- Jangan Nilai Seseorang dari Tampak Luarnya Saja -
Yang menjadi standar penilaian dirimu :
Harta ? Bukan!
Jabatan? Bukan!
Banyaknya Teman? Bukan!
Banyaknya pengikut? Banyaknya "Like"? Banyaknya pengunjung web? Banyaknya jama'ah pengajian? Besarnya organisasi? Kuatnya dana? Canggih dan megahnya sarana dan prasarana?
Semua itu barulah menjadi sebuah kebaikan ,jika hati baik dan amal benar, jika terpenuhi Al-Ikhlas dan Al-Mutaba'ah, Sesuai dg Ilmu yg hak dan Amal yg shaleh!
Simaklah!
Allah hanya melihat hati dan amal seorang hamba,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
«إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ»
“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk-bentuk tubuh dan harta-harta kalian,akan tetapi melihat kepada hati-hati dan amal-amal kalian” (Shahih Muslim).
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan makna
{أَحْسَنُ عَمَلًا},
هو أخلصه وأصوبه
“Yaitu yang paling ikhlas dan paling benar (sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam)”
Dengan Ilmu, ikhlas dan Iman hati itu menjadi baik, dan dengan Al-Mutaba'ah amal itu menjadi benar. Dan semua itu terangkum dalam : "Ilmu dan Amal" & "Ikhlas dan Al-Mutaba'ah".
Jika kita bangun tidur, lalu berfikir : "Bagaimana keikhlasan saya dan Mutaba'ah saya?" & "Ilmu agama Islam apa yg belum saya ketahui dan belum saya pelajari ulang?", "Amal shaleh apa yg belum saya lakukan hari ini ?, Ibadah apa yg saya masih teledor melakukannya? atau amal shaleh apa yang belum istiqomah saya jaga? atau amal salah apa yg saya terlanjur lakukan? " "Bagaimana hati saya?"-----> maka inilah tanda-tanda benar standar muhasabah kita .
Demikian pula sebuah organisasi atau negara , baru dikatakan organisasi atau negara yang baik dan maju serta jaya, jika tersebar dan makmur Ilmu Ad-Din dan Amal shaleh di tengah-tengah anggota/masyarakatnya, Al-Ikhlas dan Al-Mutaba'ah di anggota/penduduknya!
Begitulah hakekat sebuah keluarga dan rumah tangga serta komunitas, nyata maupun maya!
Jadi, jangan tertipu penampilan lahiriyyah yang menawan, padahal hakekatnya sebaliknya!
Alangkah indahnya ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya Al-Ubudiyyah:
فالعاقل ينظر إلى الحقائق لا إلى الظواهر
“(Ciri khas) orang yang berakal adalah melihat hakekat (sesuatu),tidak terjebak dengan dhohirnya !”
0 komentar:
Post a Comment