. ( HR Muslim, Tirmidzi)
Maka saya menghimbau dan mengajak masyarakat Islam terutama keluarga Habib Zen Alaydrus untuk bisa memikirkan bagaimana cara mencetak buku doa-doa yang dikutip Habib Zen yang telah tersusun baik, agar bisa bermangfaat bagi umat Islam dan kita bisa mendepositkan amal baik trb ke rekening kebaikan Habib Zen Alaydrus di akhirat.
—————
(*) Shalat tashbih adalah sunah. Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian ulama penganut mazhab Syafi’e. Dinamakan tasbih karena pelaku shalat akan membaca kalimat tasbih “Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar” sebanyak 300 kali yang dilakukan sebanyak 4 raka’at, setiap raka’at 75 kali tasbih. Shalat ini diajarkan Rasulullah saw kepada pamannya yakni Abbas bin Abdul Muthallib ra. Hikmah shalat ini adalah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, tentu saja jika dilakukan dengan hati yang ikhlas.
Shalat tasbih boleh dilakukan kapan saja baik siang hari atau malam hari dan dan lebih baik jika dilakukanya malam hari, dan akan lebih baik lagi jika dilakukan pada bulan Ramadhan setelah shalat tarawih. Shalat ini dilakukan 4 raka’at dengan dua salam sebagaimana shalat biasa dengan tambahan bacaan tasbih pada saat saat:
  • Setelah pembacaan surat fatihah dan surat al-Qur’an saat berdiri 15 kali
  • Di waktu ruku’ 10 Kali
  • Di waktu I’tidal (bangung dari ruku’) 10 Kali
  • Di waktu sujud pertama 10 Kali
  • Di waktu duduk di antara dua sujud 10 Kali
  • Di waktu sujud kedua 10 Kali
  • Di waktu duduk istirahat sebelum berdiri (atau sebelum salam tergantung pada raka’at keberapa) 10 Kali.
Jumlah tasbih dalam satu raka’at 75
Maka jumlah tasbih dalam empat raka’at 4 X 75 = 300 kali
Wallahu’alam
Share:

Tanda2 Malam Lailatulqadri

Allah memberikan setiap waktu ada keutamaan dan kemuliaan yang berdeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik (mustajab) untuk berdoa. Sayangnya banyak orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain:

* Doa saat berbuka puasa
* Doa selepas shalat fardhu
* Doa saat mendengar adzan
* Doa sesaat pada hari Jum’at.
* Doa sepertiga akhir malam.
* Doa pada waktu sujud dalam shalat.
* Doa diantara adzan dan iqamah
* Doa pada hari Arafah
* Doa ketika minum air Zamzam
* Doa setelah khatam al-Qur’an
* Doa ketika berada di majlis dzikir
* Dan doa yang paling mustajab yaitu doa pada malam Lailatul Qadr.
Alhamdulillah puasa bulan Ramadah ini kita jalankan dengan baik. Dan sekarang sudah hampir mencapai puncak terakhir dari bulan Ramadhan. Di puncaknya kita dapatkan pembebasan dari api neraka insyallah. Pada malam-malam terakhir para malaikat turun dari langit untuk menaburkan kasih sayang Allah kepada hambanya dan menyampaikan salam kepada kaum beriman sampai terbit fajar. Itulah Lailatul Qadr
Saat pasti malam Lailatul Qadr dirahsiakan Allah, tidak diketahui namun menurut beberapa hadist malam ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadan, tepatnya pada salah satu malam ganjil 21, 23, 25, 27 atau ke-29. Adapun hikmah malam ini dirahsiakan agar umat Islam tetap rajin dan selalu siap beribadah sepanjang malam khususnya di sepuluh malam yang terakhir.
Lailatul Qadr adalah malam kebesaran Allah, malam keagungan Nya, malam pengampunan Nya, malam yang dimiliki-Nya untuk memberi maaf dan kasih sayang kepada hamba Nya, para pembuat dosa.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ: “يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟”، قَالَ: “قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي”. (رواه الترمذي)
Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah seandainya aku mendapati malam Lailatul Qadr, doa apakah yang patut aku bacakan? Rasulullah bersabda: “Berdo’alah: Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pemurah. Engkau menyukai pengampunan, apunilah dosaku”
Di langit ada kerajaan yang maha besar yang mengatur dan mencatat segala amal manusai di bumi. Ketika para malaikat melihat kitab catatan amal manusia, mereka iri dengan amal yang hanya khusus dilakukan penduduk bumi di malam-malam Lailatul Qadr. Malaikat pun tidak ada yang dapat menirunya. Salah satu di antaranya adalah rintihan para pembuat dosa. Allah berfirman dalam hadist, ”Aku lebih suka mendengarkan rintihan para pembuat dosa ketimbang gemuruh suara tasbih. Karena gemuruh suara tasbih hanya menyentuh kebesaran Kami, sedangkan rintihan para pembuat dosa menyentuh kasih sayang Kami.”
Banyak sekali tanda-tanda terjadinya malam Lailatul Qadr namun kebanyakannya tidak nampak kecuali setelah lewatnya malam tersebut. Para ulama telah menyebutkan beberapa tanda-tanda Lailatul Qadr berdasarkan hadits-hadits yang shahih diantaranya:
– Suhu udara pada malam itu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin
قال صلى الله عليه و سلم : ليلة سهلة طلقة لا حارة ولا باردة (البيهقي و الحاكم و غيرهم بسند حسن)
Rasulallah saw bersabda: Salah satu tanda Lailatul Qadr, bahwa malamnya bersih suci seolah-olah ada bulan yang bersinar, tenang sunyi, tidak panas dan tidak dingin (HR Baihaqi dan Hakim dengan sanad baik)
– Cahaya matahari di pagi hari-nya tidak menyengat (redup)
قال صلى الله عليه و سلم: تطلع شمس صبيحة هذه الليلة لا شعاع لها (رواه مسلم)
Rasulallah saw bersabda: salah satu tanda dari malam Lailatul Qadr , di pagi hari malam itu matahari terbit cahayanya lembut atau tanpa cahaya (redup) – (HR Muslim)
Hadist ini memberi kesimpulan bahwa banyaknya para malikat yang turun bertasbih dan berzikir kepada Allah pada malamnya. Turunnya para malikat ke bumi menyebabkan sayap2 dan tubuh mereka yang halus menutupi dan menghalangi cahaya matahari.
– Terbitnya bulan bagaikan belahan piring (sabit)
لما روى أن أصحاب الرسول كانوا يتكلمون عن ليلة القدر فقال صلى الله عليه و سلم : من يذكر حين طلع القمر مثل شق جفنة ( رواه مسلم ) أي أنه بليلة القدر يكون القمر مثل نصف طبق مستدير ، كالذي يوضع فيها الطعام
Diriwayatkan oleh Muslim, sesungguhnya para sahabat membicarakan tentang malam Lailatul Qadr, Rasulallah saw bersabda: “Siapa saja diantara kalian yang mengingat ketika terbit bulan dan saat itu bulan bagaikan belahan piring (bulan sabit)” (HR. Muslim)
Dari tanda tanda malam Lailatul Qadr tsb diatas tidak ada halangan bagi yang tidak melihat atau mengetahuinya untuk mendapatkan keutamaan dan pahalanya selama dia menghidupkan pada sepuluh malam terakhir dengan ibadah karena iman dan mengharapkan pahala dari-Nya
Wallahu’alam
Share:

Mistiri Doa ke 2

Banyak sekali do’a-do’a yang diajarkan Nabi saw agar banyak rizki dan hidup senang. Di samping do’a-do’a tsb ada satu do’a tidak populer yang diajarkan beliau agar meminta kepada Allah kemiskinan

هذا الحديث رواه الترمذي عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا ، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا ، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ). وقَالَ الترمذي : هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ
Dari Anas ra, ia mendengar Rasulallah saw berdo’a: “Ya Allah, hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku kelak di Padang Mahsyar ke dalam kelompok kaum miskin”. (H.R Tirmidzi)
Hadits ini merurut Imam Tirmidzi adalah gharib artinya dha’if (lemah). Menurut Imam Syafi’i hadist lemah tidak bisa diambil sebagai keputusan untuk menghukum yang halal dan haram tapi bisa digunakan sebagai pelengkap ibadah. Contohnya hadist tentang talqin atas mayat yang diriwayatkan Imam Tabarni dengan isnad dhaif. Meskipun hadits tsb lemah, namun bukan berarti tidak dapat dijadikan sebagai landasan untuk tidak talqin. Ulama bersepakat bahwa hadits dha’if dapat dijadikan sebagai hal-hal yang masuk dalam kategori fadhail al-‘amaal (perbuatan baik).
Kita kembali ke do’a meminta kemiskinan. Doa ini jarang sekali dibaca tapi memang itu kenyataan do’a yang diajarkan Rasulallah saw menurut hadist Imam Tirmidzi.
Suatu ketika Rasulallah pernah ditanya tentang surga dan ahlinya, beliau menjelaskan bahwa penghuni yang paling banyak di surga adalah orang miskin. Yang dimaksud disini bukan semua orang miskin masuk surga. Akan tetapi kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin yang sabar, soleh, taat ke pada Allah dan banyak beribadah.
Miskin. Siapa suka miskin? Semua lari dari kemiskinan dan takut miskin. Ini kenyataan hidup sekarang ini. Tidak ada orang ingin hidup miskin. Tapi kalau kita teliti dengan seksama memang itulah kenyataan sebagian falsafah hidup yang diajarkan Rasulallah saw kepada kita. Dan Beliau sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin. Ketika beliau wafat, tak ada harta yang diwariskan untuk keluarganya. Begitu pula para sahabat Nabi saw mayoritasnya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Hidup berlebihan atau kaya sangat jarang kita dapatkan dalam kisah kehidupan para sahabat Rasulallah saw. Ada diantara mereka yang kaya seperti misalnya Ustman bin Affan ra dan Abdurahman bin Auf ra, tapi mereka pun berusaha menginfakan dan rela mengeluarkan hartanya ke jalan Allah agar jadi miskin.
Imam besar Ali ra hidup miskin dan serba kekurangan. Bahkan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasulallah saw beliau tidak mampu mengambil seorang pembantu. Ketika istrinya, Fatimah, datang kepada Ayahnya minta kepada beliau seorang pembantu. Rasulallah pun berkata “Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik baiknya wanita adalah yang bermangfaat bagi keluarganya”
Contoh lainnya, pernah satu ketika Rasulallah saw datang melancong ke rumah anaknya, Fatimah. Ketika beliau melihat anaknya mengenakan giwang dan rantai terbuat dari perak, begitu pula beliau melihat selot pintu rumahnya terbuat dari bahan sejenis perak, Rasulallah segera keluar dari rumahnya dan kelihatan tanda tanda kemarahan di wajah beliau. Beliau naik ke atas mimbar. Fatimah pun mengetahui maksud kemarahan ayahnya. Maka dicopotilah giwang, rantai dan selot pintu yang terbuat dari perak dan segera diserahkannya kepada Nabi saw di atas mimbar seraya berkata “Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya abati”. Rasulallah sangat terharu dan bergembira atas tindakan putrinya yang sangat diciantainya. Beliau pun berkata “Sungguh kamu telah melakukanya wahai anakku. Ketahuilah bahwa dunia itu bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak ada satu orang kafir diberi minum setetes pun”
Demikianlah contoh yang kita dapatkan dari pemimpin besar umat, Rasulallah saw dan Imam besar Ali bin Abi Thalib ra yang sepanjang hidupnya selalu dalam kekurangan dan kemiskinan. Akan tetapi di lain pihak Imam Ali pun pernah menegaskan “kemungkinan kemiskinan itu bisa membawa kekufuran”. Begitu pula beliau pernah berkata: “seandainya kemiskinan itu menjelma berbentuk manusia maka aku akan bunuh”.
Assayyid Sabiq dalam fiqih sunnah mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan miskin adalah mereka yang mendapatkan problem kehidupan akibat kesulitan ekonomi. Adapun arti miskin menurut pandanganya adalah mereka yang berpenghasilan kurang dan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari hari.
Ketika salah seorang kepala suku badwi dari gunung diundang raja Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, dia sadar bahwa masyarakatnya di gurun sahara miskin. Menyaksikan kota Riyadh yang serba indah, mobil berseliweran di atas jalan beraspal, gedung tinggi, hotel tempat dia menginap terang menderang dengan cahaya lampu yang beraneka warna, beralas tikar permadani empuk, full ac, dan mengasyikan. Dia lalu bertanya kepada dirinya, mengapa ini semua tak ada di desanya? Kalo begitu masyarakat badwi miskin!
Lalu, mengapa Rasulallah saw mengajarkan doa jadi miskin? Yang dimasud disini beliau bukan mengajarkan umatnya jadi miskin akan tetapi beliau mengajarkan kesederhanaan, kehidupan bersama, toleransi, ke-tidakegois-an dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, sehingga tidak menimbulkan kedengkian, kebencian antara sesama. Itulah yang diajarkan Rasulallah saw.
Orang kaya yang hanya memikirkan diri sediri, serakah, tamak, dan kikir, orang semacam ini dikatagorikan orang kaya tapi berjiwa miskin. Sebaliknya orang miskin yang menerima nasib, bersabar, tabah dengan segala musibah yang menimpah dirinya, dan ridho serta bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah, ia adalah orang miskin yang berjiwa kaya.
Saya tinggal di Riyadh, saya lihat orang-orang badwi yang hidup di gurun sahara, terutama yang hidup di kemah kemah yang tak pernah menikmati listrik, tak ada tv atau radio, sanggup berjalan kaki memikul beban naik turun gunung dengan untanya , mereka miskin tapi tak terasa miskin. Karena kehidupan bersama yang mereka jalani, senasib dan sederajat, tak menimbulkan kedengkian antara mereka, ini yang membuat mereka senang, bahagia menikmati kehidupan yang serba kekurangan.
Demi Allah, sekali lagi saya katakan demi Allah, harta dan kekayaan adalah milik Allah. Allah lah yang memberi orang menjadi miskin dan Allah pula yang membuat orang jadi kaya. Jika Allah menginginkan si kaya menjadi miskin, dengan sekejap mata saja orang itu mejadi miskin. Jika Allah berkehendak si miskin menjadi kaya, dengan sekejap mata orang miskin itu menjadi kaya.
“Katakanlah: Ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engaku cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatau. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tampa batas “. (Al-‘Imran 26-27)
Nah, kalau begitu, bacalah do’a untuk jadi miskin seperti yang diajarkan Nabi saw dalam hadist tsb diatas, agar tetap memiliki rasa kesederhanaan, tidak rakus, tidak tamak, tidak sombong dan serakah yang bisa menimbulkan iri dan dengki terhadap kelompok miskin.
Wallahu’alam
Share:

Membelah Bulan

Sekembalinya dari Thaif, Rasulalah saw dalam keadaan terluka dan terusir, datanglah Malaikat meminta izin kepada beliau untuk menghacurkan warga Mekkah yang keji.

Malaikat berkata:
لو شئْتَ لأطْبقْتُ عليهم الأخْشبَيْن ! يعني الجبلين
“Wahai Muhammad, seandainya kamu berkehendak agar aku hempaskan ke dua gunung batu keras ini kepada mereka (kafir Quraisy), maka akan kulakukan”
Ajakan Malaikat tidak diterima oleh Rasulallah karena beliau tidak berda’wah dengan kekerasan, paksaan dan berutal. Nabi saw pun berdoa:
اللهمَّ اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ لَعَلَّ اللهُ يُخْرِجُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله” ، وَقَدْ اِسْتَجَابَ اللهُ تَعَالَى دُعَاءَ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم (السيرة النبوية – ابن هشام)
“Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti.. Aku berharap, Allah mengeluarkan dari sulbi-sulbi mereka generasi (keturunan) yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Maka do’a Nabi saw dikabulkan Allah”
Sebelum Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, tokoh tokoh kafir Quraisy berkumpul seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan lain lainnya. Mereka berkumpul meminta kepada Nabi saw hal yang mustahil bisa terjadi menurut keyakinan mereka bisa melemahkan kedudukan beliau sebagai Nabi. Mereka meminta kepada Nabi saw untuk membelah bulan. Hal yang tidak masuk akal bukan? Mereka berkata, “Ya Muhammad, seandainya kamu benar benar seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua”. Rasulullah saw berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.”.
Lalu Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah “Ya Allah belahlah bulan ini menjadi dua”. Rasulullah saw memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Subahanallah….. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah saw berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.” .
bulan 1Demikian jarak belahan bulan itu cukup jauh sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Menurut sebagain riwayat bulan terbelah menjadi dua belahan, belahan pertama berada di jabal Abi Qubais *(1) dan sebelah lagi berjalan ke arah jabal Qua’iqu’an *(2). Kemudian kedua belan bulan itu kembali bersatu. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan mata telanjang..
Atas peristiwa ini Allah menurunkan ayat Al Qur’an:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ  وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ
”Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (Al Qomar, 1-2)
*(1) Jabal Abi Qubais.
Setiap muslim yang datang ke Makkah untuk berhaji atau berumrah pasti mendengar nama Jabal Abi Qubais, tapi dimana tempatnya banyak yang tidak mengetahuinya. Jabal Abi Qubaiis berada disebelah timur Baitullah, Jika kita berdiri membelakangi Hajar Aswad, maka pandangan kita akan melurus ke sebuah istana megah (Istana Shafa) berdiri diatas sebuah bukit yang telah dipapas. Sebetulnya memotong sebuah pohon saja di Makkah tidak diperbolehkan, apalagi mempapas sebuah bukit bersejarah.  Bukit yang telah dipapas sedemikian rupa, itulah Jabal Abi Qubais yang mempunyai sejarah yang berkaiatan dengan sejarah Baitullah dan Kota Makkah.
Menurut Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya “Fi Rihab al-Baitil Haram”,  Jabal abi qubais adalah bukit yang letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram dan berhadapan dengan bukit Shofa. Ia merupakan gunung yang pertama kali diciptakan Allah dimuka bumi setelah penciptaan baitullah Ka’bah.
Jabal Abi Qubais atau yang lebih dikenal oleh orang Indoneisa dengan nama Jabal kubais, mempunyai ketinggian 420 meter. Dulu di atas puncak bukit tersebut ada sebuah masjid kecil yang dinamakan Masjid Bilal.  Bukit ini menurut ulama Makkah merupakah bukit mulia karena berdekatan dengan Ka’bah dan menghadap ke bukit Shofa. Ada riwayat yang menyatakan bahawa Jabal Abi Qubais adalah gunung / bukit pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi kemudian terpencar darinya jabal jabal lainya.
Banyak peristiwa bersejarah berkait dengan Jabal Abi Qubais. Jabal Abi Qubais dikenal juga dengan nama Jabal al-Amin (bukit kepercayaan / bukit penyimpan amanah), kerena Allah telah mengamankan Hajar Aswad di bukit ini pada waktu datangnya air bah di zaman nabi Nuh as. Tatkala nabi Ibrahim as membangun Baitullah, Hajar Aswad dikeluarkan kembali dari Jabal Abi Qubais lalu dibawa oleh Jibril as dan serahkannya kepada nabi Ibrahim as untuk disimpan disudut Ka’bah.
Selain dari pada itu, diriwayatkan juga bahwa batu-batu yang digunakan untuk membangun Baitullah oleh nabi Ibrahim as diambil dari Jabal Abi Qubais dan Jabal al-Ka’bah. Setelah nabi Ibrahim ra selesai membangun Ka’bah, ia naik ke atas jabal Abi Qubais. Dari atas bukit ini ia berseru:
وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَميِقٍ
”Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh” (al-Hajj: 27)
Banyak juga riwayat yang menyatakan bahwa mukjizat Rasulallah saw membelah bulan terjadi di Jabal Abi Qubais seperti kisah diatas.
*(2) Jabal Qua’iqu’an
Ia dinamakan juga Qaiqu’an adalah bukit yang berada di sebelah selatan Masjidil Haram, terletak di daerah pintu menuju arah Syamiah dan berhadapan dengan bukit Marwah. Menurut Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya “Fi Rihab al-Baitil Haram”,  jabal ini memilki banyak nama diantaranya jabal al-’Abadi atau jabal Al-Sulaimaniyah atau jabal Al-Sudan atau jabal al-Hindi, dan ketinggiannya kurang lebih 410 m dari permukaan laut.
jabal Qaiqu’an merupakan jabal yang memilki nilai sejarah yang peting diataranya mukjizat Rasulallah saw disaat membelah bulan, satu belahan berada di atas Jabal Qubais, dan belahan kedua bergerak kearah Jabal Qaiqu’an.
Jabal ini merupakan jabal Akhsyabi atau bukit berbatu yang sangat keras setelah jabal Abi Qubais. Telah diriwatkan bahwa Jibril as pernah datang kepada Rasulllah saw lalu berkata ” Wahai Muhammad, seandainya kamu berkehendak agar aku hempaskan ke dua gunung batu keras ini kepada mereka (kafir Quraisy), maka akan kulakukan”. yang dimaksud dengan dua gunung batu keras disini adalah jabal Abi Qubais dan jabal Qaiqu’an.
Wallahua’lam
Share:

Mistiri Doa

Sebelumnya saya bawakan dua hadist Nabi saw yang berbunyi:

فَعَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلا بِضُعَفَائِكُمْ (رواه البخاري)
Dari Mus’ab bin Sa’ad, Rasulallah saw bersabda “Kalian tidaklah mendapat pertolongan dan rizki melainkan disebabkan oleh orang-orang lemah diantara kalian“ (HR: Bukhari)
لما روي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يَقُولُ : خَرَجَ نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ بِالنَّاسِ يَسْتَسْقِي فَإِذَا هُوَ بِنَمْلَةٍ رَافِعَةٍ بَعْضَ قَوَائِمِهَا إِلَى السَّمَاءِ , فَقَالَ : ارْجِعُوا فَقَدِ اسْتُجِيبَ لَكُمْ مِنْ أَجْلِ شَأْنِ هَذِهِ النَّمْلَةِ. (الحاكم في المستدرك و قال هذا حديث صحيح الإسناد)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: Salah seorang Nabi keluar mencari air (maksudnya: shalat istisqa’, meminta hujan kepada Allah), lalu ia melihat seekor semut dengan bersandar ke punggungnya dan mengangkat kedua kakinya ke langit. Kemudian ia (Nabi itu) berkata (kepada kaumnya), “Kembalilah pulang, Allah telah menerima do’a kalian karena do’a seekor semut ini.” (HR al-Hakim dalam Mustadrak dengan isnad shahih)
Al-kisah, bumi Basrah sudah lama tandus tidak turun hujan. Matahari sangat terik, angin padang pasir berhembus panas dan kering. Kemarau kali ini membuat penduduk gelisah. Air susah dicari, tanaman banyak yang mati, dan ternak mulai kelihatan kurus.
Penduduk tidak tinggal diam. Mereka bersepakat untuk medirikan sholat Istisqa’ (shalat minta hujan). Sholat itu dihadiri oleh para alim ulama dan tokoh masyarakat Basrah yang dipimpin oleh salah seorang ulama top di antara mereka.
Dengan kehadiran para alim ulama terkemuka, sholat Istisqo’ ini dianggap sesuatu yang istimewa. Mereka berfikir Allah pasti mengkabulkan permintaan mereka. Mereka yakin harapan mereka dikabulkan dan hujan akan segera turun
Setelah selesai sholat istisqa’ dua rakaat dan khotbahnya , ternyata tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, tidak ada mendung, tidak ada awan bahkan matahari semakin terik. Kemudian timbul pertanyaan mengapa hujan tidak turun? Sedangkan mereka sholat sama-sama para alim ulama Basrah.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan sholat Istisqa’ yang kedua kalinya dengan harapan agar Allah mengabulkan do’a mereka. Selesai sholat yang kedua, keadaanya masih sama. Tidak ada tanda tanda turun hujan, tidak ada mendung dan tidak ada tanda-tanda do’a mereka dikabulkan. Langit masih tetap cerah dan matahari masih tetap terik. Para alim ulama dan masyarakat semakin bertanya tanya apa sebabnya tidak turun hujan?.
Kemudian disusul dengan shalat istisqa’ yang ketiga. Harapan besar mereka agar Allah mengabulkan do’a mereka kali ini. Tapi, masih tetap tidak ada tanda tanda turun hujan, Matahari masih tetap terik, awan tetap cerah. Para ulama mulai gelisah. Timbul tanda tanya kenapa do’a mereka tidak dikabulkan? Akhirnya seluruh penduduk dan ulamanya pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Hanya satu orang sufi yang tidak pulang. Ia bernama Malik bin Dinar (**). Ia duduk di lapangan beberapa saat memudian pergi ke masjid yang tidak berjahuan dari lapangan. Ia duduk di masjid sampai larut malam. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran seseorang ke dalam masjid. Orang itu berkulit hitam dan penampilannya sangat sederhana sekali. Ia memakai sarung dan baju dari kulit domba.
Malik mengamati gerak-geriknya dan ingin mengetahui apa yang akan dilakukan di larut malam seperti ini. Orang itu pergi ke tempat wudu lalu menuju ke mihrab. Ia kemudian mengerjakan sholat dua raka’at. Sholatnya pun tidak terlalu lama, surat yang dibaca tidak panjang, begitu pula kiam, ruku dan sujudnya sekedar tuma’ninah.
Selesai sholat, orang itu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdo’a. Malik bin Dinar mendengar isi do’a yang ia sampaikan dengan nada yang tidak terlalu keras tapi bisa didengar orang. Ia berkata:
“Ya Allah, sesungguhnya hamba-hamba-Mu telah datang berkali-kali kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun dari kekuasaan-Mu. Apakah rahmat dan belas kasihanmu terhadap mereka telah habis? Atau jika kamu kabulkan harapan mereka akan mengurangi kekuasaan-Mu? Ya Allah, aku bersumpah demi nama-Mu dan kecintaan-Mu kepadaku turunkanlah hujan kepada kami dengan secepatnya”
Setelah do’a dibaca oleh orang tersebut, angin dingin datang dengan sekerasnya, awanpun mendung, bumi mejadi gelap gulita dan suara halilintar terdengar dengan sekerasnya. Tidak lama kemudian, hujan turun dengan lebatnya. Dengan seketika bumi Bashrah menjadi basah.
Malik bin Dinar tercengang menyaksikan keadaan tsb. Ia menunggu hingga orang itu selesai dari munajatnya lalu menghampirinya dan berkata: “Wahai pemuda, kamu tidak malu kepada Allah dengan dengan isi do’a yang kamu bacakan tadi.”. Pemuda itu bertanya: “isi do’a yang mana yang kamu maksudkan?”. Malik bin Dinar berkata, “Do’a yang kamu baca bahwa yang mana Allah mencitaimu. Apakah kamu memang yakin bahwa Allah mencintaimu?”.
Lalu orang itu menjawab dengan singkat, “Karena Aku sangat mencintai Allah, maka aku yakin Allah akan mencitaiku. Bagaimana aku beribadah tanpa menanamkan rasa cintaku kepada-Nya? Maka sesuai kadar cintaku kepada-Nya aku dapatkan cinta-Nya kepadaku”. Setelah itu, ia segera pergi. Malik bin Dinar mencoba menahannya. “Tunggu sebentar, aku ingin tahu siapa kamu itu sebenarnya? “Aku adalah seorang pembantu yang mempunyai kewajiban untuk mentaati perintah majikanku” jawabnya.
Akhirnya Malik mengikutinya dari jauh. Pemuda itu memasuki rumah orang kaya di Basrah. Pagi harinya ia segera menuju rumahnya dan menanyakan jika orang kaya itu ingin menjual pembantunya. Orang kaya itu berkata, “Ambillah budak ini. Terserah berapa saja kamu ingin bayar harganya. Ia tidak berguna bagiku, karena malam ia habiskan waktunya untuk menangis dan siang untuk shalat dan puasa”
Kemudian Malik bin Dinar menuntun tangan pemuda tadi dan dibawa ke rumahnya. Di tengah jalan ia meminta untuk mampir ke masjid. Setibanya di masjid, ia berwudu dan terus mengerjakan sholat sunat dua rakaat. Malik bin Dinar mengamatinya, ia ingin tahu apa yang ingin dilakukan oleh pemuda itu. Selesai sholat, ia mengangkat kedua tangannya dan berdoa seperti yang dilakukannya malam itu. Tetapi kali ini dengan do’a yang berbeda:
“Ya Allah, rahasia antara aku dan Engkau telah telah diketahui oleh semua makhluk. Bagaimana aku bisa hidup dengan tenang di dunia ini karena telah ada orang ketiga menjadi penghalang antara aku dan diri-Mu. Aku bersumpah demi kecintaan-Mu kepadaku, cabutlah nyawaku sekarang juga,”
Setelah diturunkan kedua tangannya pemuda itu sujud. Malik bin Dinar mendekatinya, menunggu dia bangun dari sujudnya. Tetapi ia sujud agak lama dan tidak bangun-bangun. Malik menggerakkan badannya, tapi… ia sudah tidak bernyawa lagi. Subhanallah.
(**) Malik bin Dinar seorang tabi’in yang hidup di zaman Hasan al Bashri, bahkan ia adalah salah seorang muridnya. Ia terhitung sebagai seorang Shufi, ilmuwan yang zuhud dan rendah hati. Dia adalah seorang yang suka merendah dan tidak mau makan kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Dan kerjanya adalah menulis mushaf  dengan upah. Ia juga ahli hadits yang diriwatkan dari tokoh-tokoh hadist di masa lampau seperti Anas bin Malik, Ibnu Sirin dll. Malik bin Dinar meninggal sekitar tahun 130 H yang bertepatan tahun 748 M. Dalam do’a nya yang populer Malik bin Dinar berkata : “Ya Allah, janganlah Kamu masukkan apapun ke dalam rumah Malik bin Dinar”.
Wallahu’alam
Share:

Bertaklid Kepada Selain 4 Mazhab

Apakah Boleh Bertaklid Kepada Selain 4 Mazhab?

113Taklid bukanlah tindakan atau sikap ikut-ikutan atau membebek, melainkan tindakan bijaksana dan hati-hati dalam beragama. Yakni demi keselamatan umat Islam dan diri sendiri, seperti yang dilakukan Imam Ghazali dan Imam Nawawi, mereka bertaklid kepada mazhab walaupun mereka adalah tergolong Mujtahid.
Taklid adalah mengikuti pendapat seorang mujtahid yang telah menggali hukum dari sumber-sumber aslinya, al-qur’an, sunnah, ijma’ dan kiyas. Taklid merupakan kewajiban bagi orang yang tidak mampu mencapai tingkatan Mujtahid
Dalam masalah taklid, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muqallid (orang yang bertaklid). Pertama, harus mengikuti salah satu dari empat mazhab resmi dalam Islam, yakni Hanafi, Maliki, Syafie, atau Hanbali. Para Jumhur Ulama bersepakat bahwa dilarang bertaklid kepada selain mazhab yang empat, walau untuk dikerjakan pribadi, apalagi untuk difatwakan.
Sekarang kenapa kita tidak boleh bertaklid selain dari 4 mazhab trb diatas?
Kita tidak boleh bertaklid selain 4 mazhab. Dalam hal ini, bukan berarti kita mengesampingkan ilmu dan ijtihad ulama dari selain mazhab empat, namun disebabkan kurangnya sikap perhatian murid-murid selain mazhab empat untuk menjaga pemikiran gurunya, sehingga dikhawatirkan terjadinya penyimpangan dan perubahan.
Contohnya: Imam al-Laith bin Sa’ad adalah hidup sezaman dengan Imam Malik. Imam as-Syafie telah menyatakan bahwa Imam AI-Laits lebih fakih daripada Imam Malik, tetapi sayang pengikut dan muridnya (al-Laits) tidak menyebarkan pendapat-pendapatnya.
Di Iraq pula terdapat Sufyan al-Thauri yang tidak kurang martabat kefakihannya dari pada Imam Abu Hanifah. Imam al Ghazali telah menganggapnya sebagai salah seorang Imam yang pintar di dalam fiqih.
Begitulah juga dengan Imam at-Tabari adalah seorang mujtahid. Beliau adalah imam di dalam fiqih, tafsir, hadits dan tarikh. Mazhabnya mempunyai pengikut, tapi sayang kemudian habis dan putus.
Di kalangan keluarga Rasulullah saw pula terdapat Imam Ja’far as-Shadiq. Ia adalah mujtahid serta diakui ahli sunnah. Begitu pula Mazhab Zaidiyah yang dianut sebagian kecil masyarakat Yaman, berasal dari Imam Zaid bin Ali bin al-Husain. Dunia Islam bukan tidak mengakui kemampuan dan kehebatan kedua Imam ja’far dan Zaid sebagai mujtahidin, karena selain sebagai pemikir Islam yang memiliki martabat yang tinggi dalam tingkat keilmuan, beliau tergolong ulama yang saleh. Hanya saja, murid-muridnya mengabaikan usaha gurunya, sehingga tak mampu menjaga hasil karya mereka.
Kemudian, ada 4 mazhab. Mengapa timbul mazhab mazhab lain? Kita tidak sebut selain empat mazhab mereka adalah mazhab-mazhab yang sesat. Sebab dalam Islam lahir 73 mazhab (aliran). Dari 73 mazhab itu ada 72 mazhab sesat. Hanya satu saja yang tidak sesat yang dikatakan aliran ahli sunnah wal jamaah. Dari aliran itu timbul 4 mazhab. Inilah mazhab-mazhab yang sah, yang dianggap satu aliran yaitu ahlisunnah wal jamaah.
115Mazhab yang 4 ini dianggap satu, yang dikatakan mazhab yang berpegang pada ahli sunnah wal jamaah. Perbedaan antara 4 mazhab hanya pada bab-bab furu’, bukan pada bab-bab pokok (hukum). Perbedaan mereka bukan masalah-masalah aqidah, bukan masalah usuluddin, hanya bab furu’ ada kelainan sedikit.
Dan yang selain dari mazhab yang 4 ini, tidak terkenal. Kitab-kitab mereka tidak ada, dan banyak yang sudah hilang, makanya tidak bisa dijadikan bahan rujukan. Adapun 4 mazhab ini ada kitab-kitab dan ada rujukan mereka. Imam Malik ada kitabnya yang terkenal “Al-Muwattha’ “. Imam Syafie ada kitabnya Ar-Risaalah dan kitabnya dalam bidang fiqh yang menjadi induk dari mazhabnya yaitu Al-Umm.
114Kedatangan pakar-pakar hadits adalah setelah datangnya para Imam Mazhab. Para Imam mazhab datang di kurun yang pertama. Pakar-pakar hadits datang di kurun yang ke 3. Maka dari itu kebanyakan pakar-pakar ilmu hadits mereka bermazhab. Mereka itu kebanyakannya bermazhab Syafi’e. Padahal hadits di kepala mereka. Bahkan ada di kalangan mereka yang hafal Al Quran. Artinya tempat rujuk ada pada mereka. Seharusnya mereka bisa dan mampu buat mazhab tetapi mereka tidak buat. Mereka bermazhab kepada mazhab Syafi’i.
116Karena sekarang ini, orang sangat mudah menolak mazhab. Sedangkan pakar hadits pun bermazhab. Merujuk pada Mazhab Syafi’e. Jadi jangan mudah terpengaruh. Pakar hadits pun ikut mazhab. Masa kita tidak ikut mazhab sedangkan kita ini, satu ayat pun tidak faham. Apalagi beribu-ribu hadits.
Share:

Wahyu Nabi

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْىِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِى النَّوْمِ ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ (رواه التخاري)
112
Dari Aisyah Ummul Mukminin r.a. bahwa ia berkata, “Pertama turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW secara mimpi yang benar waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. (HR. Bukhari)

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رضى الله عنها  أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رضى الله عنه سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْىُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَحْيَانًا يَأْتِينِى مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَىَّ فَيُفْصَمُ عَنِّى وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِىَ الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِى فَأَعِى مَا يَقُولُ . قَالَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْىُ فِى الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا (رواه البخاري)
Dari Aisyah Ummul Mukminin ra bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulallah saw, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada Anda?” Rasulullah menjawab, “kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa yang disampaikannya. Kadang-kadang malaikat menjelma seperti seorang laki-laki menyampaikan kepadaku dan aku mengerti apa yang disampaikannya,” Aisyah berkata, “Aku pernah melihat Nabi ketika turunnya wahyu kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan dahi Nabi berkeringat.” (HR Bukhari)
Dari hadist2 di atas bisa diambil kesimpulan ada tiga macam cara Rasulallah saw  menerima wahyu dari Allah, yaitu pertama melalui mimpi, kedua melalui suara yang mirip dengan suara lonceng dan ketiga melalui Malaikat yang turun dalam bentuk aslinya atau menjelam menjadi seorang lelaki. Diantara tiga cara penurunan wahyu ini, yang paling berat bagi Rasulallah saw adalah wahyu yang turun melalui suara yang mirip dengan suara lonceng.
111
Sekarang bagaimana caranya Rasulallah saw menerima wahyu Allah??  Tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya. Pengetahun tentang cara penerimaan wahyu tersebut merupakan salah satu rahasia Allah. Hal ini tidak bisa diuraikan secara akal atau fikiran atau yang lebih tepat lagi dikatakan hal yang bersifat ghaib atau berada di luar jangkauan akal manusia. kemudian diartikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang diberikan kepada beliau, sebagai bukti kenabiannya yang tidak mampu ditantang atau dilawan oleh manusia biasa.

Berlainan dengan Malaikat, mereka menerima wahyu dari Allah tampak huruf dan tampak suara. Disini Allah telah menciptakan ilmu tersendiri yang diberikan kepada diri si penerima wahyu sehingga ia dapat memahami apa yang diwahyukan oleh Allah. Sebagaiman ucapan Allah tidak seperti ucapan makhluk, maka kemampuan mendengar yang diberikan Allah kepada seseorang yang akan menerima wahyu juga berbeda dan tidak sama dengan kemampuan mendengar makhluk lain pada umumnya.
Cara penerimaan wahyu yang menyerupai lonceng tersebut terasa paling berat bagi Rasulallah saw. Sebab dalam kondisi tersebut, Rasulallah saw telah memasuki alam Malaikat dan meninggalkan alam kemanusiaan. Di alam tersebut Rasulallah saw menerima wahyu sebagaiman para malaikat menerima.
Beturan suara yang dihasilkan dari lonceng menimbulkan suara dengung. Suara Itulah yang sangat berat bagi Rasulallah saw. Memahami perkataan dengan bunyi lonceng lebih sulit daripada memahami perkataan secara langsung. Sebagian ulama mengatakan bahwa berat atau sulitnya menerima wahyu bertujuan agar Nabi lebih konsentrasi untuk memasuki alam baru. Setelah bunyi itu berhenti baru Rasulullah saw  mengerti perkataan yang disampaikan Allah kepadanya. Subahanallah (Maha Suci Allah) yang telah memberikan kekuatan kepada Rasulallah saw menerima wahyu dengan cara ini.
Sedang wahyu yang turun dengan perantaraan Malaikah dapat diterima langsung oleh Rasulallah saw tampa harus menuju alam Malaikat. Dalam hal ini baginya  tidak terlalu berat jika dibanding cara yang menyerupai suara lonceng. Penerimaan wahyu melalui Malaikat ada dua cara. Pertama Malaikat turun kepada Nabi saw dalam bentuk aslinya dan kedua turun menjelma sebagai seorang laki muda tampan.
Malaikat dalam Islam, merupakan makhluk mulia, halus dan mengagumkan yang diciptakan Allah dari cahaya dan terpelihara dari maksiat. Mereka bukan laki laki atau perempuan, tidak kawin, tidak berketurunan, tidak beribu dan berbapak, tidak tidur dan tidak makan dan minum. Mereka bisa berubah bentuk, sebagaimana terjadi pada malaikat Jibril as ketika menyampaikan wahyu kepada Rasulallah saw. Tidak jarang ia menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya dan juga dalam bentuk seorang laki laki muda yang tampan. Begitu pula Malaikat telah menampakkan dirinya kepada siti Maryam dalam rupa laki-laki yang sempurna, sebagaimana Malaikat juga menampakkan dirinya sebagai tamu mulia kepada nabi Ibrahim as.
Para ulama menyatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, kecuali para nabi dan itu pun karena Allah menguatkan mereka. Allah berfirman dalam surat Al-An’am ayat 8 yang artinya: “Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu,”. Para ulama mentafsirkan jika Malaikat turun dalam bentuk aslinya kepada manusia maka semua akan mati karena mereka tidak akan sanggup melihat bentuk malaikat. Sudah diketahui bersama bagaimana beratnya keadaan Nabi saw tatkala beliau melihat rupa asli Jibril di dalam goa Hira’. Terkadang wahyu turun pada musim dingin yang sangat dingin. Karna berat beban wahyu Allah sehingga beliau mengucurkan keringat yang sangat banyak. (Lihat kitab Akidah Menurut Ajaran Nabi oleh Habib Abdurahman Assagaf)
Allah memberi kekuatan dan kemampuan luar biasa kepada Rasulallah saw untuk menerima wahyu-Nya. Bahkan ketika menerima perintah sholat. Rasulallah menerimanya langsung dari Allah, tampak perantara Malaikat dan tidak ada satu pun malaikat yang mampu ikut menemani Rasulallah saw disaat bertemu dengan Allah.
Semua diatas menunjukan betapa kebesaran Junjungan Nabi kita Muhammad saw.
Allahumma shali wasallim wa barik ‘alih wa ‘ala alih
wallahu’alam
Share:

“ALLAH”


  Kata ALLAH dalam bahasa Arab terdiri dari empat kata yaitu alif, lam, lam dan ha. Pada lam pertama dan lam kedua terdapat tasydid sebagai tanda idham. Pula dalam bahasa Arab kata ALLAH dinamakan ghairu musytaq yang dimaksud disini tidak ada asal katanya dan bukan pecahan dari kata kata lain. Karena itu kata ALLAH tidak bisa diubah menjadi bentuk tatsniyah (ganda) dan jama’ (plural). Begitu pula  kata ALLAH  tidak bisa dijadikan sebagai mudhaf, tapi bisa dijadikan sebagai mudhafun ilah misalnya Abdullah, Rasulallah, Habibullah, Nashrullah, Habibullah dll.

Kata ALLAH dalam bahasa Arab bisa juga disebut sebagai isim murtajal, maksudnya kata ALLAH adalah nama asal bagi dzat yang wajib ada, Yang Maha Suci, Maha Agung dan Yang Berhak Disembah (ma’baud). Tidak ada satupun makhluk yang berhak memakai nama ALLAH.

Karena itu nama ALLAH tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Maka terjemahan ALLAH menjadi God dalam bahasa Inggris atau Tuhan dalam bahasa Indonesia, adalah tindakan yang “batil” dan menyimpang dari ajaran Islam. Karena God bisa diubah menjadi bentuk jama’ –plural- (Gods), dan Tuhan bisa diubah menjadi bentuk jama’ (Tuhan-Tuhan). Sedangkan ALLAH tidak bisa diubah menjadi bentuk jamak.

Dalam Al Qur’an, kata ALLAH disebut sebanyak 2153 kali, semuanya dalam bentuk mufradh atau tunggal, karena lafdzul jalalah (lafdz yang agung) ini adalah Esa dan Mutlak, sesuai ayat al Qur’an dalam surat al Ikhlash 1-4 “ Katakanlah; Dia Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang serata dengan Dia”. Dalam ayat lainnya surat Taha,14 “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.

ALLAH dalam akidah Islam itu berbeda dengan makhluk Nya (laisa kamislihi syaiun), Allah tidak serupa dengan apapun. ALLAH Maha Mendengar, Maha Tahu, Maha Melihat, dan tidak ada yang setara dengan Nya.

Dan ALLAH Maha Mengetahui
Share:

Total Pageviews