Allah berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (الاسراء 24 )
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Al-Isra’ 24
Itulah salah satu inti doa “Birrul Walidain” yang dibacakan setelah khatam tarawih.
Dalam kehidupan, orang banyak mencari para wali baik mereka masih hidup atau sudah mendinggal dunia. Mereka memohon kepada Allah dengan kemurahan dan keberkahan para wali bisa membantu kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih lancar dan sukses. Bahkan mereka rela datang dari tempat yang jauh dengan perjalanan berhari-hari agar Allah memberikan kepadanya ma’unah atau pertolongan dari Allah melalui perantaraan para wali.
Tapi sayang satu karamat yang banyak dilupakan orang adalah keramat seorang ibu. Dialah yang dimuliakan Allah tiga kali lipat dibanding kemuliaan ayah. Dialah karamat diatas segala karamat yang ada di muka bumi. Dialah figur yang digambarkan oleh Rasulallah saw sebagai sosok manusia yang memiliki doa yang sangat mustajab melebihi dari doa2 makhluk lainya. Beliau bersabda, “Doa orang tua kepada anaknya seperti doa nabi kepada umatnya”
Dalam sebuah kisah, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang dengan Rasulullah ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua. Rasulallah saw berkata: “Pulanglah berbaktilah kepadanya, sesungguhnya surga berada di telapak kakinya”. Hadis ini membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua sebanding dengan para mujahidin yang berjihad di medan perang.
Dari kebesaran kewalian seorang ibu Rasulallah saw telah berpesan kepada Umar ra dan Ali ra untuk meminta doa dari seorang wali yang salih, ta’at dan berbakti kepada ibunya, ia bernama Uais Al-Qarni. Ia sangat cinta kepada ibunya yang lumpuh. Ia rela berkorban untuk segala galanya demi mendapatkan keredhoan ibunya.
Rasulallah berpesan: “Nanti, pada zamanmu akan lahir seorang manusia yang doanya sangat mustajab. Pergi dan carilah dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau kamu berdua berjumpa dengannya mintalah doa darinya untuk kamu berdua.”
Umar ra dan Ali ra bertanya, “Apa yang patut kami minta dari Uais al-Qarni, Ya Rasulullah?“. Beliau menjawab, “Mintalah kepadanya agar Allah mengampuni dosa dosa kalian”
Itulah Uais Al-qarni yang doanya mustajab dan didengar diatas langit. Ia rela memangku ibunya yang lumpuh dengan kedua tangannya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah disaat melakukan ibadah haji, memangkunya disaat mengerjakan thawaf, sa’i dan wukuf di padang Arafah. Dan juga ia rela memangku ibunya dengan kedua tangannya berjalan kaki disaat kembali dari Makkah ke Yaman
Pada suatu ketika Hasan al-Bashri thawaf di Ka’bah. Beliau bertemu dengan seorang pemuda yang memanggul keranjang di punggungnya. Beliau bertanya: “Apa isi keranjang ini?. Orang itu menjawab: “Di dalamnya ada ibuku, aku menggendongnya. Aku orang tidak mampu. Selama bertahun-tahun, ibuku ingin beribadah haji, tetapi aku tidak punya ongkos. Aku tahu persis keinginan ibuku amat kuat. Ia sudah terlalu tua, setiap membicarakan Ka’bah kapan saja ia menangis. Aku tak sampai hati melihatnya seperti itu, maka aku membawanya di dalam keranjang ini dari Suriah ke Baitullah”. Kemudian pemuda tadi bertanya, “Ya Imam, apakah aku dapat membayar jasa ibuku dengan berbuat seperti ini?” Hasan al-Bashri menjawab, “Sekalipun engkau berbuat seperti ini lebih dari tujuh puluh kali, engkau tak bisa membayar sebuah tendanganmu ketika engkau berada di dalam perut ibumu!”. Subanallah.
Maka bacalah:
رَبِّ اغْفِرْ لِيَّ وَلِوَالِدَيَّ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”.
Wallahu’alam
0 komentar:
Post a Comment