MOTIVASI HIDUP ISLAM

Visit Namina Blog

Monday 10 August 2015

Nasehat Kematian Umar Bin Abdul Aziz


.
.
Suatu ketika,Umar bin Abdul Aziz Radhiyallahu 'anhu mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar, Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari
kubur jenazah tadi.
Beberapa sahabatnya bertanya, “wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau menjadi walinya. Engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya“.
Umar berkata, “Ya, Sesungguhnya kuburan ini memanggilku dari belakang. Maukah kalian
kuberitahu apa yang ia katakan kepadaku? “.
Mereka menjawab, “ Tentu ”.
Umar berkata, “Kuburan ini memanggilku dan berkata,
‘Wahai Umar bin Abdul Aziz,maukah kuberitahu apa yangakan kuperbuat dengan orang yang kau cintai ini? ‘,
“Tentu “, jawabku.
Kuburan itu berkata, “Aku bakar kafannya, kurobek
badannya dan kusedot darahnya serta kukunyah dagingnya.
Maukah kau kuberitahu apa yang kuperbuat dengan
anggota badannya? “.
“ Tentu“, jawabku.
“ Aku cabut (satu per satu dari)telapak ke tangannya, lalu dari tangannya ke lengan dan dari lengan menuju pundak.Lalu kucabut pula lutut dari pahanya.Dan paha dari lututnya. 
Ku cabut pula lutut itu dari betis.Dan dari betis menuju telapak kakinya “.
.
Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis dan berkata,
"Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. 
Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. 
Pemudanya akan menjadi renta, dan yang hidup didalamnya akan mati.
Celakalah yang tertipu olehnya.
Janganlah kau tertipu oleh dunia.
Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia.
Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungainya dan menghiasinya
dengan pepohonan, lalu tinggal di dalamnya dalam jangka waktu sangat pendek. 
Mereka tertipu,menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.
Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya, tak boleh begini dan begitu, dan banyak orang yang dengki kepadanya. 
Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan terhadap tubuhnya? Apa pula yang
diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan anggota tubuhnya?
Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga
yang mengelilinginya.
Diatas kasur yang empuk dan
pembantu yang setia.
Keluarga yang memuliakan dan
kekasih yang menyertainya. 
Tetapi ketika semuanya berlalu
dan maut datang memanggil, 
lihatlah betapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya.
Tanyakan kepada orang kaya, 
apa yang tersisa dari kekayaannya?
Tanyakan pula kepada orang fakir, 
apa yang tersisa dari kefakirannya?
Tanyalah mereka tentang lisan,yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. 
Juga tentang mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan.
Tanyakan tentang kulit yang lembut dan wajah yang
menawan serta tubuh yang indah, 
apa yang dilakukan cacing tanah terhadap itu semua?
Warnanya pudar,dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya
terlumuri tanah.
Hilanglah keindahannya.
Tulang meremuk,
badan membusuk dan dagingnya pun tercabik-cabik.
Dimanakah para punggawa dan budak-budak?
Dimana kawan,dimana simpanan harta benda?
Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur,bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun.
Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. 
Kini ia tenggelam dibawah benaman tanah.
Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan
menjijikan? 
Bukankah sama saja bagi mereka; siang dan malam?
Bukankah sekarang mereka tenggelam dalam pekatnya kegelapan?
Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang tercinta.
Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya
hancur.
Anggota badannya tercerai berai.
Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah.
Binatang-binatang tanah mengerubuti jasad mereka,
sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. 
Hingga akhirnya tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja.
Mereka telah meninggalkan istananya. 
Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit.
Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi orang lain. 
Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan.
Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli warisnya.
Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya.
Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya didalam kubur.
Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang
kubur. 
Menyesali apa yang telah mereka kerjakan.

Umar lalu menangis dan berkata,
“ Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana dunia bisa menipumu?
Dimana kafanmu? Dimana minyak(wewangian untuk orang mati) mu dan dimana dupamu?
Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi. 
Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku?
Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak
bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia?
Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?"
.
Ia menangis dan terus menangis,lalu pergi . 
Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia meninggal.
.
Semoga Beliau dirahmati Allah.
Amiin....

Share:

0 komentar:

Total Pageviews

Archive