Kita sudah tahu bahwa Facebook ibarat pedang bermata dua, jika kita gunakan secara bijak, maka sangat bermanfaat untuk dakwah dan silaturahmi. Facebook juga punya sisi negatif, terlalu berlama-lama dan terbawa arus dunia facebook juga bisa “wasting time”, buang-buang waktu yang tidak kita sadari.
Awalnya mungkin kita ingin sekedar refreshingatau ingin tahu kabar-kabar ringan sebelum mengerjakan tugas. Tapi ternyata setelah membuka beberapa link yang di posting oleh teman kita, kita menjadi pensaran, akhirnya kita telusuri berita politik terbaru, kita telusuri fenomena terbaru kita cari-cari tulisan-tulisan yang update masalah hangat. Padahal hakikatnya kita membuang-buang waktu, berita-berita itu tidak terlalu penting bagi kita.
Belum lagi ada status teman yang unik, menarik kemudian kita saling komentar, saling menunggu bahkan terkadang saling menunjukkan eksistensi kita, terkadang saling mengolok-ngolok ringan, tidak jarang akhirnya mengarah pada pembicaraan tidak jelas dan tidak bermanfaat.
Semua itu terkadang memakan waktu yang tidak sedikit, tanpa sadar ternyata kita sudah megotak-atik facebook selama 2 jam atau 3 jam. Tugas kita menjadi terbengkalai, rencananya ingin belajar karena besok ujian menjadi tertunda, karena setelah membuka facebook dan terlena dengan dunia maya, terkadang sulit mengembalikan “mood” mengerjakan tugas atau belajar.
Waktu yang sangat berharga
Orang-orang sukses tahu betapa berharganya waktu, waktu luang itu mahal, dan orang sukses akan “pelit” dengan waktunya serta akan sangat menyesal jika waktunya dihabiskan dengan sia-sia dan tanpa manfaat. Waktu luang harus kita syukuri dan manfaatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”.[1]
Pepatah Arab yang menggambarkan pentingnya waktu,
.الوقت أنفاس لا تعود
“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menukilkan perkataan Imam Syafi’irahimahullah, beliau berkata,
صَحِبْتُ الصُّوفِيَّةَ فَلَمْ أَسْتَفِدْ مِنْهُمْ سِوَى حَرْفَيْنِ: أَحَدُهُمَا قَوْلُهُمْ: الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ “.
“Saya menemani orang sufi, aku tidak mendapat manfaat kecuali dua, salah satunya: “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu”[2]
Dan orang sukses dunia-akhirat akan sangat menyesal jika waktunya terbuang percuma tanpa manfaat dan faidah. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.
“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”[3]
Mereka juga pelit dengan waktu mereka, Hasan Al-Bashri rahimahullah berkat,
أدركت أقواما كان أحدهم أشح على عمره منه على درهمه
“aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka”[4]
Bahaya Kecanduan facebook
Ada juga yang sudah kencanduan, seahari tidak buka facebook sepertinya ada yang kurang, bahkan bisa ga “mood” seharian. Bisa jadi facebook sudah menjadi rutinitas harian.
Mungkin seperti ini rutinitasnya:
-Setelah sholat subuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam [padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main],
-Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting
-sore hari setelah istirahat juga langsung buka facebook lagi, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada, awalnya berniat membuka link-link bermanfaat, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.
-magribnya juga terkadang ada saja yang buka update status
-kemudian ba’da isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ibadah ini dan itu, baru selsai buka puasa sunnah dan lain-lainnya.
Jika seperti ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal.
Hal ini kurang bermanfaat dan harus ditinggalkan, Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”[5]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”[6]
Inilah kaidah kehidupan, bahwa jika kita tidak mengisi kehidupan kita dengan kegiatan positif, kita tidak mencari kegiatan positif, maka PASTI kita isi dengan kegiatan yang negatif atau minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Tidak ada yang tengah-tengahnya.
Isi dengan kebaikan dan manfaatkan dengan bersyukur
Kita perlu ingat bahwa waktu kita akan ditanya dan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”[7]
Nikmat waktu luang juga perlu kita syukuri dengan cara memanfaatkan dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia-akhirat kita.
Ibnu Rajab rahimahullah menukil perkataan Ibnu Hazm rahimahullah,
كل نعمة لا تقرب من الله عز وجل، فهي بلية.
“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.”[8]
Allah Ta’ala berfirman,
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Ali Imron: 145).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Ibrahim: 7).
Demikian semoga bermanfaat dan semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
0 komentar:
Post a Comment