MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Monday 10 August 2015

Dunia dan akhirat harus seimbang?

Dunia dan akhirat harus seimbang?
Sudah menjadi kelaziman pada saat ini, sering kali masyarakat banyak(terutama kaum sosialis) berkata ‘Dunia dan Akhirat itu Mesti Seimbang’.
Bagaimana mestinya umat Muslim bersikap?Benarkah kebutuhan dunia dan akhirat itu harus seimbang?
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”[QS. Adz Dzaariyaat:56]
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”[QS. Al An’aam:162]
“(Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.”[QS. Yunus:70]
Allah subhanahu wata’ala sudah menjelaskan dalam firman-firman-Nya bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan akhirat lah yang kekal. Lantas bagaimana mungkin kita menyamakan antara dunia dan akhirat, menyamakan kebutuhannya, menyamakan porsinya dalam menjalankan kehidupan? Sementara tujuan akhir kita adalah akhirat itu sendiri.
Akal diciptakan untuk memahami ilmu/wahyu, berupa Qur’an dan Sunnah. Jika kita berpikir dengan akal, hidup di dunia ini hanya sementara (63 tahun, jika berpatok pada umur baginda shallallaahu ‘alaihi wasallam), sedangkan akhirat itu kekal. Dimana letak kesamaannya?Sudah semestinya kita memberi porsi yang lebih untuk bekal hidup kita di akhirat. Mengisi setiap hari yang dilalui dengan ibadah dan rasa syukur, tidak hanya sibuk dengan kegiatan keduniawian.
KESENANGAN DUNIA SEMENTARA
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“…Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”[QS. Al Baqarah:126]
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.”[QS. Al Mu’min:39-40]
BERASAL DARI KAUM DUNIAWI, MATERIALIS, LIBERALIS DAN SOSIALIS
Sehingga tidak diragukan lagi bahwa perkataan ‘Dunia dan Akhirat itu Mesti Seimbang’ itu bukan berasal dari Islam, tetapi dari kaum yang cinta dunia melebihi akhirat. Dan ini merupakan ciri-ciri orang kafir. Mereka sengaja merusak aqidah orang Muslim untuk mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat. Karena mereka (kaum kafir) tidak akan senang terhadap orang Muslim hingga orang Muslim memeluk agamanya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.”[QS. Ali ‘Imran:196-197]
DUNIA TEMPAT SENDA GURAU SESAAT
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”[QS. Al ‘Ankabuut:64]
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”[QS. Muhammad:36]
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”[QS. Al An’aam:32]
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia…”[QS. Al An’aam:70]
DUNIA UNTUK BERSYUKUR/BERIBADAH
Manusia tidaklah diciptakan melainkan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan terhadap segala nikmat yang diberikan manusia wajib bersyukur, salah satunya dalam bentuk shalat. Karena rasa syukur tidak hanya ditunjukkan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.[QS. Ibrahim:7]
“…dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”[QS. An Nahl:114]
PERINTAH UNTUK PERBANYAK IBADAH DAN LARANGAN DURHAKA
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”[QS. Al Israa’:79]
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).”[QS. Al Mu’min:14]
“Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”[QS. Al Jin:23]
ANCAMAN BAGI YANG MENGINGKARI
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).”[QS. Hud:103]
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”[QS. Al A’raaf:51]
“… Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.”[QS. Az Zumar:8]
ZUHUDNYA KAUM SALAF
“Umat terdahulu selamat (jaya) karena teguhnya keyakinan dan zuhud. Dan umat terakhir kelak akan binasa karena kekikiran (harta dan jiwa) dan cita-cita kosong.” [Ibnu Abi Ad-Dunia]
“Barangsiapa zuhud di dunia maka ringan baginya segala musibah.”[HR. Asysyihaab]
Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Maka zuhud terhadap dunia maksudnya apabila berbuat bukan demi mendapatkan nilai duniawi tetapi semata-mata Lillah, maka sama saja baginya mendapat pujian atau mendapat celaan manusia. Dengan kata lain zuhud itu berarti menjalankan kehidupan untuk tujuan dunia itu hanya sekedarnya saja. Karena yang utama adalah kehidupan kekal di akhirat. Dan segala ibadah yang dilakukan hanya karena Allah ta’ala.
Kaum salaf (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in), merupakan kaum paling zuhud di dunia (sesudah Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam). Memenuhi kebutuhan dunia hanya sekedarnya saja, maka tidak megherankan jika kehidupan mereka tidak jauh dari kesederhanaan, jika tidak dikatakan kemiskinan. Makan dan minum secukupnya, tetapi dalam beribadah mereka begitu taat, dan tidak tertandingi oleh kaum zaman sesudahnya.
Dari Abul-Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiallahu ‘anhu dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan aku suatu amal, jika aku lakukan akau akan dicintai Allah dan dicintai oleh manusia. “Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya dicintai Allah dan zuhud lah terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu.”[HR Ibnu Majah dan lain-lain]
Jadi berhati-hatilah dalam mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, karena kaum liberalis dan kafir tidak akan pernah senang dengan tegaknya syari’at Islam. Mereka akan selalu berusaha merusak aqidah kaum Muslimin dengan doktrin-doktrinnya hingga kaum Muslimin ingkar terhadap ajarannya. Mencintai dunianya melebihi cintanya terhadap kehidupan akhiratnya.
Share:

0 komentar:

Total Pageviews

Archive